Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Triratna

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk konsep keyakinan, lihatKeyakinan dalam Buddhisme.
Terjemahan dari
tiratana
Indonesiatriratna, tiga permata, tiga mestika
Inggristhree jewels, three treasures, triple gem
Palitiratana,
ratanattaya
Sanskertaत्रिरत्न, रत्नत्रय
(IAST:triratna,ratna-traya)
Tionghoa三宝, 三寶
(Pinyinsānbǎo)
Jepang三宝
(rōmaji:sambō, sampō)
Korea삼보
(RR:sambo)
Tibetདཀོན་མཆོག་གསུམ,
(dkon mchog gsum)
Myanmarရတနာသုံးပါး
(jadanà θóuɴ bá)
Thaiไตรรัตน์,รัตนตรัย
(RTGS:trairat, rattanatrai)
Vietnamtam bảo
Daftar Istilah Buddhis
Terjemahan dari
saraṇa
Indonesiaperlindungan, pelindung
Inggrisrefuge
Palisaraṇa
Sanskertaशरण (śaraṇa)
Tionghoa皈依
(Pinyinguīyī)
Jepang帰依
(rōmaji:kie)
Korea귀의
(RR:gwiui)
Bengaliশরন
Myanmarသရဏ
(tharana)
Thaiสรณะ, ที่พึ่ง ที่ระลึก
(RTGS:sarana, thi phueng thi raluek)
Vietnamquy y
Khmerសរណៈ
(saranak)
Sinhalaසරණ
(saraṇa)
Tamilசரணம்
(saranam / saran)
Daftar Istilah Buddhis
Bagian dariseri tentang
Buddhisme
Keyakinan
Tiga corak
Gugusan
Faktor mental
Meditasi
Bakti
Praktik lainnya

Triratna (Sanskerta: त्रिरत्न,Triratna;Pali:Tiratana) merujuk kepada tiga tempat berlindung bagi umat Buddha, yaituBuddha,Dhamma, danSaṅgha yang dianggap berharga layaknya ratna. Triratna, sebagai pelindung umat Buddha, juga sering disebut sebagaiTiga Perlindungan (Pali:Tisaraṇa; Sanskerta: त्रिशरण,Triśaraṇa).

DalamBuddhisme, berlindung pada Triratna merupakan suatu praktik keagamaan yang biasanya dilakukan sebagai awalan berbagai praktik keagamaan lainnya. Sejak periodeBuddhisme awal, baik aliranTheravāda maupunMahāyāna hanya berlindung pada Triratna. Namun, aliranVajrayāna secara khusus memiliki formula perlindungan yang diperluas, dikenal sebagai Triratna dan Triakar.[1]

Berlindung pada Triratna adalah sebuah bentuk aspirasi untuk menjalani hidup dengan Triratna sebagai pedoman utama. Berlindung dilakukan dengan syair singkat yang berisi pernyataan perlindungan kepadaBuddha,Dhamma, danSaṅgha.[2][3] Dalam kitab suciBuddhisme awal, praktik berlindung merupakan suatu ekspresi tekad untuk mengikuti ajaran Buddha, bukan suatu ekspresi pelepasan tanggung jawab kehidupan.[4]

Pembacaan syair perlindungan kepada Triratna umum dilantunkan tepat sebelum pembacaan syair tekadPancasila baik bagiseseorang yang berniat pindah agama maupun seseorang yang sudah menganut Buddhisme.[5] Seorang umat awam (bukanbiksu,biksuni,samanera, atausamaneri) yang berlindung kepada Triratna disebut sebagaiupasaka atau upasika, sedangkan yang tidak berlindung disebut sebagaititthiya.

Terminologi

[sunting |sunting sumber]

Triratna (Sanskerta) danTiratana (Pali), juga dikenal sebagaiRatnatraya (Sanskerta), atauRatanattaya (Pali), sama-sama berarti "Tiga Permata" atau "Tiga Mestika" yang dimuliakan dalamBuddhisme. Namun, istilah tersebut juga dipakai dalamJainisme—meskipun dengan konsep yang berbeda—mengingat bahwa kedua agama tersebut berkembang pada zaman yang sama.[6][7]

Penjelasan

[sunting |sunting sumber]
Lihat pula:Upasaka-upasika danKeyakinan dalam Buddhisme

Keyakinan terhadap Triratna merupakan unsur ajaran penting dalam tradisiTheravāda danMahāyāna. Berbeda dengan konsep kepercayaan yang dipahami orang Barat, keyakinan dalam Buddhisme muncul dari akumulasi pengalaman dan penalaran. DalamKesamutti Sutta, Buddha secara eksplisit menentang mereka yang mengikuti otoritas atau tradisi secara membuta, khususnya agama-agama yang sezaman dengan zaman Buddha. Tingkat kepercayaan dan keyakinan tertentu masih dianggap penting dalam Buddhisme, terutama terkaitpencapaian spiritual,keselamatan, dankecerahan. Keyakinan dalam Buddhisme, secara umum, berpusat pada keyakinan terhadap Triratna.

Theravāda

[sunting |sunting sumber]
Bagian dariseri tentang
Buddhisme Theravāda
Dharmachakra
Buddhisme
Sejarah
Tokoh penting

Sejakmasa awal Buddhisme, para pengikut Buddhisme mengungkapkan keyakinan mereka melalui tindakan berlindung yang terdiri dari tiga aspek. Berikut ini adalah tiga penyangga atau permata yang menjadi tempat berlindung seorang penganut Buddhisme awal:

Dalam hal ini, Tiga Perlindungan berpusat pada otoritas seorang Buddha sebagai makhluk yang sangat tercerahkan, dengan menyetujui peran seorang Buddha sebagai guru bagi manusia dan paradewa (makhluk surgawi). Ini sering kali mencakup Buddha lain dari masa lalu, dan Buddha yang belum muncul. Kedua, pengambilan perlindungan menghormati kebenaran dan kemanjuran ajaran spiritual Buddha, yang mencakup karakteristik fenomena (Pali:saṅkhāra) sepertiketidakkekalan (bahasa Pali:anicca), danJalan Mulia Berunsur Delapan menujupembebasan.[8][9] Pengambilan perlindungan diakhiri dengan penerimaan kelayakan komunitas pengikut yang telah berkembang secara spiritual (saṅgha), yang sebagian besar didefinisikan sebagai komunitas monastik, tetapi dapat juga mencakupupasaka-upasika dan bahkan para dewa asalkan mereka hampir atau sepenuhnya tercerahkan.[10]Buddhisme awal tidak mengikutsertakanBodhisatwa dalam formula Tiga Perlindungan karena mereka dianggap belum tercerahkan dan masih berada di jalan menujukecerahan.[11]

Kitab-kitab awal menggambarkansaṅgha sebagai "ladang pahala," karena umat Buddha awal menganggap persembahan kepada saṅgha sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat secara karma.[12]Upasaka-upasika mendukung dan menghormatisaṅgha, karena mereka percayasaṅgha akan membuahkan mereka pahala dan membawa mereka lebih dekat pada kecerahan.[13] Pada saat yang sama, para biksu diberi peran penting dalam mempromosikan dan menegakkankeyakinan di antaraupasaka-upasika. Meskipun banyak contoh dalam kitab-kitab disebutkan tentang biksu yang berperilaku baik, ada juga kasus biksu yang berperilaku tidak pantas. Dalam kasus seperti itu, kitab-kitab menggambarkan bahwa Buddha menanggapi dengan kepekaan yang besar terhadap persepsi komunitasupasaka-upasika. Ketika Buddha menetapkan aturan baru dalam aturandisiplin monastik untuk menangani kesalahan para biksunya, ia biasanya menyatakan bahwa perilaku seperti itu harus dikekang karena perilaku itu tidak akan "membujuk orang yang tidak percaya" dan "orang yang percaya akan berpaling". Ia mengharapkan parabiksu,biksuni, dansamanera-samaneri tidak hanya untuk menjalani kehidupan spiritual demi keuntungan mereka sendiri, tetapi juga untuk menegakkan keyakinan orang-orang. Di sisi lain, mereka tidak boleh menumbuhkankeyakinan dengan kemunafikan atau ketidaktepatan, misalnya, dengan mengambil profesi lain selain menjadi seorang biksu, atau mencari pengikut dengan menghadiahkan berbagai barang.[14][15]

Syair

[sunting |sunting sumber]

Syair yang paling sering digunakan dalambahasa Pali:[16][17]

Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Aku berlindung kepada Buddha.
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Aku berlindung kepada Dhamma.
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Aku berlindung kepada Saṅgha.

Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk kedua kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.

Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Buddha.
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Dhamma.
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
      Untuk ketiga kalinya, aku berlindung kepada Saṅgha.

— Syair Saraṇattaya,Khuddakapāṭha 1,Khuddaka Nikāya

Selain syair di atas, terdapat berbagai model bacaan lain yang disebutkan dalamkepustakaan Pali untuk berlindung kepada Triratna. Brett Shults menjelaskan bahwa syair ini menggunakan model yang mirip dengan mode dari tradisiagama Weda (Brahmanisme)—dengan isi yang berbeda—berupa kelompok tiga perlindungan, seperti yang ditemukan dalamRegweda 9.97.47,Regweda 6.46.9, danUpanisad Chandogya 2.22.3-4.[18]

Pengambilan perlindungan

[sunting |sunting sumber]

Untuk memohon pengambilanTisarana kepada seorang biksu, dibacakan kalimat berikut:[19]

Mayaṁ bhante, Tisaraṇena saha pañcasīlāni yācāma. Dutiyampi mayaṁ bhante, Tisaraṇena saha pañcasīlāni yācāma. Tatiyampi mayaṁ bhante, Tisaraṇena saha pañcasīlāni yācāma.
(Bhante, kami memohon Tisarana dan Pancasila. Untuk kedua kalinya, Bhante, kami memohon Tisarana dan Pancasila. Untuk ketiga kalinya, Bhante, kami memohon Tisarana dan Pancasila.)[17]

Kemudian, seorang biksu akan menjawab sebagai berikut:

Yam-ahaṁ vadāmi taṁ bhaveta.
(Ikutilah apa yang saya ucapkan.)[17]

Setelah itu, umat menjawab dengan kalimat "Āma, Bhante" (Baik, Bhante). Kemudian, biksu tersebut membacakan kalimat Vandana sebanyak tiga kali yang kemudian diikuti oleh umat:

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa.
(Terpujilah Sang Begawan, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna).[17]

Sesudah itu, biksu tersebut membacakan ayat-ayatTisarana per kalimatnya yang kemudian diikuti oleh umat per kalimatnya. Seusai pembacaan Tisarana terlengkapi, biksu tersebut akan berkata sebagai berikut:

Tisaraṇa gamanaṁ paripuṇṇaṁ.
(Tisarana telah diambil dengan lengkap)[17]

Kemudian, umat menjawabnya kalimat "Āma, Bhante" (Baik, Bhante).

Pengambilan sila

[sunting |sunting sumber]
Artikel utama:Pancasila (Buddhisme) danAstasila

Upasaka-upasika atau umat awam sering kali melaksanakan praktik pengambilan lima sila atau Pancasila dalam upacara yang sama setelah mereka mengambil perlindungan.[20][21] Para biksu memberikan sila kepada upasaka-upasika, yang menciptakan efek psikologis tambahan.[22] Pancasila tersebut adalah:[23]

  1. tidak membunuh;
  2. tidak mencuri;
  3. tidak berhubungan seksual secara salah;
  4. tidak mengucapkan kebohongan;
  5. tidak minum minuman keras.

Seorangupasaka-upasika yang menjunjung tinggi sila-sila tersebut digambarkan dalam kitab suci sebagai “permata di antara umat awam”.[24]

Diagram

[sunting |sunting sumber]

Dalam aliranTheravāda, diagram Triratna digambarkan sebagai berikut:

 
 
 
 
 
 
 
 
TIRATANA
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BUDDHA
 
 
 
 
DHAMMA
 
 
 
SAṄGHA
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sammāsambuddha
 
 
 
 
Pariyattidhamma
 
 
 
 
 
 
Sammutisaṅgha
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Paccekabuddha
 
 
 
 
 
 
Tipiṭaka
 
 
 
 
Ariyasaṅgha
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sāvakabuddha
 
 
 
 
 
 
Aṭṭhakathā
Ṭīkā
Añña
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Paṭipattidhamma
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ariya Aṭṭhaṅgika Magga
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Paṭivedhadhamma
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sotāpanna
Anāgāmi
Sakadāgāmi
Arahat
 


Mahāyāna

[sunting |sunting sumber]
Bagian dariseri tentang
Buddhisme Mahāyāna
Teratai, salah satu dari delapan simbol keberuntungan dalam Mahāyāna

Dalam ajaran aliranMahāyāna, Triratna dipahami dalam pengertian yang berbeda dari aliran Sravakayana atau aliran-aliran non-Mahāyāna. Misalnya, Buddha biasanya dijelaskan melalui ajaran Mahāyāna tentang tiga tubuh (trikaya).

Menurut kitab Mahāyāna berjudul Ratnagotravibhāga (Analisis Silsilah Permata), makna sebenarnya dari Triratna adalah sebagai berikut:[25]

  • Sang Buddha tidak memiliki awal, tengah, dan akhir. Sang Buddha adalah kedamaian. Sang Buddha adalahDharmakaya yang tidak bercampur (asamskrta) dan spontan (anabhoga). Sang Buddha adalah kebijaksanaan (jñana) yang tercerahkan sendiri dan muncul dengan sendirinya, kasih sayang, dan kekuatan untuk memberi manfaat kepada orang lain.
  • Dharma digambarkan sebagai realitas yang merupakan penghentian. Dharma digambarkan sebagai bukan keberadaan maupun ketidakberadaan. Dharma adalah realitas nonkonseptual serta realitas jalan yang terdiri darijñana yang bercahaya dan tanpa noda yang menghilangkan semua kekotoran. Ini juga disamakan denganDharmakaya.
  • Sangha mengacu pada makhluk-makhluk yang menyadari hakikat pikiran yang benar-benar cemerlang dan "kesempurnaan hakikat" (yavad bhavikataya) serta kualitas-kualitas unggul yang menjadikan mereka tempat berlindung.

Menurut Longchenpa, seorang guruBuddhisme Tibet:

Menurut pendekatan Mahāyāna, Sang Buddha adalah totalitas dari tiga tubuh; dharma meliputi transmisi kitab suci (terkandung dalam sutra dantantra) dan realisasi kesadaran abadi yang mengetahui diri sendiri (termasuk pandangan, keadaan penyerapan meditatif, dan sebagainya yang terkait dengan tahap-tahap seperti pengembangan dan penyelesaian); dan sangha terdiri dari paraBodhisatwa, guru kesadaran, dan makhluk-makhluk spiritual tingkat tinggi lainnya (selain para Buddha) yang sifatnya sedemikian rupa sehingga mereka berada di jalan pembelajaran dan tidak lagi belajar.[26]

Jadi, bagi aliran Mahāyāna, permata Buddha mencakup Buddha yang tak terhitung banyaknya (sepertiAmitabha,Vajradhara, danVairocana), bukan hanyaBuddha Sakyamuni. Demikian pula, permata Dharma mencakup sutra Mahāyāna dan (untuk aliran Mahāyāna tertentu) dapat juga mencakup tantra Buddha, bukan hanyaTripitaka. Terakhir, permata Sangha mencakup banyak makhluk yang bukan bagian dari sangha monastik, termasukBodhisatwa tingkat tinggi sepertiAwalokiteswara,Vajrapani,Manjusri, dan seterusnya.

Pengambilan perlindungan

[sunting |sunting sumber]

Dalam aliranMahāyāna, pengambilan perlindungan biasa dilakukan dengan pembacaan syair 三皈依 (Pinyin:sān guīyī):[27][28]

自皈依佛当愿众生
(Zì guīyī fó dāng yuàn zhòngshēng)
      Saya berlindung kepada Buddha, semoga semua makhluk hidup
体解大道发无上心
(Tǐ jiě dàdào fā wú shàng xīn)
      dapat memahami Dharma Yang Maha Sempurna, dan berniat untuk mencapaitingkat Buddha.
自皈依法当愿众生
(Zì guīyī fǎ dāng yuàn zhòngshēng)
      Saya berlindung kepada Dharma, semoga semua makhluk hidup
深入经藏智慧如海
(Shēnrù jīng zàng zhìhuì rú hǎi)
      mendalamiSūtra Piṭaka, dan memiliki kebijaksanaan yang luas bagaikan samudra.
自皈依僧当愿众生
(Zì guīyī sēng dāng yuàn zhòngshēng)
      Saya berlindung kepada Sangha, semoga semua makhluk hidup,
统理大众一切无碍和南圣众
(Tǒng lǐ dàzhòng yīqiè wú ài hé nán shèng zhòng)
      bersama-sama dengan para makhluk suci, membimbing para umat menuju pintu Buddha. Semoga semua niat suci ini tidak ada halangan.

— Syair 三皈依

Vajrayāna

[sunting |sunting sumber]
Artikel utama:Triratna dan Triakar

Dalam ajaranBuddhisme Tibet, ada tiga rumusan perlindungan, yaitu bentukLuar,Dalam, danRahasia dari Triratna. BentukLuar adalah Triratna, bentukDalam adalah Triakar, dan bentukRahasia adalahTrikaya seorang Buddha.

Formula Perlindungan Vajrayāna
Luar (Triratna)BuddhaDharmaSaṅgha
Dalam (Triakar)Lama (guru)Yidam (ishtadevata)Dharmapala atauDakini
Rahasia
Bodhicitta
UltimateDharmakāyaSaṃbhogakāyaNirmāṇakāya

Dilgo Khyentse, kepala aliranNyingma dariBuddhisme Tibet sampai wafatnya di tahun 1991, menjelaskan hubungan dalambahasa rahasia dan makna aspekLuar,Dalam, danRahasia dari Triratna:

Triratna Luar adalah Buddha, Dharma, dan Saṅgha. Ketiga permata tersebut memiliki aspek batin, yang dikenal sebagai Triakar:Lama (Guru atau Pengajar), yang merupakan akar dari berkat;Yidam, yang merupakan akar dari pencapaian; danDakini, yang merupakan akar dari aktivitas yang tercerahkan. Meskipun namanya berbeda, ketiganya sama sekali tidak berbeda dari Triratna. Lama (Guru) adalah Buddha [sic], Yidam adalah Dharma, dan para Dakini dan Pelindung adalah Saṅgha. Dan pada tingkat terdalam,dharmakāya adalah Buddha,saṃbhogakāya adalah Dharma, dannirmāṇakāya adalah Saṅgha.[29]

Formulasi perlindungan alternatif ini digunakan oleh mereka yang melakukan yoga dewa dan praktiktantra lainnya dalam tradisiWajrayana dalam Buddhisme Tibet.

Simbol Triratna

[sunting |sunting sumber]
Simbol Triratna yang terdiri atas Trisula, Vajra, dan Dharmacakra; seperti yang terlihat di stupaSanchi, abad ke-1 SM.

Simbol Triratna adalah simbol Buddhis yang dianggap mewakili Tiga Permata (Buddha, Dhamma, Sangha) secara visual.Simbol Triratna terdiri atas:

  • Trisula dengan tiga cabang yang melambangkan Triratna: Buddha, Dhamma, dan Sangha
  • Batang berlian atauwajra
  • Bunga teratai dalam sebuah lingkaran
  • Dharmacakra

Pada representasi jejak kaki Sang Buddha, simbol Triratna biasanya juga diapit olehroda Dhamma.

Simbol Triratna dapat ditemukan pada pahatan dekorasi diSanchi sebagai:

  • simbol penobatan bendera panji (abad ke-2 SM),
  • simbol Sang Buddha yang dipasang di ilustrasi singgasana Buddha (abad ke-2 SM),
  • simbol hiasan penobatan pada gerbang-gerbang di stupa di Sanchi (abad ke-2 M), atau,
  • pada jejak kaki Buddha (mulai dari abad ke-1 M).

Simbol Triratna dapat diperkuat lebih lanjut dengan diatapi tiga roda dharma (satu untuk masing-masing tiga permata agama Buddha: Buddha, Dhamma, dan Sangha).

Simbol Triratna juga disebutnandipada, atau "kuku banteng", oleh umatHindu.

Koin

[sunting |sunting sumber]

Simbol Triratna muncul pada koin-koin bersejarah pada masa kerajaan-kerajaan Buddha di anak benua India. Misalnya, simbol Triratna muncul pada koin-koin abad pertama SM dari Kerajaan Kuninda diPunjab bagian utara. Simbol ini juga muncul di atas penggambaran stupa pada beberapa koin Abdagases I dari Kerajaan Indo sekitar abad pertama Masehi, dan pada koin-koin Kekaisaran Kushan seperti yang dibuat oleh Vima Kadphises dari abad pertama.

Galeri

[sunting |sunting sumber]
  • Simbol Triratna pada koin Taxila, 185–168 SM (rinci)
    Simbol Triratna pada koin Taxila, 185–168 SM (rinci)
  • Simbol gabungan: Shrivatsa dalam simbol Triratna, di atas roda Dharmacakra, di gerbang Torana di Sanchi. Abad ke-1 SM.
    Simbol gabungan: Shrivatsa dalam simbol Triratna, di atas rodaDharmacakra, di gerbang Torana di Sanchi. Abad ke-1 SM.
  • Simbol Triratna atau "Tiga Permata", pada jejak kaki Sang Buddha (simbol yang bawah, simbol yang atas adalah Dharmachakra). Abad ke-1 Masehi, Gandhara.
    Simbol Triratna atau "Tiga Permata", pada jejak kaki Sang Buddha (simbol yang bawah, simbol yang atas adalahDharmachakra). Abad ke-1 Masehi, Gandhara.
  • Simbol Triratna di sisi belakang (sisi kiri) koin raja Kerajaan India-Skithia bernama Azes II (memerintah sekitar 35–12 SM).
    Simbol Triratna di sisi belakang (sisi kiri) koin rajaKerajaan India-Skithia bernama Azes II (memerintah sekitar 35–12 SM).
  • Koin Kunindas abad ke-2 SM yang memuat simbol Triratna di bagian atas stupa.
    Koin Kunindas abad ke-2 SM yang memuat simbol Triratna di bagian atasstupa.
  • Simbol Triratna dari daerah Amaravati.
    Simbol Triratna dari daerahAmaravati.
  • Simbol Triratna versi lainnya.
    Simbol Triratna versi lainnya.

Referensi

[sunting |sunting sumber]

Sitasi

[sunting |sunting sumber]
  1. ^Ray (2004).In the Presence of Masters: Wisdom from 30 Contemporary Tibetan Buddhist Teachers. Boston: Shambhala Publications. hlm. 60.ISBN 1-57062-849-1. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^Irons, Edward A. (2008).Encyclopedia of Buddhism, Encyclopedia of World Religions. New York:: Facts on File. hlm. 403.ISBN 978-0-8160-5459-6. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^Robinson, Richard H.; Johnson, Willard L. (1997).The Buddhist religion: a historical introduction (4th ed.). Belmont, CA: Cengage. hlm. 43.ISBN 978-0-534-20718-2. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^Kariyawasam, A. G. S. (1995).Buddhist Ceremonies and Rituals of Sri Lanka, The Wheel Series. Kandy, Sri Lanka: Buddhist Publication Society. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-10-23. Diakses tanggal 28-03-2013. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|access-date= (bantuan)
  5. ^Sakya, Madhusudan (2011).Buddhism Today: Issues & Global Dimensions, Current Perspectives in Buddhism.3. Cyber Tech Publications.ISBN 9788178847337. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^Ms. McKenzie Perkins (2024), "Jainism Beliefs: The Three Jewels",JAIN AVENUE Magazine 
  7. ^McKenzie Perkins (25 Juni 2019),Jainism Beliefs: The Three Jewels, Learn Religion, diakses tanggal16 September 2024 Periksa nilai tanggal di:|year= / |date= mismatch (bantuan)
  8. ^Harvey 2013, hlm. 245.
  9. ^Kariyawasam 1995, hlm. [halaman dibutuhkan].
  10. ^Robinson & Johnson 1997, hlm. 43.
  11. ^Buswell & Lopez 2013, Paramatthasaṅgha.
  12. ^Harvey 2013, hlm. 246.
  13. ^Werner 2013, hlm. 39.
  14. ^Wijayaratna 1990, hlm. 130–1.
  15. ^Buswell & Lopez 2013, Kuladūșaka.
  16. ^Anon 2020.
  17. ^abcde"Paritta Suci"(PDF). Yayasan Dhammadīpa Ārāma. hlm. 20–21. Diakses tanggal20 Mei 2022. 
  18. ^Shults 2014, hlm. 119.
  19. ^Sangha Theravada Indonesia."Paritta Suci"(PDF). Yayasan Dhammadīpa Ārāma. hlm. 45–47. Diakses tanggal2 Desember 2019. 
  20. ^Getz 2004, hlm. 673.
  21. ^Walters 2004.
  22. ^Harvey 2000, hlm. 80.
  23. ^Sperry 2021.
  24. ^De Silva 2016, hlm. 63.
  25. ^Hookham 1991, hlm. 186-190.
  26. ^Longchen Rabjam & Barron 2007, hlm. 66.
  27. ^"Paritta | San Gui Yi 三 皈 依 (Mandarin)".www.sariputta.com. Diakses tanggal2024-09-03. 
  28. ^"Paritta | San Gui Yi 三 皈 依 (Indonesia)".www.sariputta.com. Diakses tanggal2024-09-03. 
  29. ^Ray (2004), hlm. 60.

Daftar pustaka

[sunting |sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting |sunting sumber]
   TopikBuddhisme   
Buddhisme awal
Benua
Populasi signifikan
Aliran arus utama
Sinkretis
Theravāda
Mahāyāna-Vajrayāna
Kitab daring
Buddha saat ini dan keluarga
4 tempat suci utama
Buddha penting sebelumnya
Buddha selanjutnya
Bawahan
Mahāyāna-Vajrayāna
Jenis penganut
4 tingkat kemuliaan
Tempat ibadah
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Triratna&oldid=26765169"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp