Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Septimius Severus, kaisar yang akhirnya berjaya seusai huru hara yang berlangsung selama Tahun Lima Kaisar
Tahun Lima Kaisar adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode kekacauan politik dan perebutan kekuasaan dalamKekaisaran Romawi pada tahun 193 M, di mana terjadi persaingan dan suksesi antara lima kaisar yang mengklaim takhta dalam waktu singkat. Kelima kaisar tersebut adalahPertinax,Didius Julianus,Pescennius Niger,Clodius Albinus, danSeptimius Severus. Periode ini mencerminkan ketidakstabilan dinasti yang sering terjadi dalam sejarah Romawi setelah kematian seorang kaisar, terutama ketika tidak ada penerus yang jelas.
Tahun Lima Kaisar dimulai setelah kematianKaisar Commodus pada tanggal 31 Desember 192 M. Commodus, putraKaisar Marcus Aurelius, dibunuh setelah masa pemerintahannya yang penuh dengan korupsi dan ketidakpuasan di antara senat, militer, dan rakyat Romawi. Setelah pembunuhanCommodus, perebutan kekuasaan untuk mengendalikan takhtaKekaisaran Romawi dimulai.
Kondisi ini memperburuk ketidakstabilan politik yang sudah ada sejak masa pemerintahanCommodus, di mana elit Romawi, termasuk anggota senat dan jenderal militer, tidak puas dengan kebijakan-kebijakannya yang otoriter dan gaya hidupnya yang eksentrik.
Pertinax adalah orang pertama yang naik takhta setelah kematianCommodus. Sebagai mantan gubernur dan anggota senat yang dihormati,Pertinax dipilih olehGarda Praetoria dengan harapan ia bisa mengembalikan stabilitas dan reformasi pemerintahan setelah kekacauan masa pemerintahanCommodus. Namun, pemerintahannya hanya berlangsung selama 87 hari. Kebijakannya yang bertujuan untuk mereformasi militer dan mengatur keuangan negara tidak populer di kalanganGarda Praetoria. Ketidakpuasan ini memuncak dalam pembunuhannya pada bulan Maret 193 M oleh sekelompok Praetorian yang marah karena tidak dibayar sesuai harapan mereka.
Setelah kematianPertinax,Garda Praetoria melelang takhta kepada penawar tertinggi, danDidius Julianus, seorang bangsawan kaya, memenangkan lelang tersebut. Dia menawarkan suap yang besar kepada Praetorian untuk mengamankan posisinya. Pemerintahannya sangat tidak populer di kalangan senat dan rakyat Romawi, yang menganggap tindakannya sebagai penghinaan terhadap institusi kekaisaran. Kepemimpinannya yang lemah hanya berlangsung selama beberapa bulan, karena muncul pemberontakan dari para jenderal provinsi yang menantang klaimnya atas takhta.
Pescennius Niger, seorang gubernur dan jenderal yang populer di provinsi-provinsi Timur, dinyatakan sebagai kaisar oleh pasukan yang setia kepadanya setelah kematianPertinax. Niger dengan cepat menyiapkan pasukannya untuk merebut kendali atasKekaisaran Romawi, namun ia menghadapi perlawanan dariSeptimius Severus, yang juga menuntut takhta. Niger kalah dalam beberapa pertempuran penting, termasukPertempuran Issus pada tahun 194 M, dan akhirnya tewas dibunuh setelah melarikan diri dari medan perang.
Clodius Albinus, gubernur Britania, awalnya bersekutu denganSeptimius Severus dalam perebutan takhta, tetapi kemudian mengkhianatinya setelah mengklaim dirinya sebagaiAugustus (kaisar penuh) pada tahun 195 M. Konflik antara Albinus danSeverus berujung pada pertempuran besar diLugdunum (Lyon) pada tahun 197 M, di mana Albinus dikalahkan dan tewas. Kekalahannya mengakhiri persaingan di antara para jenderal militer yang memperebutkan kekuasaan.
Septimius Severus akhirnya muncul sebagai pemenang dari konflik ini. Dia diangkat sebagai kaisar oleh pasukan diPannonia tak lama setelah kematianPertinax.Septimius Severus, seorang jenderal yang berpengalaman, berhasil mengalahkanNiger dan Albinus dalam serangkaian kampanye militer. Setelah menyingkirkan semua rivalnya, Severus memerintahKekaisaran Romawi dengan tangan besi dan memulai pendiriandinasti Severan. Pemerintahannya dikenal karena reformasi militer dan administratif yang memperkuat kekaisaran, meskipun seringkali dengan harga kebebasan politik dan pengaruh senat yang semakin berkurang.
PeriodeTahun Lima Kaisar menandai salah satu babak paling kacau dalam sejarahKekaisaran Romawi, menunjukkan betapa rentannya sistem suksesi kekaisaran, terutama ketika tidak ada pewaris yang jelas. Ketidakstabilan ini semakin memperlihatkan peran penting militer dalam menentukan kaisar, terutamaGarda Praetoria danlegiun-legiun Romawi di provinsi. MeskipunSeptimius Severus mampu memulihkan stabilitas dan mendirikan dinasti yang bertahan selama beberapa dekade, perebutan kekuasaan dalamTahun Lima Kaisar menjadi preseden bagi lebih banyak krisis serupa di kemudian hari dalamsejarah Romawi.
Perebutan takhta yang berulang kali melibatkan beberapa kaisar sekaligus menunjukkan bahwa sistemmonarki absolut diRomawi sangat tergantung pada kekuatan pribadi kaisar dan kesetiaan militer. Ketika kaisar lemah atau tidak mampu, kekacauan politik akan segera menyusul, dan ini menciptakan iklim ketidakpastian yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ambisius.