Setelah banjir pasca-glasial di cekunganTeluk Persia, puing-puing darisungai Tigris–Efrat membentuk delta besar, yang menciptakan sebagian besar daratan di Kuwait masa kini dan membentuk garis pantai masa kini.[1] Secara historis, Kuwait utara merupakan bagian dariMesopotamia kuno.[2] Salah satu bukti paling awal hunian manusia di Kuwait selatan berasal dari 8000 SM di mana peralatanMesolitikum ditemukan di Burgan.[3] Penduduk Neolitikum Kuwait merupakan salah satu pedagang maritim paling awal di dunia.[4] Selamaperiode Ubaid (6500 SM), Kuwait merupakan situs utama interaksi antara masyarakat Mesopotamia danArabia TimurNeolitikum,[5][6][7][8][9] termasukBahra 1 dansitus H3 diSubiya.[5][10][11][12] Salah satu perahu buluh tertua di dunia ditemukan di situs H3 yang berasal dari periode Ubaid.[13]
Pada tahun 4000 SM hingga 2000 SM, Teluk Kuwait merupakan rumah bagi peradabanDilmun.[14][15][16][17] Kendali Dilmun atas Teluk Kuwait meliputi daratanAkkaz,[14]Umm an Namil,[14][18] danFailaka.[14][17] Pada puncak kejayaannya pada tahun 2000 SM, kekaisaran Dilmun menguasai jalur perdagangan dari Mesopotamia ke India danperadaban Lembah Indus. Kekuatan komersial Dilmun mulai menurun setelah tahun 1800 SM. Pembajakan marak di seluruh wilayah tersebut selama masa kemunduran Dilmun. Setelah tahun 600 SM, bangsa Babilonia menambahkan Dilmun ke dalam kekaisaran mereka.
Pada masaAleksander Agung, muaraSungai Efrat terletak di Kuwait utara.[19][20] Sungai Efrat mengalir langsung ke Teluk Persia melalui Khor Subiya yang merupakan saluran sungai pada saat itu.[19][20] Failaka terletak 15 kilometer dari muara sungai Efrat.[19][20] Pada abad pertama SM, saluran sungai Khor Subiya mengering sepenuhnya.[19][20]
Selamaperiode Akhemeniyah (s. 550‒330 SM), Teluk Kuwait dihuni kembali.[21] Ada prasasti Aram yang membuktikan keberadaan Akhemeniyah.[22] Pada 127 SM, Kuwait adalah bagian dariKekaisaran Partia dan kerajaanKarakene didirikan di sekitarTeredon di Kuwait saat ini. Karakene berpusat di wilayah yang meliputi Mesopotamia selatan,[23] Koin Karakene ditemukan di Akkaz, Umm an Namil, dan Failaka.[24] Sebuah dermaga komersial Karakene era Partia yang sibuk ada di Kuwait.[25] Penyebutan Kuwait yang tercatat paling awal adalah pada tahun 150 M dalam risalah geografisGeografi oleh ilmuwan YunaniKlaudius Ptolemaeus.[26] Ptolemaeus menyebut Teluk Kuwait sebagaiHieros Kolpos (Sacer Sinus dalam versi Latin).[26]
Sebagian besar Teluk Kuwait saat ini masih belum dieksplorasi secara arkeologis.[5][3] Menurut beberapa arkeolog dan geolog terkenal, Kuwait kemungkinan merupakan lokasi asliSungai Pison yang mengairiTaman Eden.[27][28][29][30]Juris Zarins berpendapat bahwa Taman Eden terletak di hulu Teluk Persia (Kuwait saat ini), tempat Sungai Tigris dan Efrat mengalir ke laut, dari penelitiannya di daerah ini menggunakan informasi dari banyak sumber berbeda, termasuk citra LANDSAT dari luar angkasa. Sarannya tentang Sungai Pison didukung oleh James A. Sauer dari Pusat Penelitian Oriental Amerika.[31] Sauer membuat argumen dari geologi dan sejarah bahwa Sungai Pison adalah Sungai Kuwait yang sekarang sudah tidak ada lagi.[31] Dengan bantuan foto satelit,Farouk El-Baz menelusuri saluran kering dari Kuwait ke Wadi Al-Batin.[27][32][29][28]
^Robert Carter (2002). "Ubaid-period boat remains from As-Sabiyah: excavations by the British Archaeological Expedition to Kuwait".Proceedings of the Seminar for Arabian Studies.32: 13–30.JSTOR41223721.
^Nyrop, Richard F. (2008).Area Handbook for the Persian Gulf States.Richard F. Nyrop. Wildside Press LLC. hlm. 11.ISBN9781434462107.From about 4000 to 2000 B.C. the civilization of Dilmun dominated 250 miles of the eastern coast of Arabia from present-day Kuwait to Bahrain and extended sixty miles into the interior to the oasis of Hufuf (see fig. 2).
^Connan, Jacques; Carter, Robert (2007). "A geochemical study of bituminous mixtures from Failaka and Umm an-Namel (Kuwait), from the Early Dilmun to the Early Islamic period".Jacques Connan, Robert Carter.18 (2): 139–181.doi:10.1111/j.1600-0471.2007.00283.x.