Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Singasari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dariTumapel)
Untuk Kecamatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, lihatSingosari, Malang.
Untuk kegunaan lain, lihatSingosari (disambiguasi).
Singhasari

𑼱𑼶𑼖𑽂𑼲𑼱𑼬𑼶
1222–1292
Pemekaran Singhasari pada masa pemerintahan Kertanegara
Pemekaran Singhasari pada masa pemerintahan Kertanegara
Ibu kotaTumapel, yang kemudian disebut Kutaraja Singhasari (pinggiran modernMalang)
Bahasa yang umum digunakanJawa Kuno,Sanskerta
Agama
Hinduisme
Buddhisme
PemerintahanMonarki
Maharaja 
• 1222–1227
Ken Arok
• 1227–1248
Anusapati
• 1248–1250
Panji Tohjaya
• 1250–1268
Wisnuwardhana
• 1268–1292
Kertanagara
Sejarah 
1222
1292
Mata uangNative gold and silver coins
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Kadiri
Majapahit
Sekarang bagian dariIndonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info •Lihat •Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Bagian dariseri mengenai
SejarahIndonesia
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Kalingga 424–782
Tarumanagara 450–900
Kerajaan Melayu 671–1347
Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Bima 709–1621
Mataram Kuno 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1046
Kerajaan Janggala 1042–1135
Kerajaan Kadiri 1042–1222
Kerajaan Singasari 1222–1292
Majapahit 1293–1478
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Bone 1300–1905
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–sekarang
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888, sekarangBrunei
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kerajaan Giri 1481–1680
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kerajaan Balanipa 1511–sekarang
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–sekarang
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Jambi 1615–1904
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Palembang 1659–1823
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–sekarang
Kesultanan Yogyakarta 1755–sekarang
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Negara lainnya
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Kemerdekaan
Revolusi Nasional Indonesia 1945–1949
Masa Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Garis waktu
 Portal Indonesia

Kerajaan Singhasari (Jawa kuno:𑼱𑼶𑼖𑽂𑼲𑼱𑼬𑼶) atauKerajaan Tumapel (Jawa kuno:𑼡𑼸𑼪𑼦𑽀𑼭𑽁), adalah sebuah kerajaanHindu-BuddhaJawa yang terletak di timurPulau Jawa antara tahun 1222 dan 1292. Kerajaan ini menggantikanKerajaan Kadiri sebagai kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur. Nama kerajaan ini serumpun dengan distrikSingosari diKabupaten Malang, yang terletak beberapa kilometer di utara KotaMalang.

Nama

[sunting |sunting sumber]

Nama resmi dari kerajaan Singhasari adalah kerajaan Tumapel. Kata Singhasari sendiri merupakan nama ibu kota dari kerajaan Tumapel yang dirubah namanya pada tahun 1254 oleh rajaWisnuwardhana dari nama sebelumnya, yaitu Kutaraja bersamaan dengan pengangkatanKertanagara sebagaiYuwaraja atau sebagai putra mahkota diKadiri menurut berita dariPrasasti Mula Malurung (1255 M).[1] Perihal ini,Kakawin Nagarakretagama (1365 M) mencatat pergantian nama ini diikuti oleh rakyat dariKerajaan Kediri danKerajaan Jenggala.[2]

Pada tahun 1406 masehi, menurut catatanMing Shilu yang diterjemahkan oleh Willem Pieter Groeneveldt, utusan dari Tiongkok,Yongle memerintahkanCheng Ho untuk mengunjungi dua kerajaan yang ada di Jawa, yaitu raja "bagian barat", Tu-ma-pan dan kepada raja "bagian timur", Put-ling-ta-hah atau P'i-ling-da-ha yang saat itu sedang berperang.[3]

Pada awalnya,Jean Joseph Marie Amiot danGustaaf Schlegel berpendapat bahwa nama kerajaan ini dianggap sebagaiKerajaan Padjajaran.[4]Akan tetapi,Reinhold Rost berpendapat bahwa dengan lokasinya yang dekat dengan sungai yang berada di SelatanMadura, kemungkinan besar kerajaan ini tidak jauh dariMajapahit.[5] Penyebutan ini pun diulang saat mencatat pengiriman utusan ke Tiongkok pada tahun 1460 dan 1465 yang dilakukan olehGirishawardhana seperti yang dilakukan padaWikramawardhana pada tahun 1403 untuk merujuk kerajaan yang berlokasi di wilayah Jawa Timur yang dahulunya dikuasai oleh Singasari sebelum Majapahit berkuasa pada tahun 1293.[6]

Pendirian Kerajaan oleh Ken Arok berdasarkan Pararaton

[sunting |sunting sumber]

Perebutan gelar akuwu dari Tunggul Ametung

[sunting |sunting sumber]

Pararaton sendiri sebagai dianggap sebagai sumber bermasalah karena terlalu banyak memuat kisah dariKen Arok yang memuat kisah-kisah mitos terkait dirinya. Namun, karena sumber ini memuat setiap cerita berdasarkan tanggal, maka ada hal yang masih bisa dijadikan referensi.[7] Berdasarkan sumber ini, Ken Arok merupakan anak dari hubungan dariBrahma dan Ken Ndok yang merupakan istri dari Gajah Para.[8] Kebiasaannya berjudinya membuat ibu dan ayah angkatnya yang bernama Lembong bangkrut. Akhirnya, dia bekerja pada seorang kepala sebuah pertapaan sebagai penggembala kerbau diLebak, tetapi dia menghilangkan kerbau tersebut sehingga dituntut ganti rugi. Atas anjuran dari kedua orang tuanya yang kemungkinan akan dijadikan budak bila Ken Arok tidak melarikan diri, maka ia pun melarikan diri dari tempat tersebut keKapundungan. Karena tidak kunjung menemukan tempat peristirahatan, dia pun melarikan diri hingga ke daerahGunung Kawi.[9]

Selama pelarian, Ken Arok terkenal melakukan perampok, pencuriaan dan pemerkosaan yang mengakibatkan dirinya menjadi buronan dariKerajaan Kadiri. Pelarian ini membawanya dalam perjalanan hingga Gunung Lejar. atas saran dari paraDewata untuk keluar dari pencarian. Pada lokasi inilah, para dewata sedang mengadakan rapat danBatara Guru menasbihkan ia menjadi raja dariJawa.[10] Selain Batara Guru, Brahma juga memerintahkan Lohgawe yang merupakan seorangbrahmana dari India untuk mencari Ken Angrok yang dipercaya sebagai jelmaan dariWisnu di tempat perjudian.[11]

Atas perantara Lohgawe, Ken Rok dapat mengabdi kepada seorang akuwu yang saat itu memimpin wilayah Tumapel yang bernamaTunggul Ametung.[12] Ken Arok bekerja sebagai tukang kebun di Taman Boboji. Lokasi inilah yang menjadi lokasi saat ia melihat Dedes yang tersingkap pakaiannya yang menunjukkan betis, paha dan bahkan vaginanya yang disamarkan dengan menyebutnya sebagai rahasia. Setelah melihat hal tersebut, Arok pulang dan menceritakan peristiwa ini kepada Lohgawe dan menyebutkan bahwa Dedes adalah sosok orang yang memiliki perbawa.[13]

Karena perbawa inilah, dedes disebut sebagai titisan dariArdanariswara yang dipercaya akan membawa keberuntungan kepada siapapun yang menikahinya. Dia juga dipercayakan melahirkan raja-raja Jawa dari rahimnya.[14] Ucapan lohgawe membuat Arok berniat untuk membunuh Ametung meskipun niatnya awalnya dilarang oleh Lohgawe.[15] Arok pun disarankan untuk mengunjungi seorang pandai besi di Lulumbang oleh Bango Samparan yang merupakan ayah angkatnya yang dia temui saat pelarian. Ken arok memesan keris untuk diselesaikan selama enam bulan, meskipunMpu Gandring meminta waktu agar diselesaikan selama setahun. Setelah 5 bulan, keris belum selesai dan masih sedang digerinda, Arok marah dan membunuhnya yang membuat Gandring mengutuk Arok bahwa keris tersebut akan membunuh 7 orang.[16]

Pembunuhan Tunggul Ametung dilakukan dengan memanfaatkan ketertarikan sahabat dari Arok yang bernama Kebo Ijo. Ketertarikan Kebo Ijo bersumber dari bahan keris yang berbahan kayucangkring sehingga Kebo Ijo meminjamnya dan memamerkannya di Tumapel. Karena hal tersebut, masyarakat Tumapel menganggap bahwa keris tersebut merupakan milik Kebo Ijo. Ken arok membunuh Tunggul Amerung di malam hari dengan keris tersebut dan meninggalkan kerisnya tertancap di dada. Karena rakyat Tumapel mengetahui bahwa keris tersebut itu milik Kebo Ijo, maka para masyarakat menganggap ia dibunuh oleh Kebo Ijo dan mengeroyok Kebon Ijo hingga tewas. Anak dari Kebo Ijo yang bernama Kebo Randi menangis melihat peristiwa ini dan Ken arok mengangkatnya menjadi pekatik karena rasa iba.[17]

Sesudah membunuh Tunggul Ametung, Ken Angrok menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Dedes tanpa ada intervensi dari rakyat dan keluarga Tunggul Ametung.[12] Saat itu Dedes sedang hamil 3 bulan anaknnya yang bernama namaAnusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernamaKen Umang. Bersama Dedes, Arok memiliki 4 orang anak, yaituMahesa Wong Ateleng, Panji Saprang,Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Sedangkan, dari Ken Umang, Angrok mempunyai empat orang anak, yaituPanji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambu.[18]

Penyerangan Kediri dan pendirian Kerajaan Singasari

[sunting |sunting sumber]

Berdasarkan Nagarakretagama, setelah 40 tahun memerintah Tumapel yang berlokasi di Gunung Kawi sejak 1182, Arok yang yang memakai gelar Sri Ranggah Rajasa melakukan penyerangan ke Kerajaan Kadiri yang saat itu dipimpin olehKertajaya.[2] Pararaton menceritakan bahwa serangan ini bermula dari perseteruan dari Brahmana dan Kertajaya yang disebutkan dengan nama Prabu Dandhang Gendhis. Konflik ini berasal dari perintahnya untuk para Brahma menyembahnya sebagai dewa. Untuk memperteguh keinginannya untuk dianggap dewa, dia berperilaku untuk menyerupai Siwa dengan menancapkan tombak dan duduk di atasnya dalam posisimudra sekaligus seperti terlihat memiliki tangan empat dan mata tiga seperti Siwa. Para brahma menolak perintah ini dan melarikan diri untuk berlindung dengan Ken Arok. Ken arok yang saat itu didukung Brahma memerdekakan dirinya dari Kediri yang saat itu masih menjadivasal dan menyatakan niat untuk kudeta. Ancaman kudeta ini tidak dihiraukan oleh Kertajaya dan menyatakan bahwa hanya Siwa yang dapat mengalahkannya. Karena pernyataan ini, Ken Arok meminta izin ke para Brahma untuk menyatakan dirinya sebagai Siwa.[19]

Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antaraKertajaya, rajaKerajaan Panjalu, dengan kaumbrahmana. Parabrahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Puncak peperangan melawan Kadiri lantas pecah di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Pada 1253,Wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagaiyuwaraja (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat kerajaan Tumapel lebih dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.

Penemuanprasasti Mula Malurung di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda dengan versi Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti yang dikeluarkanKertanagara tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu menyebutkan jika Tumapel didirikan oleh "Rajasa" yang dijuluki "Batara Siwa", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri. Nama ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri Tumapel itu dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Angrok lebih dulu menggunakan julukan Batara Siwa sebelum maju dalam perang melawan Kadiri.

Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua sepeninggal Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin olehMahesa Wong Ateleng alias Batara Parameswara. Parameswara digantikan olehGuningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaituKertanagara.

Lebih lanjut, prasasti ini menyatakanTohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Tumapel. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari.

Silsilah Dinasti Rajasa

[sunting |sunting sumber]
 
Akuwu Tumapel
 
 
 
Mpu Purwanatha
 
 
 
Dinasti
Rajasa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tunggul Ametung
 
 
 
Ken Dedes
 
 
 
Ken Arok
 
 
 
Ken Umang
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Anusapati
 
 
 
Mahisa Wonga Teleng
 
 
 
Tohjaya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Wisnuwardhana
 
 
 
Mahisa Campaka
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kertanegara
 
 
 
Dyah Lembu Tal
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gayatri
 
 
 
Raden Wijaya


Silsilah Wangsa Rajasa dari sumber prasasti dan naskah kepujanggaan.
Silsilah Wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dengan blok warna dalam gambar ini.[20]

Ada dua versi dalam mengidentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari, yaitu Pararaton dan Kakawin Nagarakretagama. Perbedaan ini meliputi daftar Wangsa Rajasa yang berkuasa dan angka tahunnya. Wangsa Rajasa sendiri adalah keluarga yang berkuasa di Kerajaan Singhasari dan Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15. Wangsa ini didirikan oleh Ken Angrok pada awal abad ke-13 berdasarkan gelar yang didapatkannya, yaitu "Rajasa". Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singhasari dan berlanjut hingga Kerajaan Majapahit.

Versi Pararaton

[sunting |sunting sumber]

Dikisahkan dalam Pararaton, Anusapati yang merupakan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes ingin membalas dendam terhadap Ken Arok yang telah membunuh ayahnya. Pada 1247, Ken Arok mati di tangan Anusapati yang kemudian berkuasa di Tumapel. Namun, pada 1249 Anusapati tewas dihabisi oleh Tohjaya yang tidak lain adalah anak Ken Arok dari Ken Umang.

Tohjaya naik singgasana sebagai raja Tumapel setelah Anusapati tiada, tetapi takhtanya hanya berlangsung singkat. Pada 1250, pemerintahannya digulingkan oleh pasukan khusus yang dihimpun oleh Ranggawuni atau yang nantinya dikenal sebagai Wisnuwardhana. Wisnuwardhana adalah anak dari Anusapati yang melanjutkan lingkaran dendam dalam takhta Kerajaan Singasari. Wisnuwardhana lantas dinobatkan sebagai raja selanjutnya hingga mewariskan kekuasaan kepada putranya yang bernama Kertanagara.

Berikut daftar raja Tumapel menurut versi Pararaton.

  1. Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (1222–1247);
  2. Anusapati (1247–1249);
  3. Tohjaya (1249–1250);
  4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272);
  5. Kertanagara (1272–1292).

Versi Kakawin Nagarakretagama

[sunting |sunting sumber]

Sementara itu, Nagarakretagama tidak menyebut sosok Tunggul Ametung, Ken Angrok, Ken Dedes, Ken Umang, dan Tohjaya maupun pembunuhan di antara penguasa Tumapel. Hal ini dapat dimaklumi karena kitab tersebut berisi pujian untukHayam Wuruk, rajaMajapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhurnya itu dianggap sebagai aib. Namun demikian, dapat diketahui hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkanprasasti sebagai bukti kesejarahan mereka.

Menurut Nagarakretagama, penguasa Tumapel yang mengalahkan Kadiri adalah Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Rangga Rajasa memiliki putra bernama Anusapati, yang kemudian bertakhta di Tumapel dengan gelar Batara Anusapati. Anusapati digantikan oleh putranya yang bernama Wisnuwardhana pada 1248 dan memerintah hingga 1254. Selanjutnya, raja terakhir Tumapel adalah Kertanagara, putra Wisnuwardhana, yang memimpin hingga meninggal pada 1292. Kematian Kertanegara olehJayakatwang bupatiGelanggelang sekaligus mengakhiri riwayat kerajaan ini.

Berikut daftar raja Tumapel menurut versi Nagarakretagama.

  1. Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra (1222–1227);
  2. Anusapati (1227–1248);
  3. Wisnuwardhana (1248–1254);
  4. Kertanagara (1254–1292).

Diagram silsilah di samping ini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa yang bersumber dari Pararaton maupun prasasti dan naskah kepujanggaan.

Pemerintahan bersama

[sunting |sunting sumber]

Pararaton danNagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antaraWisnuwardhana danNarasingamurti. DalamPararaton disebutkan nama asliNarasingamurti adalahMahisa Campaka.

Apabila kisah kudeta berdarah dalamPararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya penggabungan atau rekonsiliasi antara Tumapel dan Kadiri yang awalnya terpecah.Wisnuwardhana penguasa Tumapel yang merupakan cucuTunggul Ametung -Ken Dedes, sedangkanNarasingamurti penguasa Kadiri adalah cucuKen Arok -Ken Dedes.

Masa Kejayaan

[sunting |sunting sumber]

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Tumapel (1272 -1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luarJawa.

Pada tahun1275 ia mengirim pasukanEkspedisi Pamalayu untuk menjadikanSumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsaMongol. Saat itu penguasa Sumatra adalahKerajaan Melayu. Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya buktiArca Amoghapasa dariKertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.[21]

Pada tahun1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkanBali.

Pada tahun1289 KaisarKubilai Khan mengirim utusan ke Tumapel meminta agarJawa mengakui kedaulatanMongol. Namun permintaan itu ditolak tegas olehKertanagara.Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Tumapel di luarJawa pada masaKertanagara antara lain,Kerajaan Melayu,Bali,Pahang,Gurun,Bakulapura,Sunda danMadura.[22]

... 2. Samankana nikaɳ digantara padanabhaya mark i jöɳ nareçwara, ikaɳ sa- (110b) kahawat/ pahaɳ sakahawat malayu pada manunkul adara, muwah sakahawat gurun sakahawat/ bakulapura manaçrayomark, ndatan linen i sunda len/ madura pan satanah i yawa bhakti tan salah. ...

... 2. Begitulah dari empat penjuru orang lari berlindung dibawah Baginda. Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur dihadapan beliau. Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan. Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa. ...
— (Kakawin Nagarakretagama,Pupuh 42).

Keruntuhan

[sunting |sunting sumber]
Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaanKertanegara, raja terakhir Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luarJawa, akhirnya membuat pertahanan di dalam kerajaan menjadi lemah.

Pada tahun1292 terjadi pemberontakanJayakatwang bupatiGelanggelang, yang merupakan ipar dan sekaligus besan dariKertanagara sendiri, karena ingin membalas dendam terhadapWangsa Rajasa yang telah merebut kekuasaan dari kerajaan Kediri, serta membunuh keluarga dan leluhurnya. Pemberontakan ini menyebabkan kematianKertanegara dan runtuhnya kerajaan Tumapel.

Setelah runtuhnya Tumapel,Jayakatwang mengangkat dirinya menjadi raja dan membangun kembaliKerajaan Kediri dengan ibukota diDaha. Riwayat Kerajaan Tumapel pun berakhir.

Hubungan dengan Majapahit

[sunting |sunting sumber]

Pararaton,Nagarakretagama, danprasasti Kudadu mengisahkanRaden Wijaya cucuNarasingamurti yang menjadi menantu rajaKertanagara lolos dari maut. Berkat bantuanAria Wiraraja (penentang politikKertanagara), ia kemudian diampuni olehJayakatwang dan diberi hak mendirikan desaMajapahit.

Pada tahun1293 datang pasukan dariKekaisaran Mongol yang dipimpinIke Mese untuk menaklukkanJawa. Mereka dimanfaatkanRaden Wijaya untuk mengalahkanJayakatwang diKerajaan Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.

Raden Wijaya kemudian mendirikanKerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Tumapel, dan menyatakan dirinya sebagai anggotaWangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan olehKen Arok.

Daftar Pejabat

[sunting |sunting sumber]

Daftar Raja-raja

[sunting |sunting sumber]
No.MaharajaMulai JabatanAkhir JabatanJabatan
Sebelumnya
Termuat Dalam
1.Ranggah Rajasa12221227AdipatiTumapelNegarakertagama
2.Anusapati12271248Prasasti Mula Malurung,Negarakertagama
3.Wisnuwardhana danMahisa Campaka12481268*Pararaton, *Negarakertagama, *Prasasti Mula Malurung
4.Kertanagara12681292Raja mudaDaha*Prasasti Mula Malurung, *Prasasti Padang Roco, *Prasasti Wurare

Sumber[23][24]

Daftar Pembantu Pemerintah Pusat

[sunting |sunting sumber]
No.NamaJabatanJabatan
Sebelumnya
Termuat Dalam
1.Arya WirarajaAdipati Songennep

(SekarangSumenep,Madura)

DemungKidung Harsawijaya
2.Mpu RaganataAdhyaksa TumapelPerdana MenteriKidung Harsawijaya
3.Mahisa AnabrangLaksamanaPararaton,Negarakertagama,Kidung Harsawijaya
4.Mpu WirakretiMantri AngabhayaTumenggungKidung Harsawijaya
5.Mpu SentasmretiPujangga IstanaKidung Harsawijaya
6.Kebo Anengah & Panji AngraganiPerdana Menteri & WakilnyaPararaton,Negarakertagama,Kidung Harsawijaya
7.Mapanji Pati-PatiDharmmadyaksa KasaiwanPrasasti Mula Malurung
8.Mapanji SingharsaSang Ramapati (Juru Bicara)Prasasti Mula Malurung

Sumber[25]

Daftar Adipati

[sunting |sunting sumber]
No.NamaJabatanJabatan
Sebelumnya
Termuat Dalam
1.Arya WirarajaAdipati Songennep
(SekarangSumenep,Madura)
DemungKidung Harsawijaya
2.JayakatwangAdipatiGelang-gelang
(SekarangMadiun)
Pararaton,Prasasti Mula Malurung
3.Dyah WijayaAdipatiJanggala
(SekarangSidoarjo)
Prasasti Mula Malurung

Sumber[26]

Saat Menjadi bawahan Majapahit

[sunting |sunting sumber]

Setelah kerajaan Tumapel runtuh, statusTumapel berubah menjadi negeri bawahan darikerajaan Majapahit yang paling utama. Penguasa Tumapel atau raja bawahan yang memimpin wilayah ini bergelar sebagai Bhre Tumapel[27][28][29]

Bhre Tumapel yang pernah menjabat ialah :

  1. Kertawarddhana Dyah Cakradara (1328-1386)
  2. Manggalawarddhana (1389-1427)
  3. Wijayaparakramawarddhana Dyah Kertawijaya (1429-1447)
  4. Singhawikramawarddhana Dyah Suraprabhawa (1447-1466)[30]

Warisan Budaya

[sunting |sunting sumber]

Arca

[sunting |sunting sumber]

Candi

[sunting |sunting sumber]

Prasasti

[sunting |sunting sumber]

Kutipan

[sunting |sunting sumber]
  1. ^Tsabit, Adjeng Hidayah; Eni, Sri Pare (2023).Arsitektur Kuno Kerajaan-kerajaan Jawa Timur (Kediri, Singasari, dan Majapahit) di Indonesia(PDF). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada - Rajawali Pers. hlm. 99.ISBN 978-602-425-138-3. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^abRiana, I. Ketut (2009).Kakawin dēśa warṇnana, uthawi, Nāgara kṛtāgama: masa keemasan Majapahit. Penerbit Buku Kompas. hlm. 38, 210.ISBN 978-979-709-433-1. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^Putri, Risa Herdahita (2019-06-14)."Perang Saudara Berebut Singgasana Majapahit".Historia. Diakses tanggal2024-03-27. 
  4. ^Groeneveldt, Willem Pieter (1887).Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources (dalam bahasa Inggris). Bruining. hlm. 36. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^Rost, Reinhold (2000).Miscellaneous Papers Relating to Indo-China and the Indian Archipelago (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. hlm. 149,162.ISBN 978-0-415-24553-1. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^Noorduyn, J. (1978)."Majapahit in the fifteenth century".Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia (dalam bahasa Inggris).134 (2): 207–274.doi:10.1163/22134379-90002587.ISSN 0006-2294. 
  7. ^Ras, J. J. (1986).Hikayat Banjar and Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles (dalam bahasa Inggris). Brill. hlm. 184–203.doi:10.1163/9789004488175_013.ISBN 978-90-04-48817-5. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  8. ^Isnaeni, Hendri F. (2014-09-15)."Siapa Sebenarnya Ayah Ken Angrok?".Historia. Diakses tanggal2024-03-28. 
  9. ^Zurbuchen, Mary S. (1976).Introduction to Old Javanese Language and Literature: A Kawi Prose Anthology. University of Michigan Press. hlm. 81.doi:10.3998/mpub.11902952.ISBN 978-0-89148-053-2. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  10. ^Mulyono, Otto Sukatno, CR dan Untung (2018-11-01).PARARATON: Kitab Para Raja; Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit. Nusamedia. hlm. 22–24.ISBN 978-602-6913-43-2. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  11. ^Muljana, Slamet (2005).Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit. Lkis Pelangi Aksara. hlm. 126.ISBN 978-979-8451-35-5. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  12. ^abNotosusanto, Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho (2008).Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno. Balai Pustaka (Persero), PT. hlm. 422–426.ISBN 978-979-407-408-4. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  13. ^Dewi, Trisna Kumala Satya (2013)."Arok Dedes dan Pararaton: Transformasi Dan Dinamika Sastra dalam Wacana Globalisasi Sastra".ATAVISME.16 (1): 119–128.doi:10.24257/atavisme.v16i1.87.119-128.ISSN 2503-5215. 
  14. ^Putri, Risa Herdahita (2017-12-21)."Ken Dedes Perempuan Utama".Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal2024-03-30. 
  15. ^Raditya, Iswara N. (2021-09-10)."Cerita Cinta Ken Arok & Ken Dedes Awali Sejarah Kerajaan Singasari".tirto.id. Diakses tanggal2024-03-30. 
  16. ^Isnaeni, Hendri F. (2015-03-31)."Enam Korban Keris Mpu Gandring".Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal2024-03-30. 
  17. ^Midaada, Avirista (11 Januari 2023)."Kutukan Keris Sakti Mpu Gandring Meminta Tumbal 3 Nyawa Raja Singasari".SINDOnews Daerah. Diakses tanggal2024-04-07. 
  18. ^Nastiti, Titi Surti (2016-01-03).Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV. Dunia Pustaka Jaya. hlm. 168.ISBN 978-979-419-713-4. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  19. ^Mulyono & CR 2018, hlm. 318-319.
  20. ^Bullough, Nigel (1995).Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117. 
  21. ^Reichle, Natasha (2007).Violence and Serenity: Late Buddhist Sculpture from Indonesia (dalam bahasa Inggris). University of Hawaii Press. hlm. 120.doi:10.1515/9780824865474.ISBN 978-0-8248-6547-4.§ The Sumatran Image of Amoghapāśa. [...]. It is known from the Nāgarakṛtāgama that eleven years earlier Kṛtanagara had sent a military force to Malāyu. Kṛtanagara was victorious, and, according to the text, “[t]he whole territories of Pahang and Malāyu bowed humbly before him.” 
  22. ^http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.38.3-49.html
  23. ^"Kitab Pararaton (terjemahan)".majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal19 Desember 2021. 
  24. ^"Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama".historynote.wordpress.com. hlm. Pupuh 5 dan 6. Diakses tanggal19 Desember 2021. 
  25. ^Mulyana, Slamet (2006).Tafsir sejarah nagarakretagama (dalam bahasa Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 71 – 90.ISBN 978-979-2552-546. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  26. ^Teguh Asmar & Nuriah. 1985.PRASASTI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL JILID I. Jakarta: Museum Nasional
  27. ^"Kitab Pararaton (terjemahan)".majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal19 Desember 2021. 
  28. ^"Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama".historynote.wordpress.com. hlm. Pupuh 5 dan 6. Diakses tanggal19 Desember 2021. 
  29. ^"Silsilah Lengkap Pararaja Majapahit Versi Siwi Sang".siwisang.wordpress.com. Diakses tanggal17 Juli 2022. 
  30. ^"Tokoh Majapahit Paling Berpengaruh dalam Prasasti Waringin Pitu 1447 M".kompasiana.com. Diakses tanggal17 Juli 2022. 

Referensi

[sunting |sunting sumber]
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • Purwadi. 2007.Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • R.M. Mangkudimedja. 1979.Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Slamet Muljana. 2005.Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979.Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Vlekke, Bernard H.M.Nusantara. Jakarta:KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Pranala luar

[sunting |sunting sumber]
Didahului oleh:
Kadiri
Kerajaan Hindu-Budha
1222–1292
Diteruskan oleh:
Majapahit
Sebelum 600 M
(Hindu-Buddha pra-Mataram)
600–1500 (Hindu-Buddha)
1500–sekarang (Islam)
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Singasari&oldid=27022687"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp