Sosiologi adalahilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalammasyarakat serta pengaruhnya bagi kehidupanmanusia. Sosiologi pertama kali digunakan olehAuguste Comte yang juga dikenal sebagai bapak dari sosiologi dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah olehHerbert Spencer.[1] Perkembangan sosiologi sebagai ilmu dibagi menjadi empat tahap, yaitu masaabad pertengahan, masaabad renaisans, masa sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat dengan menggunakanmetode ilmiah dari keilmuan lain (abad ke-18M), dan masa sosiologi sebagai ilmu dengan metode ilmiah yang mandiri (abad ke-19 M).[2] Sosiologi memiliki objek kajian yang jelas dan dapat diselidiki melalui metode-metode ilmiah serta dapat disusun menjadi suatu sistem yang masuk akal dan saling berhubungan.Objek kajian utama dalam sosiologi ialah struktur masyarakat, unsur sosial,sosialisasi danperubahan sosial.[3] Cabang-cabang ilmu sosiologi bersifat gabungan antara ilmu tentang gejala sosial yang terjadi dalamMasyarakat dengan ilmu-ilmu lainnya.[4]
Sosiologi merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitusocius yang berarti kawan atau teman danlogos yang artinya ilmu pengetahuan.[5]
Sosiologi didirikan oleh orangYunani kuno. Awalnya sosiologi bersatu dengan ilmufilsafat sosial. Dipisahkan karena kemudian diskusi masyarakat berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum. Seperti perang dan konflik sosial. Dalam buku Sociology: SOciety Diving in Society (2007), pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte mengungkapkan keprihatinannya tentang keadaan masyarakat Prancis setelah Revolusi Prancis booming. Dampak revolusi menimbulkan perubahan positif dengan munculnya suasana demokrasi, tetapi juga membawa perubahan negatif. Perubahan negatif berupa konflik kelas yang menyebabkan anarkisme di masyarakat. Konflik dipicu oleh kurangnya pemahaman untuk mengatasi perubahan atau hukum seperti pengaturan stabilitas sosial. Dalam kondisi seperti itu, Auguste Comte menyarankan bahwa studi tentang masyarakat harus dikembangkan menjadi ilmu yang mandiri. C tis di mana sosiologi lahir sebagai cabang termuda dari ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan oleh Auguste Comte dalam bukunyaCours de Philosophe Positif (1830). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat luas. Sosiologi kemudian menjadi ilmu yang berkembang diEropa, terutama di Jerman dan Prrancis.[6]
Di dalam proses perkembangannya sosiologi dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu ke masyarakat lainnya seperti ekonomi dan sejarah. Sosiologi yang merupakan pemikiran terhadap masyarakat lambat laun menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Banyak usaha baik bersifat ilmiah maupun non ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Faktor pendorong utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.[7]
Pada awalnya, manusia menyatukan segala bidangpengetahuan sebagai bagian darifilsafat alam. Kemudian filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, salah satunya ialahfilsafat sosial. Filsafat sosial membahas tentangetika yang perlu ada dan diiterapkan di dalam masyarakat. Tokoh-tokohnya yaituPlato (429–347 SM) danAristoteles (384-322 SM). Plato membahas tentang unsur sosiologi dalam bernegara, sedangkan Aristoteles membahas tentang etika sosial. Dalam perkembangannya, sosiologi menjadi pengetahuan yang berbeda dengan filsafat sosial. Sosiologi lebih mengutamakan pengetahuan tentangrealitas sosial di dalam masyarakat, dibandingkan dengan pengetahuan tentang cara masyarakat dalam menerapkan etika.[8] Konsep sosiologi kemudian dikembangkan olehThomas Hobbes,John Locke, danJean Jaques Rousseau melalui pemikiran tentang kontak sosial. Konsep pemikiran sosiologi ini belum dianggap sebagai ilmu hingga awal tahun 1800-an.[9]
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh Auguste Comte dalam bukunya yang berjudulCours De Philosophie Positive yang diterbitkan pada tahun 1838 M dan kemudian dipopulerkan olehHerbert Spencer pada tahun 1876 melalui penerbitan bukunya yang berjudulPrinciples of Sociology.[10] Istilah sosiologi diperoleh dari dua kata dalambahasa Latin yaituSocius danLogos. KataSocius berarti kawan, sedangkan kataLogosberarti ilmu pengetahuan.[11]
MasyarakatEropa merupakan pencetus sosiologi sebagai sebuahdisiplin ilmiah. Sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat memiliki batasan-batasan yang membedakannya dengan disiplin ilmiah lainnya.[12] Berikut beberapa definisi sosiologi menurut para ahli:
Pitirim Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara beragam gejala sosial, gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial lain..[13]
J.A.A Von Dorn danC.J. Lammers : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.[14]
Max Weber : Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.[15]
Selo Sumardjan danSoelaeman Soemardi : Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.[16]
Paul B. Horton : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan pemahaman mengenai kehidupan kelompok dan produk kehidupan yang dihasilkannya.[17]
Soerjono Soekanto : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.[18]
William Kornblum : sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Allan Jhonson : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku sosial serta pengaruh individu terhadap individu lain dan terhadap sistem sosial.[17]
Émile Durkheim : Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.[19]
Nursid Sumaatmadja : Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentanghubungan sosial, artinya bahwa manusia adalah makhluk aktif yang mengadakan kontak sosial dengan interaksi sosial yang berupa tingkah laku dan dapat saling mempengaruhi.
Hassan Shadily : Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang cara individu-individu di dalam masyarakat agar dapat hidup bersama dengan membentuk ikatan-ikatan antar individu serta cara untuk memaknai dan mengendalikan tujuan hidup bersama dengan membentuk perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan.[20]
P.J. Bouman: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial antarmanusia dalam hubungan antar individu dengan kelompok, sifat dan perubahan-perubahan, lembaga-lembaga serta ide-ide sosial.[21]
Georg Simmel: Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam konteks individu secara khusus dan tidak terikat, namun menghasilkan interaksi sosial sebagai realitas sosial.[22]
Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, diperoleh dari aktivitas berpikir manuia melalui metode tertentu. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diuji secara kritis oleh orang lain. Secara garis besar, ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
Ilmu pengetahuan alam (natural sciences), yaitu ilmu yang mengkaji gejala-gejala alam, baik hayati maupun nonhayati. Ilmu ini bertujuan untuk memahamifenomena alam melaluiobservasi,eksperimen, dan analisis yang sistematis. Cabang-cabangnya sepertibiologi mempelajari kehidupan dan organisme,fisika mengeksplorasi hukum-hukum dasaralam semesta,kimia meneliti komposisi serta reaksi zat, danmatematika memberikan alat dan kerangka logis untuk memahami pola dan struktur dalam fenomena tersebut. Pendekatan ilmu ini bersifatempiris, berbasis pada pengumpulan data dan pembuktianhipotesis untuk membangunteori yang dapat diandalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu pengetahuan sosial (social sciences), yaitu ilmu yang mengkaji kehidupan bersama manusia dengan sesamanya. Ilmu ini bertujuan untuk memahami polainteraksi,perilaku, danstruktur sosial yang membentuk kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Cabang-cabangnya seperti sosiologi menganalisis hubungan sosial dan dinamika kelompok,politik mempelajari sistem kekuasaan dan pemerintahan,hukum meneliti aturan yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat, sertaekonomi mengeksplorasiproduksi,distribusi, dankonsumsi sumber daya. Pendekatan ilmu ini bersifatanalitis daninterpretatif, sering menggabungkan data empiris dan teori untuk memahami serta mengatasi tantangan sosial yang kompleks.
Ilmu pengetahuan budaya (humanistic study), yaitu ilmu yang mempelajari manifestasi atau perwujudanspiritual dari kehidupan bersama manusia. Ilmu berfokus pada pemahaman mendalam mengenai ekspresi manusia dalam bentuk nilai, makna, dan identitas yang terwujud melalui budaya. Cabang-cabangnya mencakup kesastraan yang menggali karya-karya tulis sebagai cerminan pengalaman manusia,bahasa yang mempelajarisistem komunikasi dan ekspresi,agama yang menyelidiki keyakinan sertapraktik spiritual,antropologi yang menelitikebudayaan dan kehidupan manusia dalam berbagai dimensi,filsafat yang mengkaji pemikiran dan hakikat eksistensi, sertakesenian yang mengeksplorasi kreativitas dan estetika. Pendekatan ilmu ini bersifat reflektif dan interpretatif, bertujuan untuk memahami makna yang lebih mendalam dari tindakan, simbol, dan ekspresi manusia. Kajian ini tidak hanya melihat budaya sebagai produk, tetapi juga sebagai proses dinamis yang terus berkembang dalam konteks sosial, sejarah, dan individu.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[24]
Sosiologi adalahilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi termasuk disiplin ilmiah kategori, bukan merupakan disiplin ilmiah normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yangempiris danrasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Ciri utama dari sosiologi sebagai ilmu ialah empiris, teoretis, kumulatif dan nonetis.
1.Empiris, yaitu didasarkan pada pengamatan dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat perkiraan.
2.Teoretis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil pengamatan yang nyata dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
4.Kumulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
5.Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.[25]
Sosiologi merupakan ilmu yang dapat diamati dalamsudut pandang yang beragam, karena manusia merupakan makhluk yang perilakunya berubah-ubah.[26] Hal utama yang dijadikan acuan dalam menyusun sudut pandang sosiologi adalah persoalan utama dalam dunia sosial. Sosiologi memunculkan banyak sudut pandang yang beragam yang saling berkaitan sekaligus saling bersaing satu sama lainnya. Pada awalnya, sudut pandang dalam sosiologi dapat dibedakan menjadi sudut pandangfakta sosial, sudut pandang definisi sosial, sudut pandang perilaku sosial. Pada perkembangan selanjutnya, muncul sudut pandang baru yaitu sudut pandangpositivistik, sudut pandangkonstruksi sosial, dan sudut pandang kritis.[27]
Sosiologi dapat dipandang melalui fakta sosial berupa realitas sosial mengenai adanyastruktur sosial dalam masyarakat. Realitas sosial ini terbentuk secara mandiri tanpa ada kaitannya dengan individu-individu yang ada dalam suatu masyarakat. Fakta sosial ini berbentuk seperangkat aturan dalam masyarakat yang terpisah dari masyarakat tetapi tetap mempengaruhi perilaku sosial dari masyarakat tersebut.[27]
Sosiologi dapat dipandang dari cara dan proses berpikir manusia sebagai individu yang melakukan suatu tindakan secara bertanggung jawab untuk menemukannilai sosial melalui interaksi sosial. Di dalam masyarakat, manusia sebagai individu tetap patuh terhadap struktur sosial dan pranat sosial yang telah ada. Sosiologi dipandang sebagai proses perilaku sosial dan interaksi sosial yang berasal dari kehendak individu. Dalam sudut pandang definisi sosial, hakikat dari realitas sosial berbentuk keinginan dan tindakan individu yang sifatnya subjektif. Sosiologi dalam sudut pandan definisi sosial mengacu pada makna yang dihasilkan oleh individu bagi masyarakatnya.[28]
Sosiologi yang dipandang melalui perilaku sosial lebih mengutamakan sifat yang dapat diamati melalui panca indera serta bersifat objektif. Acuan utama dalam sudut pandang perilaku sosial adalah interaksi sosial yang berbentuk perilaku sosial yang dapat dipelajari melaluipengamatan secara langsung. Sosiologi dalam sudut pandang perilaku sosial tidak mementingkan makna dari perilaku sosial, melainkan pengamatan dari perilaku itu sendiri secara berulang-ulang. Interaksi sosial dipandang sebagai suatu proses tanggapan dan rangsangan yang memiliki hubungan timbal balik.[29]
Sudut pandang positivistik diperoleh dari filsafat positivistikRene Descartes dan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimulai sejak abad pencerahan. Sebelum adanya sudut pandang positivistik, masyarakat sepenuhnya diatur olehnegara dan agama yang mengendalikan pemikiran yang bersifatmetafisika dan teologis.[30] Memasuki abad ke-14 Masehi, masyarakat Eropa khususnyaSkotlandia, memulai menunjukkan ketidaksesuaian antara nalar dan agama dan memilih mencari kebenaran pengetahuan melalui pembuktian secara empiris. Pemikiran ini kemudian berkembang diInggris dan menyebar keEropa Daratan.[31]
Sudut pandangkonstuktivistik dihasilkan melalui proses dari perdebatan teoretik dalam sejarah perkembangan sosiologi itu sendiri.Teori-teori sosial yang bersifat umum mulai diperdebatkan sehingga menghasilkan berbagai teori sosial yang bersifat khusus dan terperinci pada suatu kajian tertentu. Selain itu, sudut pandang konstruktivistik juga muncul akibat adanya perdebatan antara penggunaan metode yang subjektif atau objektif dalam ilmu sosial serta perdebatan mengenai penggunaan metode ilmiah atau pengamatan simbolik.[32]
Sudut pandang kritis mulai terbentuk ketika sosiologi dianggap tidak mampu menciptakan perubahan sosial dan perubahan politik yang mampu menciptakan masyarakat yangadil dan beradab. Selain itu, sosiologi dianggap terlau mengandalkan metode ilmiah sebagai tujuannya.[33] Para ahli teori kritis menganggap sosiologi hanya berpusat pada kajian masyarakat secara menyeluruh sehingga tidak mempedulikan peran individu, sehingga masyarakat yang adil dan beradab sulit diwujudkan melalui perubahan sosial.[34]
Fakta sosial merupakan cara bertindak,berpikir, dan berperasaan yang tidak dilakukan oleh individu melainkan oleh hal-hal yang berada di sekitarnya. Sifat dari fakta sosial adalah mampu memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Segala hal yang berkaitan dengan interaksi sosial merupakan bagian dari fakta sosial. Fakta-fakta ini bersifat objektif dan tidak mengandung nilai subjektif yang berasal dari manusia.[35]
Khayalan sosiologis merupakan cara untuk memahami apa yang terjadi di dalam individu maupun di dalam masyarakat. Melalui khayalan sosiologi sejarahtokoh masyarakat, sejarah masyarakat dan hubungan keduanya satu sama lain, dapat dengan mudah dipahami. Khayalan sosiologis menggunakan permasalah dan isu sebagai alat untuk memahami masyarakat dan individu di dalamnya.[36]
Realitas sosial merupakan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sosial. Sifat dari reaitas sosial adalah memiliki pola tertentu yang dapat dijelaskan serta saling berkaitan satu sama lain.[37]
Sosiologi tidak memiliki fokus kajian pada bidang-bidang yang memiliki spesialisasi tertentu, melainkan mengkaji fenomena sosial secara umum.[38] Objek kajian utama dalam sosiologi ialah masyarakat.[39] Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup secara bersama-sama dalam suatu wilayah dan mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memilikibudaya.[40] Penyelidikan terhadap masyarakat dilakukan melalui sudut pandang hubungan antara manusia dan proses yang ditimbulkannya dalam masyarakat. Sosiologi mengkaji hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lain, hubungan antara individu dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain. Selain itu, sosiologi juga mengkaji sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.[41]
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek, yaitu objek material, objek formal, objek budaya dan objekagama.[42] Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.[43] Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.[43] Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain. Sedangkan objek agama menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang mempengaruhi hubungan manusia.[42]
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji lebih mendalam pada bidang sosial dengan cara yang beragam.[44] Hampir semua gejala sosial yang terjadi didesa maupun dikota, dalam individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang sesuai bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[45] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga bidang ilmu utama, yaituekonomi,manajemen, dan sejarah. Sosiologi dalam bidang ekonomi meliputi segala kegiatan usaha yang berhubungan denganproduksi,distribusi, dan penggunaansumber daya alam. Masalah manajemen berkaitan dengan pihak-pihak yang membuat kajian tentang masyarakat, sedangkan persoalan sejarah berhubungan dengan catatan kronologi.[46]
Dalam sosiologi, informasi untuk keperluan penelitian diperoleh dari penggabungan data dari berbagai ilmu pengetahuan. Sosiologi dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah yang dapat memberikan keterangan beserta uraian tentang proses berlangsungnya kehidupan kelompok-kelompok sosial, atau kelompok manusia. Lingkungan hidup, realitas sosial serta sensasi yang dirasakan manusia dapat dijelaskan melalui sosiologi. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok serta prosesnya. Analisis sosiologi dipengaruhi oleh semua faktor tersebut dalam hubungan antara manusia.[47]
Pada awalnya sosiologi disebut filsafat sosial karena masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalamfilsafat, materi yang dibahas pun tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi seperti yang dikenal sekarang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih mengandung unsur etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu, sedangkan sosiologi yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, sepertiSokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir pada abad pertengahan, sepertiAgustinus,Ibnu Sina, danThomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwasebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini. Berkembangnya ilmupengetahuan padaabad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada abad ini. Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan
Pada tahun 1839, Auguste Comte menciptakan istilah sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, hal ini disebut sebagai tahap pemikiran awal sosiologi. Perubahan-perubahan besar pada abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat strukturmasyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalamrevolusi Amerika,revolusi industri, danrevolusi Prancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalammasyarakat.
Perubahan yang terjadi akibatrevolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak.Bangsawan dan kaumrohaniwan yang semula bergelimang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata.Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Prancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupaperang,kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya:
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
Pada awal abad ke-20 Masehi, terjadi imigrasi besar-besaran dari Eropa menuju keAmerika Utara. Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan berbagai masalah sosial berupa tindakankriminal. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga membentuk kota-kota baru yang maju dalam bidangindustri, sehingga terjadi perubahan sosial dalam masyarakat. Para ilmuwan kemudian mulai meneliti perubahan sosial ini, sehingga sosiologi mengalami perkembangan yang pesat diAmerika Serikat danKanada. Teori-teori sosiologi yang berkembang di Eropa mulai diganti dengan teori-teori baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat Amerika, sehingga terciptalah sosiologi modern. Pendekatan sosiologi modern mengutamakan pengetahuan empiris dengan penekanan pada fakta sosial yang dapat dipelajari dalam perubahan masyarakat. Berdasarkan fakta sosial itu, ditemukan kesimpulan yang lebih menyeluruh dan cakupannya lebih luas terhadap perubahan masyarakat.[48]
Sosiologi pengetahuan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari pengetahuan dan pemikiran manusia yang berkaitan dengan proses sosial dan faktor yang mempengaruhinya dalam suatu kondisi sosial.[49] Istilah sosiologi pengetahuan diperkenalkan pertama kali olehMax Scheler.[50]
Sosiologi agama merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat dari sudut pandangagama secara universal. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat sertadogma dalamteologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan.[51] Pendekatan sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan kekurangan pada suatu agama sebagai objek kajian.[52] Objek kajian utama dalam sosiologi agama ialah hubungan antarindividu dan antarkelompok di dalam organisasi keagamaan serta hubungan antara suatu organisasi keagamaan dengan organisasi keagamaan lainnya.[53] Dalam sosiologi agama, keyakinan kerohanian merupakan struktur sosial yang menciptakan integrasi sosial pada individu-individu di dalam masyarakat.[54]
Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu sosiologi yang menjelaskan hukum secara positif dengan mempertimbangkan ilmu kemasyarakatan. Sosiologi hukum diperkenalkan pertama kali pada tahun 1882 oleh ilmuwan berkebangsaanItalia yang bernama Anzilotti. Sosiologi hukum menggabungkan pemikiranfilsafat hukum,filsafat ilmu dan ilmu sosial dari berbagai pemikiran dengan pendapat yang berbeda-beda. Penjelasan ilmiah dalam sosiologi hukum disampaikan dengan metodedeskripsi daneksplorasi.[55] Dalam sosiologi hukum, masyarakat dianggap sebagai suatusistem sosial yang menjadi tempat diterapkannya proses hukum.[56] Sosiologi hukum memanfaatkan pola-pola perlambangan hukum, prosedur hukum, dan sanksi, untuk menafsirkan kebiasaan-kebiasaan dan penerapan materi hukum.[57] Aktivitas penelitian dalam sosiologi hukum menerapkan proses berpikir yang rasional danteleologis.[58]
Sosiologi pendidikan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan antara manusia dalampendidikan melalui pendekatan sosial dan menggunakan metode ilmiah.[59] Penggunaan istilah sosiologi pendidikan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899 olehJohn Dewey dalam bukunya yang berjudulSchool and Society. Konsep awal dari sosiologi pendidikan yaitu peran lembaga pendidikan sebagai pranata sosial.[60] Konsep ini kemudian dikembangkan lagi oleh Ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pendidikan dan ilmu sosial yaitu A. W. Small, E. A.Kirkpatrick, C. A. Elwood, Alvin Good, dan S. T. Dutton. Pengembangan konsep berkaitan dengan peranan sosiologi bagi pendidikan, terutama pendidikan anak olehkeluarga dan masyarakat. Konsep sosiologi pendidikan mengalami perkembangan lebih lanjut setelah John Dewey kembali menerbitkan buku pada tahun 1916 yang berjudulDemocracy and Education.[61]
Perumusan batasansosiologi politik dapat dilakukan melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama, sosiologi politik dijadikan sebagai sebuahhubungan masyarakat yang memiliki interaksi sosial dalam bentuk politik dan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara politik dan masyarakat.[62] Pendekatan kedua, sosiologi politik dijadikan sebagai pendekatan bagi konsep, variabel, teori dan metodologi dalam memahami fenomena sosial. Pada pendekatan kedua, sosiologi politik menjadi penjelas bagi kegiatan politik yang merupakan bagian dari realitas sosial. Kegiatan ini melliputi pembagian kekuasaan dan kewenangan, pengambilan keputusan dalam kebijakan kehidupan publik, pemerintahan, dan negara serta pengambilan keputusan dalamkonflik danresolusi konflik.[63]
Sosiologi kesehatan merupakan salah satu cabang sosiologi yang berawal dari perkembangansosiologi kedokteran. Penyebab dibentuknya sosiologi kedokteran adalah diperlukannya faktor-faktor sosial yang menentukan pola penyebaran penyakit. Setelah terjadi perubahan sudut pandang dari penyebaran penyakit menjadi pencegahan penyakit, maka sosiologi kesehatan pun dibentuk dan terpisah dari sosiologi kedokteran.[64] Dalam sosiologi kesehatan, pengelolaan masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan sosiologi.[65]
Sosiologi ekonomi merupakan salah satu cabang sosiologi yang membahas tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sosiologi ekonomi, fenomenaekonomi yang terjadi dijelaskan dengan pendekatan sosiologi. Fenomena ekonomi yang dikaji berupa prosesproduksi,distribusi, dankonsumsisumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapaikesejahteraan. Pendekatan sosiologis yang digunakan guna mengamati fenomena ekonomi meliputikerangka acuan, variabel, indikator, serta model sosiologi dalam menjelaskan fenomena sosial di dalam masyarakat.[66]
Sosiologi pembangunan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat sebagaisubjek sekaligus objekpembangunan. Dalam proses pembangunan, masyarakat menjadi penyebab terjadinya pembangunan sekaligus penerima dampak dari pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dianggap sebagai cara untuk melakukan humanisasi terhadap masyarakat.[67] Konsep dasar dari sosiologi pembangunan dibentuk olehKarl Marx,Max Weber, danDurkheim.[68]
Sosiologi pedesaan merupakan bagian dari ilmu sosiologi terapan yang ditujukan bagi masyarakat pedesaan.[1] Pada masa klasik sosiologi pedesaan diartikan sebagai keadaan sosial dari desa-desa di Eropa yang menggambarkan perbedaannya secara jelas bila dibandingkan dengan keadaankota. Pada masa modern, sosiologi pedesaan diartikan sebagai cara masyarakat pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme yang mempengaruhi pertanian.[69] Perkembangan ilmu sosiologi pedesaan berlangsung pesat di Amerika Serikat melaluikarya tulis ilmiah T. Lynn Smith dan Paul E. Zopf pada tahun 1970 serta pada tahun 1972 melalui karya tulis ilmiah Galeski.[70]
Sosiologi perkotaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari tentang gejala sosial akibat dariinteraksi sosial yang terjadi di dalamkawasan perkotaan. Objek kajian utama dalam sosiologi perkotaan adalah interaksi yang terjadi padamasyarakat perkotaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kota.[71] Kajian tentang sosiologi perkotaan mulai dibahas pertama kali oleh Chicago School dalam buku pedoman tentangekologi manusia. Pada tahun 1950, Chicago School kemudian menerbitkan buku pedoman tentang sosiologi urban.[72] Kajian dalam sosiologi perkotaan melingkupi keterangan umum tentang perkotaan,urbanisasi, pembagian kawasan perkotaan, masyarakat perkotaan, permasalahan urban, danstruktur sosial.[73]
Teori-teori dalam ilmu sosiologi dapat digunakan untuk untuk menjadi rangkuman pengetahuan mengenai hal-hal yang diketahui dan telah teruji kebenarannya dalam ilmu sosial. Rangkuman pengetahuan ini kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melengkapi kekurangan-kekurangan individu terhadap pengetahuan sosial. Pengetahuan yang lengkap ini kemudian dapat memperjelas fakta sosial serta dapat membentuk susunan konsep tentang arah perkembangan masyarakat. Teori-teori sosiologi juga dapat dimanfaatkan dalam rangka pembangunan masyarakat. Perencanaan pembangunan masyarakat harus diawali dengan pengumpulan informasi berupa data masyarakat yang akan dikembangkan. Selanjutnya, diperlukan informasi tentang dampak yang dapat ditimbulkan akibat pengembangan masyarakat melalui pembangunan. Data yang diperlukan secara lebih rinci berupa pola interaksi sosial, kelompok-kelompok sosial, maupun tokoh masyarakat yang memiliki peran penting dalampembangunan. Data tentang kebudayaan yang dapat memperlambat atau mempercepat proses pembangunan juga diperlukan.[74]
Penerapan teori sosiologi dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi denganlingkungan sosial. Masalah-masalah sosial dan pembangunan juga menjadi mudah untuk diselesaikan karena adanya data yang akurat yang diperoleh pemerintah melalui pemeriksaan yang ketat. Tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dilakukan dengan teliti. Tahap perencanaan data didasarkan pada nilai sosial dan aspirasi yang ada atau mungkin ada dalam masyarakat jika kebijakan dilaksanakan. Kekuatan sosial yang penting dan berpengaruh juga harus diketahui keberadaannya pada saat pelaksanaan pembangunan dan kebijakan. Sedangkan, tahap evaluasi melibatkan dampak-dampak dari kebijakan terhadap pola interaksi sosial dan kondisi masyarakat yang ada. Teori sosiologi juga dapat membantu siapa pun yang ingin berperan atau tampil dalam masyarakat dengan cara memahami nilai-nilai dan kekuatan-kekuatan yang penting yang dapat digunakan atau dirangkul untuk bersama membangun peran sosial. Selain itu, teori sosiologi dapat membantu mengenali adanya perbedaan sosial antara kelompok dan mempermudah terciptanya pluralitas masyarakat yang stabil demi pembangunan dan kemajuan bersama.[75]
^Sucipto, Urip (2014).Sosiologi. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 5.ISBN978-602-2802-28-0.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Purwasih, Joan Hesti Gita (2016).Sosiologi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten: PT Intan Pariwara. hlm. 4.ISBN979-28-1442-2 Periksa nilai: checksum|isbn= (bantuan).Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
^William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
Elisanti dan Rostini, T. (2009).Sosiologi 1: untuk SMA / MA Kelas X(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-744-8. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal2020-11-20.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Rosmalia, D., dan Sriani, Y. (2017).Sosiologi Kesehatan(PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2022-11-17. Diakses tanggal2020-11-24.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Ruswanto (2009).Sosiologi: SMA / MA Kelas X(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-746-2. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2020-11-07. Diakses tanggal2020-11-20.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Sudarmi, S., dan Indriyanto, W. (2009).Sosiologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-209-2. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal2020-11-20.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Suhardi dan Sunarti, S. (2009).Sosiologi 1: Untuk SMA/MA Kelas X Program IPS(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-208-5. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2020-09-30. Diakses tanggal2020-11-12.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Sukardi, J.S., dan Rohman, A. (2009).Sosiologi: Kelas X untuk SMA / MA(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-747-9. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2020-11-05. Diakses tanggal2020-11-20.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Widianti, W. (2009).Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.ISBN978-979-068-745-5. Diarsipkan dariversi asli(PDF) tanggal 2021-01-23. Diakses tanggal2020-11-20.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Babbie, Earl R. (2003).The Practice of Social Research (edisi ke-10). Wadsworth: Thomsin Learning Inc.ISBN0-534-62029-9.OCLC51917727.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Collins, Randall (1994).Four Sociological Traditions. Oxford: Oxfor University Press.ISBN0-19-508208-7.OCLC28411490.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Macionis, John J (1991).Sociology (edisi ke-3). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.ISBN0-13-820358-X.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Merton, Robert K. (1959).Social Theory and Social Structure: Toward The Codification of Theory and Research (edisi ke-3). Glencoe: Free Press.OCLC4536864.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
NIsbet, Robert A. (1967).The Sociological Tradition. London: Heinemann Educational Books.ISBN1-56000-667-6.OCLC26934810.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Scott, John dan Marshall, Gordon (ed) (2005).A Dictionary of Sociology (edisi ke-3). Oxford: Oxford University Press.ISBN0-19-860986-8.OCLC60370982.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
Wallace, Ruth A., dan Alison Wolf (1995).Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition (edisi ke-4). Upper Saddle River: Prentice Hall.ISBN0-13-036245-X.OCLC31604842.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)