Wakhid Sugiyarto, Kajian tentang Proses Santrinisasi
(Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,, 2001, 91 halaman) Proses Purifikasi sedang Berlangsung di Randu Arum Dalam teori Clifford Geertz yang terkenal, masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga kategori yaitu abangan, santri dan priayi. Telah banyak kritik disampaikan oleh para peneliti terdahulu bahwa teori Clifford Geertz itu batal secara akademis. Kemudian peneliti ini menyampaikan teori bahwa masyarakat Jawa, kalaupun dibagi dalam tiga kategori, maka kategori itu adalah abangan, santri tradisional dan santri puritan.Penelitian ini dilakukan di dua desa yang kemudian disebutnya Randu Arum oleh sang peneliti, desa yang penduduknya pada masa lalu merupakan desa yang penduduknya 93% pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Masih segar dalam ingatan orang-orang tua yang ada saat ini, bagaimana masyarakat berpartisipasi aktif dalam hingar bingarnya gerakan PKI. Keluarga siapa yang dahulu merupakan pendukung utama, pendukung biasa/simptisan dan yang anti PKI masih bisa dikenali sampai hari ini.Dari hasil penelitian itu dijelaskan bahwa sampai tahun 1980-an saja masih merupakan masyarakat muslim abangan, tidak banyak orang Muslim yang telah melaksanakan shalat dan hampir tidak ada rumah ibadahnya yang oleh peneliti dianggap sebagai ciri orang santri. Hanya 6% saja yang dianggap sebagai representasi masyarakat muslim santri tradisional dan 1% sebagai santri puritan.Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan dan studi pustaka. Dari metode itu ditemukan bahwa proses Islamisasi sebenarnya sudah lama selesai. Jadi meskipun mereka merupakan pendukung utama dan simpatisan PKI, namun mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang Islam. Kalau meninggal juga dikubur secara Islam dan dilakukan tahlilan serta khoul. Proses santrinisasi bisa dikatakan baru selesai di akhir era Orde Baru (1990-an). Bahkan di Randu Arum ini terdapat sekretariat pengurus ranting NU. Hadir pula kantor Cabang Muhammadiyah di desa Sumberagung, 0,5 km dari desa Randu Arum. Bahkan, pada tahun 1990-an berdiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang merupakan representasi dari kaum muslim modernis yang kemudian disusul dengan Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII-Islam Jama'ah) yang dahulu dianggap sesat, tetapi kini berkembang pesat. Tidak ketinggalan pula kelompok Jama'ah tabligh (Orang kurudz, menurut penuturan masyarakat setempat) dan segera mendapatkan banyak pengikut di Randu Arum. Pertarungan NU baru telah dimulai antara muslim santri tradisional dengan kelompok santri puritan LDII. Sedangkan kelompok Muhammadiyah dan DDII dalam posisi netral. Tarik menarik kaum santri tradisional dengan santri puritan merupakan pertarungan antara tradisionalisasi dengan purifikasi telah berlangsung seru maupun secara diam-diam dalam memperebutkan pengaruhnya. Kalangan santri tradisional yang berpayung di bawah NU berjuang keras agar anggotanya tidak ikut santri puritan. Bahkan NU di daerah itu masih menyebut LDII sebagai kelompok sesat yang harus dibendung. Pengikut Jama'ah Tabligh, muslim modernis (Muhammadiyah dan DDII) dan puritan (LDII), pelan tapi pasti, terus bertambah. Bagi masyarakat setempat, hadirnya LDII lebih menjanjikan dari pada yang lain. Kalau perkembangan anggota gerakan kelompok tetap seperti saat ini, diprediksi bahwa dua puluh tahun ke depan mayoritas penduduk akan menjadi pengikut LDII sebagaimana telah terjadi di beberapa desa sekitarnya. [Wahid] |
