Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rabbi Avraham Mordechai Gottlieb.
Rabi atauRabbi (Ibrani Klasikרִבִּיribbī;;Ashkenazi modern danIsraelרַבִּיrabbī) dalamYudaisme, berarti "guru", atau arti harafiahnya "yang agung". Kata "Rabi" berasal dari akar kata bahasa IbraniRaV, yang dalambahasa Ibrani alkitabiah berarti "besar" atau "terkemuka, (dalam pengetahuan)".
Dalam aliran-aliran Yudea kuno, kaum bijaksana disapa sebagai רִבִּי (Ribbi atauRebbi) — dalam abad-abad belakangan ini diubah ucapannya menjadiRabi ("guruku"). JugaRabuni (Markus 10:51; Yohanes 20:16) sama artinya, yaitu "guruku". Istilah sapaan penghormatan ini lambat laun dipergunakan sebagai gelar, dan akhiran pronomina "i" ("-ku") kehilangan maknanya karena seringnya kata ini digunakan. DiEropa Timur, Rabi diucapkan sebagai "Ravin," (Раввин).
Peranan Rabi dalam masyarakat Yahudi mempunyai banyak sisi, dari dulu sampai sekarang. Di zaman dahulu,Rabbi merupakan gelar seseorang yang terpelajar, yaitu guru yang menguasai keseluruhan 613mitzvot (hukum agama) Yahudi, atau orang yang ditunjuk sebagai pemimpin agama di komunitasnya. Saat ini rabi-rabi masih bertanggungjawab untuk mengajarkan ajaran agama Yahudi secara umum, danHalakha (aturan-aturan agama) secara khusus; dan umumnya berhak menentukan penerapan hukum Yahudi.
Menurut tradisi,Musa adalah rabi pertama bagi orang Israel. Sampai sekarang ia dikenal di kalangan orang Yahudi sebagaiMoshe Rabbeinu ("Musa, 'rabi' atau guru kami"). Musa juga dianggap nabi terbesar dalamAlkitab Ibrani. Musa menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadaYosua bin Nun atas perintah Allah yang dicatat di dalamKitab Bilangan, dengan carasemicha ("penumpangan tangan" atau "pentahbisan") yang pertama kalinya disebutkan diTaurat dalamKitab Bilangan pasal 27:15-23[1] danKitab Ulangan 34:9.[2]
Menurut tradisi Yahudi, kewenangan yang diberikan melaluisemicha diberikan sambung menyambung oleh para rabi sejak dari Musa sampai sekarang.
Pemerintahankerajaan Israel danKerajaan Yehuda didasarkan pada sistem raja-raja, para nabi, kewenangan hukum pengadilanSanhedrin dan kewenangan ibadah para imam (kohen). Anggota Sanhedrin semua harus menerimasemicha ("pentahbisan" yang diturunkan tak putus-putusnya sejak dari Musa) tetapi lebih sering disebut "hakim-hakim" (dayanim) semacamShoftim yaitu para hakim diKitab Hakim-hakim, bukan sebagai "rabi".
Seluruh kepribadian dan kemampuan memahamiTaurat serta ke-613mitzvot (perintah Allah) sebenarnya sama dengan "rabi" yang dikenal sekarang.Dengan kehancuran duaBait Allah diYerusalem, pada akhir kerajaan/pemerintahan Yahudi, serta menurunnya peranan nabi dan imam, maka fokus kepemimpinan di bidang ilmu agama dan kerohanian bergeser kepada orang-orang bijak (sage) sebagai "Orang-orang dalam Kumpulan Agung" (Anshe Knesset HaGedolah). Kumpulan ini meliputi rabi-rabi yang fungsinya lebih dikenal selama 2000 tahun terakhir, terutama karena mereka memulai penyusunan dan penjelasan "Hukum-hukum oral" Yahudi (Torah SheBe'al Peh), yang kemudian dibakukan dan dibukukan dalam bentukMishnah danTalmud. Selanjutnya keilmuan rabi-rabi ini menghasilkan Yahudi berdasarkan Kerabian atau "Rabbinical Judaism".Rabi bukanlah profesi yang ditemukan diTaurat. Pertama kalinya kata ini disebutkan dalamMishnah, yang umumnya dianggap dibakukan sekitar 200 M, yaitu oleh Rabi Judah Hanasi.
Debra Nussbau, Cohen,Jewish tradition vs. the modern-day female, March 17, 2000, Jewish Telegraphic Agency
Lauren Gelfond Feldinger,The Next Feminist Revolution,The Jerusalem Post, 17 Maret 2005
Moshe Y'chiail Freidman,Women in the Rabbinate, Jewish Observer, 17:8, 1984, 28-29.
Laurie Goodstein,Causing a Stir, 2 Synagogues Hire Women to Aid Rabbis, 6 Februari 1998, New York Times
Jeff Helmreich,Orthodox women moving toward religious leadership, Jumat, 6 Juni 1997, Long Island Jewish World
Marilyn Henry,Orthodox women crossing threshold into synagogue, Jerusalem Post Service, 15 Mei 1998
Jonathan Mark,Women Take Giant Step In Orthodox Community: Prominent Manhattan shul hires ‘congregational intern’ for wide-ranging spiritual duties, The Jewish Week, 19 Desember 1997
Emanuel Rackman,(Women as Rabbis) Suggestions for Alternatives, Judaism, Vol.33, No.1, 1990, hlm. 66-69.