Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Parahyangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dariPreanger)
Peta wilayah Priangan
Perkebunan teh di Goalpara,Sukabumi utara pada tahun1923

Parahyangan (bahasa Sunda:ᮕᮛᮠᮡᮍᮔ᮪,translit. Parahyangan), disebut juga sebagaiPriangan atauPreanger (bahasa Belanda:Preanger), adalahwilayah geobudaya danpegunungan yang berpusat diProvinsi Jawa Barat diPulau Jawa,Indonesia.[1]

Di sebelah barat, wilayah ini berbatasan denganprovinsi Banten, sebelah utara berbatasan dengan wilayahDKI Jakarta dan wilayah pesisir utara Jawa Barat, sebelah timur berbatasan denganSungai Pemali danSerayu diProvinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan berbatasan denganSamudra Hindia.

Etimologi

[sunting |sunting sumber]

Nama "Parahyangan" berasal dariBahasa Sunda yang berarti "tempat tinggal parahyang (dewa)".Parahyangan secara spesifik adalah daerah sekitarpegunungan di selatan Jawa Barat dimanaorang Sunda terdahulu mempercayai gunung-gunung sebagai tempat bersemayamnya para dewa.[2]

LegendaSangkuriang dalam budaya Sunda berisi catatan mengenaidanau purbaprasejarah didataran tinggicekungan Bandung, yang menunjukkan bahwa orang Sunda sudah mendiami wilayah tersebut sejakzaman batu.[3]Pepatah dan legenda Sunda populer lainnya menyebutkan tentang terciptanya dataran tinggi Parahyangan terjadi ketika parahyang (dewa) sedang tersenyum, yang secara tersirat menunjukkan keindahan alam di wilayah ini.[4]

Salah-satu layanan kereta api antarkota dariPT KAI untuk ruteJakarta danBandung dinamakankereta api Parahyangan.[5]

Sejarah

[sunting |sunting sumber]

Wilayah Parahyangan telah menjadi rumah bagimanusia purba sejakzaman prasejarah (setidaknya sejak 9500 SM).[6] Ada beberapa temuan arkeologi prasejarah pemukiman manusia purba, digua Pawon di kawasankarstPadalarang, Bandung Barat, dan di sekitar danau Bandung purba.[7][8]

ReruntuhanCandi Bojongmenje yang ditemukan di daerahRancaekek, sebelah timur Kota Bandung menunjukkan bahwa candi ini dibangun dari awal abad ke-7 masehi, sekitar periode yang sama atau bahkan lebih awal daricandi Dieng diJawa Tengah.[9]

Rujukan sejarah tertua yang tertulis di wilayah Parahyangan berasal dari sekitar abad ke-14, ditemukan dalamPrasasti Cikapundung, di mana wilayah tersebut pernah menjadi salah satu pemukiman dalam wilayahKerajaan Sunda.[10] Parahyangan adalah bagian dariKerajaan Sunda danGaluh yang lampau, dimana kedua kerajaan tersebut dibatasi olehSungai Citarum.[11] Di masa kerajaan Hindu-Buddha, wilayah pegunungan di pedalaman Parahyangan dianggap sebagai tempat suci dalam kepercayaanSunda Wiwitan. Terdapat bebrapakabuyutan (pusat keagamaan) ataumandala (pusat suci) yang disebutkan dalam teks Sunda kuno dan terletak di beberapa tempat di dataran tinggi Parahyangan, dimana salah-satu letaknya mungkin berada diJayagiri, sebelah utaraKota Bandung di lerengGunung Tangkuban Parahu.[12]

Setelah jatuhnya Kerajaan Sunda di abad ke-16, sebagian besar Parahyangan masuk dalam wilayahKerajaan Sumedang Larang, dengan pengecualian daerah sebelah baratSungai Cisadane yang dikuasaiKesultanan Banten serta daerah Galuh dan Talaga yang dikuasaiKesultanan Cirebon.[13][14] Kedua kesultanan tersebut sepakat untuk membagi pengaruh di Parahyangan dengan sungai Citarum sebagai batasnya.[15] Pada tahun1617,Sultan Agung dari Mataram melancarkan kampanye militer di seluruh Jawa dan mengajakKesultanan Cirebon untuk bergabung dengan Mataram. Pada tahun1618, pasukanMataram menaklukkanCiamis, laluSumedang Larang dibawah rajaKusumadinata III menyatakan bergabung dengan Mataram di tahun1620.[16] sehingga Mataram menguasai sebagian besar wilayah Parahyangan. Wilayah ini lalu diperintah oleh para pangeranménak (bangsawan Sunda di era Mataram) seperti dariCianjur,Sumedang, danCiamis.[17] Para pangeran ini kekuasaanya diakui oleh Mataram sebagai pewaris sah daerahnya masing-masing dikarenakan adanya klaim bahwa mereka masih keturunan dari raja-raja Sunda sepertiPrabu Siliwangi.[18] Meskipun kekuasaan yang dominan di bagian barat pulau Jawa saat itu dipegang oleh Kesultanan Banten dan Cirebon, para bangsawan Sunda di dataran tinggi Parahyangan relatif menikmati kebebasan dan otonomi internal karena adanya pengakuan dan perlindungan dari Mataram. Namun bersamaan dengan berkuasanya Mataram di wilayah ini,Pengaruh budaya Jawa di Parahyangan mulai masuk dan bercampur dengan budaya asli di wilayah ini.

Daerah-daerah Geobudaya di Jawa Barat
  Rebana

Pada tahun1630 Sultan Agung mendeportasi penduduk asli Parahyangan ke timur setelah ia dapat menumpas pemberontakanDipati Ukur di daerah tersebut.[19] Dipati Ukur adalah pemimpin daerah Tatar Ukur (Cekungan Bandung) yang memberontak terhadap Mataram setelahpenyerbuan Mataram atas Batavia yang kedua kali mengalami kegagalan.[20]

Kesultanan Mataram terlibat perebutan wilayah di Parahyangan denganPerusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang berpusat diBatavia. Mataram secara bertahap melemah setelah melaluiKonflik suksesi para pangeran Jawa dan keterlibatan VOC dalam urusan internal istana Mataram. Untuk mengamankan posisinya, raja Mataram saat ituPakubuwana I membuat konsesi yang signifikan dengan VOC melaluiPerjanjian tahun 1705 dimana Mataram menyerahkan banyak wilayahnya yang semula ditaklukan oleh kakeknya Sultan Agung, termasuk Parahyangan sebagai imbalan kepada VOC yang telah membantu menumpasPemberontakan Trunajaya.[21] Oleh karenanya sejak awal abad ke-18, Parahyangan berada di bawah kekuasaan Belanda, dimana kebijakan tanam paksa di wilayah ini yang dikenal dengan namaPreangerstelsel mulai diberlakukan VOC di tahun 1720.[22][23]

Setelah Parahyangan berpindah kuasa kepada Belanda, wilayah ini lalu mulai dikenal sebagaiDe Preanger pada masapemerintahan kolonial. Parahyangan menjadi suatukeresidenan tersendiri di tahun 1818 dengan ibu kotanya yang mula-mula terletak diTjiandjoer (Cianjur) yang kemudian dipindahkan keBandung setelah adanya banyak gempa dan terjadinya letusanGunung Gede di tahun 1864. Bandung sebagai ibu kota keresidenan baru lambat laun berkembang menjadi pusat pemukiman yang penting.[24] Pada abad ke-19, Belanda telah menguasai sebagian besarJawa. Melalui adanya pembangunanJalan Raya Pos olehDaendels yang menghubungkan kawasan perkebunanPreanger denganpelabuhan Batavia dan banyak daerah lain di Jawa,Preanger menjadi wilayah yang terbuka untukinvestasi,eksploitasi, dan bisnis.[25]KeresidenanPreanger lalu menjadi kawasan perkebunan yang penting dan produktif di zamanHindia Belanda yang menghasilkankopi,teh,kina, dan banyak tanaman komersial yang menguntungkan banyak pemilik perkebunan Belanda yang dikenal dengan namaPreanger Planters.[16][26]

Kopi Jawa yang dikenalkan ke seluruh dunia olehBelanda, sebenarnya adalah kopi yang ditanam di wilayahPreanger. Pada awal abad ke-20,Bandung berkembang menjadi pemukiman penting dan kota terencana.Bandung sebelum perang dirancang sebagai ibu kota baruHindia Belanda, meskipunPerang Dunia II mengakhiri rencana ini. SetelahIndonesia merdeka, Parahiyangan dianggap sebagai nama sejarah yang romantis untuk kawasan pegunungan diJawa Barat yang mengelilingi Bandung.

Geografi

[sunting |sunting sumber]
Wilayah Parahyangan menurut penuturan Bahasa Sundadialek Priangan (hijau)

Wilayah Parahyangan yang sesungguhnya meliputi hampir seluruh dataran tinggi diJawa Barat. Tetapi karena perbedaan segidialek danbudaya maka wilayah Parahiyangan saat ini umumnya meliputi pegunungan tengah dan selatan Jawa Barat saja. Wilayah yang umumnya dimasukkan kedalam Parahiyangan adalahBandung Raya (meliputiKota Bandung,Kabupaten Bandung,Kabupaten Bandung Barat, danKota Cimahi),Cianjur,Sukabumi, sebagianBogor,Purwakarta,Sumedang,Indramayu barat daya,Ciamis,Banjar,Subang selatan,Garut, sebagian kecilMajalengka barat,Tasikmalaya sertaPangandaran.

Pegunungan

[sunting |sunting sumber]

Sesuai dengan namanya, kawasan ini mempunyai banyak gunung ternama sepertiTangkuban Perahu (Bandung Barat,Subang),Ciremai (Kuningan,Majalengka),Gede-Pangrango (Sukabumi,Bogor,Cianjur),Salak (Bogor,Sukabumi),Cikuray (Garut), danPapandayan (Garut).

Lihat pula

[sunting |sunting sumber]

Referensi

[sunting |sunting sumber]
  1. ^Lentz, Linda (2017).The Compass of Life: Sundanese Lifecycle Rituals and the Status of Muslim Women in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Carolina Academic Press. hlm. 49.ISBN 978-1-61163-846-2. 
  2. ^Menyelamatkan alam Sunda: dan kajian lainnya mengenai budaya Sunda. Pusat Studi Sunda. 2007.ISBN 978-979-16066-0-8. 
  3. ^Beta, Toba (2021-02-24).Betelgeuse Incident. Toba Beta Bumi Intitama Sejahtera. 
  4. ^Kunto, Haryoto (2000).Seabad Grand Hotel Preanger, 1897-1997. Grand Hotel Preanger. 
  5. ^Riadi, Tri Joko Her."Bandung Hari Ini: Akhir Perjalanan Kereta Api Parahyangan".BandungBergerak.id.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-03. Diakses tanggal2023-05-01. 
  6. ^Oris Riswan (1 March 2014)."Tulang jari di Goa Pawon berumur 9.500 tahun lebih".Sindo News.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-07. Diakses tanggal2022-11-17. 
  7. ^"An Extremely Brief Urban History of Bandung". Institute of Indonesian Architectural Historian.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-07-16. Diakses tanggal2006-08-20. 
  8. ^Brahmantyo, B.; Yulianto, E.; Sudjatmiko (2001)."On the geomorphological development of Pawon Cave, west of Bandung, and the evidence finding of prehistoric dwelling cave".JTM. Diarsipkan dariversi asli tanggal October 21, 2009. Diakses tanggal2008-08-21. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  9. ^"Candi Bojongmenje".Perpustakaan Nasional Indonesia. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2017-05-08. Diakses tanggal2022-11-17. 
  10. ^R.Teja Wulan (9 October 2010)."Prasasti Bertuliskan Huruf Sunda Kuno Ditemukan di Bandung".VOA Indonesia.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-04. Diakses tanggal2022-11-17. 
  11. ^Sudirman, Adi.Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer. DIVA PRESS.ISBN 978-602-391-657-3. 
  12. ^Ekajati, Edi Suhardi (1995).Kebudayaan Sunda: Suatu pendekatan sejarah. Pustaka Jaya.ISBN 978-979-419-192-7. 
  13. ^Safitri, Dyah; Surtikanti, Ratih; Grataridarga, Niko; Mardiati, Wiwiet (2023-01-13).Naskah Sumber Arsip Statis dengan Narasi Kreatif Tujuan Wisata. uwais inspirasi indonesia.ISBN 978-623-227-951-3. 
  14. ^Hernawan, Wawan; Kusdiana, Ading (2020-05-12).BIOGRAFI SUNAN GUNUNG DJATI: Sang Penata Agama di Tanah Sunda. LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung.ISBN 978-623-93720-1-9. 
  15. ^Sanusi, Anwar; Arif, Faisal; Hasyim, Rafan S. (2022-12-26).PERUBAHAN EKSISTENSI SUNGAI DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA CIREBON PADA MASA HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1942. Yayasan Wiyata Bestari Samastra.ISBN 978-623-8083-13-8. 
  16. ^abLubis, Nina Herlina (1998).Kehidupan kaum ménak Priangan, 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. 
  17. ^Titik balik historiografi di Indonesia. Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI. 2008.ISBN 978-979-3258-80-5. 
  18. ^Riyandi, Rizma (2020-07-01)."Sejarah Menak Terkemuka di Tanah Pasundan (Bag.1) - Ayo Bandung".Sejarah Menak Terkemuka di Tanah Pasundan (Bag.1) - Ayo Bandung.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-06. Diakses tanggal2023-05-01. 
  19. ^Kiernan, Ben (2008).Blood and Soil: Modern Genocide 1500-2000. hlm. 142.ISBN 9780522854770.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-09-26. Diakses tanggal2022-11-17. 
  20. ^Ekadjati, Edi S.; Hardjasaputra, A. Sobana; Anggawisastra, Ade Kosmaya; Masduki, Aam (1994-01-01).Empat Sastrawan Sunda Lama. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 
  21. ^Lubis, Nina Herlina (2000).Tradisi dan transformasi sejarah Sunda. Humaniora Utama Press.ISBN 978-979-9231-33-8. 
  22. ^Salura, Purnama (2007).Menelusuri arsitektur masyarakat Sunda. Cipta Sastra Salura.ISBN 978-979-17433-1-0. 
  23. ^Klein, Jacob Wouter de (1931).Het Preangerstelsel (1677-1871) en zijn nawerking (dalam bahasa Belanda). Waltman. 
  24. ^Yulianto, Eko (2020).Geliat kota Bandung: dari kota tradisional menuju modern. Bank Indonesia Institute.ISBN 978-979-8086-60-1.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-01. Diakses tanggal2023-05-01. 
  25. ^Protschky, Susie (2011-01-01).Images of the Tropics: Environment and Visual Culture in Colonial Indonesia (dalam bahasa Inggris). BRILL.ISBN 978-90-04-25360-5. 
  26. ^"Menyusuri Jejak Preanger Planters".Republika Online. 2016-02-07.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-05. Diakses tanggal2023-05-01. 

Pranala luar

[sunting |sunting sumber]
  • Hardjasaputra, A. Sobana (2004). Bupati di Priangan: kedudukan dan peranannya pada abad ke-17 - abad ke-19.Bupati di Priangan dan kajian lainnya mengenai budaya Sunda, hal. 9-65. Pusat Studi Sunda, Bandung.
  • Ajip Rosidi, dkk. (2000).Ensiklopedi Sunda. Pustaka Jaya, Jakarta.
Wikimedia Commons memiliki media mengenaiPriangan.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Parahyangan&oldid=26994013"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp