Zeni (bahasa Belanda:genie;bahasa Inggris:combat engineer,pioneer, atausapper) adalah satuan militer yang melakukan tugas-tugasteknik militer untuk mendukung operasi tempur pasukan darat. Insinyur tempur melakukan berbagai tugasteknik militer,perang terowongan,perang ranjau sertakonstruksi danpembongkaran di dalam dan di luar zona pertempuran.[1][2]
Pasukan zeni memfasilitasi mobilitas pasukan kawan dan menghambat pergerakan musuh. Pasukan zeni juga bekerja untuk memastikan kelangsungan hidup pasukan kawan, membangun posisi pertempuran,benteng, danjalan. Mereka melakukan misipenghancuran dan membersihkan ladang ranjau secara manual atau melalui penggunaankendaraan khusus. Misi pasukan zeni yang umum meliputi pembangunan dan penembusan parit, perangkap tank, dan rintangan sertabenteng lainnya; penempatan penghalang dan konstruksibunker; izin rute dan pengintaian; pembangunan atau penghancuranjembatan danjalan; penempatan dan pembersihanranjau darat; dan penerobosan kekuatan gabungan. Biasanya, pasukan zeni juga dilatih sebagai penembak dan, bila diperlukan, berfungsi sebagai infanteri sementara.[3][4][5][6][7][8]
Zeni merupakan korps militer tertua di Indonesia yang terbentuk pada tanggal 15 Oktober 1945. Zeni Angkatan Darat adalah bagianinsinyur dari pasukanmiliter yang bertugas pokok menyelenggarakanrekayasateknik danmiliter. Tugasnya antara lain adalahkonstruksi prasarana militer, khususnya di daratan, pembangunan perkubuan, khususnya konstruksi dan destruksi militer di medan perang, penyamaran ataukamuflase, dan pelaksanaan zeni tempur, khususnya penyediaan fasilitas hidup di lapangan bagi pasukan.
Pada era Hindia Belanda, terdapat tentara kerajaan di zaman Hindia Belanda bernama Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) yang juga memiliki satuan Kesenjataan Zeni atauWapen der Genie. Satuan ini sendiri termasuk satuan bantuan tempur yang bertugas untuk membantu melancarkan pergerakan para pasukan infanteri serta pergerakan lainnya.
Mendiang veteran kolonel KNIL, CA Heshusius padaSoldaten van der Kompagnie KNIL (1986:61) menyatakan bahwa kesenjataan tersebut relatif kecil namun kesenjataan teknik tersebut selalu ikut serta dalam setiap ekspedisi militer. Heshusius juga menyatakan bahwa satuan tersebut merupakan konstruksi militer yang terorganisir secara lokal serta regional.
Dalam satuan kesenjataan tersebut, terdapat pengawas beserta perwira. Tugas dari satuan ini adalah untuk membangun perbentengan, kamp, jembatan, penghancuran, landasan udara, hingga sarana perhubungan. Pada tahun 1981, satuan kesenjataan tersebut bertugas untuk mengurus mobil hingga melatih para sopir serta montir.
Beberapa tokoh Indonesia yang pernah menjalani dinas di Zeni KNIL diantaranya adalah Jenderal Tahi Bonar Simatupang selaku mantan Kepala Staf Angkatan Perang, Mayor Jenderal Hein Victor Worang selaku mantan Gubernur Sulawesi Utara, serta Frederich Silaban yang merupakan arsitek Masjid Istiqlal.
TB Simatupang sangat menyadari terkait pilihannya untuk bergabung pada satuan Zeni. Biasanya, keanggotaan ditentukan berdasarkan pemilihan anggota prajurit yang cerdas secara akademik. TB Simatupang menyatakan bahwa Ia memilih satuan ini karena memenuhi syarat untuk diterima sebagai bagian dari Zeni dimana memiliki angka-angka yang cukup tinggi pada pelajaran eksakta.[9]