Pertanian atauagrikultur adalah kegiatan pemanfaatansumber daya hayati yang dilakukanmanusia untuk menghasilkan bahanpangan, bahan bakuindustri, atau sumberenergi, serta untuk mengelolalingkungan hidupnya.[1] Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagaibudidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaranhewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatanmikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatankeju dantempe, atau sekadarekstraksi semata, seperti penangkapanikan atau eksploitasihutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dariPDB dunia.[2]
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, sepertiilmu tanah,meteorologi,teknik pertanian,biokimia, danstatistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidayahewan ternak secara khusus disebut sebagaipeternak.
Istilah "pertanian" berakar dari kata tani, yang berasal dariJawa Kunothāni, bermakna 'orang, desa atau dusun, serta ladang yang diolah dan ditanami'.[3] Secara etimologis, kata ini juga memiliki keterkaitan denganSanskertasthāniya, yang berarti 'kota atau desa yang luas'.[4]
Istilah ini sejalan dengan konsep agrikultur, yang berasal daribahasa Latinagricultūra (ager: 'ladang' dancultura: 'pengolahan atau pembudidayaan'), merujuk pada aktivitas terorganisasi dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan.[5]
Pertanian memiliki makna yang luas dan sering digunakan untuk merujuk pada semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan ini meliputi bercocok tanam, peternakan, kehutanan, perikanan, dan perkebunan. Definisi ini menekankan pada aspek produksi berbasis ekosistem buatan yang bertujuan menghasilkan bahan organik melalui proses reproduksi tanaman atau hewan.[6] Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaantanaman.
Istilah pertanian dapat dipahami sebagai aktivitas manusia yang bertujuan menghasilkanbahan organik melalui proses produksi yang melibatkantumbuhan danhewan. Proses ini mengandalkan transformasizat anorganik menjadi bahan organik, seperti produksi hasil tanaman (padi,sayuran),peternakan (daging, susu),kehutanan (madu), atauperikanan (ikan,udang).[7] Sebagai acuan, kegiatan ini memerlukan dua syarat penting. Pertama, harus ada keterlibatanorganisme biologis seperti tumbuhan,ternak, atau organisme lain (misalnyaulat sutera ataulebah) dalam siklus produksi. Kedua, proses tersebut harus mencerminkan sifat reproduktif ataupelestarian, yang memastikan keberlanjutan produksi melalui usahabudidaya atauregenerasisumber daya alam.[8]
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu.Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanyapohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semuavertebrata kecualiikan danamfibia) atauserangga (misalnyalebah).Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspekkonservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.[9]
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatanekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihanbenih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, danpemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukanpertanian intensif. Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagaiagribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagaiintensifikasi. Karenapertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalahpertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya sepertipertanian organik ataupermakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentukpertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentukpertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidayaalga,hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Pusat asal-usul pertanian, sebagaimana diidentifikasi olehNikolai Vavilov pada tahun 1930-an. Wilayah 3 kini tidak lagi diakui sebagai pusat asal pertanianPapua Nugini (wilayah P) diidentifikasi baru-baru ini.[10][11]
Perkembangan pertanian memungkinkanpopulasi manusia tumbuh jauh lebih besar dibandingkan masaberburu dan meramu.[12] Pertanian berkembang secara mandiri di berbagai wilayah dunia, melibatkan beragamspesies, dengan setidaknya 11 pusat asal-usul yang berbeda.[13][10] Transisi dari berburu ke pertanian menunjukkanintensifikasi,pemukiman tetap, dan domestikasi bertahap tanaman dan hewan, seperti dalam budaya Natufian diLevant danNeolitikum awal Tiongkok.[14]
Domestikasianjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan pemeliharaan dan pembudidayaan hewan yang pertama kali.Biji-bijian liar yang dikumpulkan 105.000 tahun lalu, budidaya padi diTiongkok sejak 11.500–6.200 SM, danjagung diMesoamerika 10.000–6.000 tahun lalu.[15]Domba didomestikasi diMesopotamia sekitar 13.000–11.000 tahun lalu.Sapi berasal dariBos primigenius liar dan didomestikasi di wilayah yang kini menjadiTurki danPakistan sekitar 10.500 tahun lalu.Babi mulai dibudidayakan diEurasia, termasukEropa,Asia Timur, danAsia Barat Daya, sekitar waktu yang sama. DiAndes, tanaman sepertikentang,kacang, dancoca, serta hewan sepertillama danalpaka, didomestikasi 10.000–7.000 tahun lalu.Tebu danumbi-umbian dibudidayakan di Papua Nugini sekitar 9.000 tahun lalu.
Selain itu, praktik pemanfaatan hutan sebagai sumber bahan pangan diketahui sebagaiagroekosistem yang tertua.[16] Pemanfaatan hutan sebagai kebun diawali dengan kebudayaan berbasis hutan di sekitar sungai. Secara bertahap manusia mengidentifikasi pepohonan dan semak yang bermanfaat. Hingga akhirnyaseleksi buatan oleh manusia terjadi dengan menyingkirkan spesies dan varietas yang buruk dan memilih yang baik.[17]
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentukkebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" diTimur Tengah, yang meliputi daerah lembahSungai Tigris danEufrat terus memanjang ke barat hingga daerahSuriah danYordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutamagandum kuno sepertiemmer) danpolong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnyaZaman Es terakhir pada eraPleistosen, di daerah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum),perunggu danmegalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadapdewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaanpangan. Pada 5300 tahun yang lalu di China,kucing didomestikasi untuk menangkap hewan pengerat yang menjadi hama di ladang.[18]
Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa danAfrika Utara, pada saat ituSahara belum sepenuhnya menjadigurun) dan ke timur (hinggaAsia Timur danAsia Tenggara). Bukti-bukti diTiongkok menunjukkan adanya budidayajewawut danpadi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padisawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM danJepang sertaKorea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalahkambing/domba (7000 tahun SM) sertababi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasikucing.Sapi,kuda,kerbau,yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian.Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidayasayur-sayuran danbuah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuno (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidayaanggur danzaitun.
Tanaman serat didomestikasikan di saat yang kurang lebih bersamaan dengan domestikasi tanaman pangan. China mendomestikasikanganja sebagai penghasil serat untuk membuat papan, tekstil, dan sebagainya;kapas didomestikasikan di dua tempat yang berbeda yaitu Afrika dan Amerika Selatan; di Timur Tengah dibudidayakanflax.[19] Penggunaan nutrisi untuk mengkondisikan tanah sepertipupuk kandang,kompos, danabu telah dikembangkan secara independen di berbagai tempat di dunia, termasukMesopotamia,Lembah Nil, danAsia Timur.[20]
Pertanian menjadi pilar utama perkembanganperadaban di berbagai wilayah Eurasia. Di Mesopotamia, masyarakat Sumeria mulai tinggal di desa sekitar 8.000 SM, memanfaatkan sistem irigasi dariSungai Tigris danEfrat. Teknologi pertanian seperti bajak dan ditemukan pada milenium ke-3 SM. Mereka menanamgandum,barley,lentil,bawang,kurma,anggur, danara.[21] DiMesir, pertanian berkembang sejak periode pradinasti (setelah 10.000 SM) dengan memanfaatkan banjir musimanSungai Nil untuk budidaya gandum, barley, dan tanaman sepertirami danpapirus.[22][23]
India mencatat domestikasi gandum, barley, danjujube sejak 9.000 SM, disusul oleh domba, kambing, dan sapi dalam budayaMehrgarh sekitar 8.000–6.000 SM. Bukti arkeologis menunjukkan penggunaan bajak yang ditarik hewan pada tahun 2.500 SM diLembah Indus, dankapas dibudidayakan pada milenium ke-5 hingga ke-4 SM.[24][25][26][27][28][29]
Di Tiongkok, mulai abad ke-5 SM, diterapkan sistem gudang nasional danpertanian sutra yang meluas.[30] Water-powered grain mills were in use by the 1st century BC,[31] Pada abad ke-1 SM,penggilingan gandum dengan tenaga air telah digunakan, diikuti dengansistem irigasi. Pada akhir abad ke-2 SM, bajak berat dengan mata bajak besi danpapan cetak ditemukan, kemudian menyebar ke seluruh Eurasia.[32][33][34] Padi Asia, yang didomestikasi sekitar 8.200 hingga 13.500 tahun yang lalu, berasal dariSungai Pearl di selatan Tiongkok.[35]
Penduduk asli Australia, yang sebelumnya dianggap sebagai pemburu-pengumpul nomaden, melakukanpembakaran terkendali, kemungkinan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam melalui metode pertanian berbasis api.[54] Beberapa ahli berpendapat bahwa pemburu-pengumpul memerlukan lingkungan yang produktif untuk mendukung pengumpulan sumber pangan tanpa bertani. Karena hutan di Papua Nugini memiliki sedikit tanaman pangan, manusia purba mungkin menggunakan "pembakaran selektif" untuk meningkatkan produktivitas pohonbuah woromo liar.[55] KelompokGunditjmara dan lainnya mengembangkan sistem budidayabelut danperangkap ikan sekitar 5.000 tahun yang lalu. Terdapat bukti peningkatan aktivitas pertanian di seluruh benua Australia pada periode itu. Di dua wilayah Australia, pantai barat tengah dan tengah timur, petani awal membudidayakanubi jalar,millet asli, danbawang hutan, mungkin di pemukiman permanen.
Romawi mencatatkan kemajuan dalam teknik pertanian, seperti penggunaanpupuk,rumah kaca, dan penyimpanan dingin, serta mencatatkan praktik agrikultur dalam karya-karya sepertiDe Agricultura karyaMarcus Porcius Cato. Abad Pertengahan memperlihatkan penyebaran teknologi pertanian ke Timur melalui pengaruhIslam, di mana tanaman sepertitebu dankedelai diperkenalkan. Penemuan Dunia Baru membawa tanaman seperti jagung, kentang, dan cokelat ke Eropa, mendorong revolusi pertanian pada abad ke-17 dan ke-18 yang didukung oleh munculnya negara nasionalis dan sistem perdagangan global.
Citrasatelit pertanian diMinnesota.Citrainframerah pertanian di Minnesota. Tanaman sehat berwarna merah, genangan air berwarna hitam, dan lahan penuh pestisida berwarna coklat
Di akhir tahun 2007, beberapa faktor mendorong peningkatan harga biji-bijian yang dikonsumsi manusia dan hewan ternak, menyebabkan peningkatan harga gandum (hingga 58%), kedelai (hingga 32%), dan jagung (hingga 11%) dalam satu tahun. Kontribusi terbesar ada pada peningkatan permintaan biji-bijian sebagai bahan pakan ternak di Cina dan India, dan konversi biji-bijian bahan pangan menjadi produkbiofuel.[58][59] Hal ini menyebabkan kerusuhan dan demonstrasi yang menuntut turunnya harga pangan.[60][61][62]International Fund for Agricultural Development mengusulkan peningkatanpertanian skala kecil dapat menjadi solusi untuk meningkatkan suplai bahan pangan dan jugaketahanan pangan. Visi mereka didasarkan pada perkembanganVietnam yang bergerak dari importir makanan ke eksportir makanan, dan mengalami penurunan angka kemiskinan secara signifikan dikarenakan peningkatan jumlah dan volume usaha kecil di bidang pertanian di negara mereka.[63]
Sebuah epidemi yang disebabkan oleh fungiPuccinia graminis pada tanaman gandum menyebar di Afrika hingga ke Asia.[64][65][66] Diperkirakan 40% lahan pertanian terdegradasi secara serius.[67] Di Afrika, kecenderungan degradasi tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan lahan tersebut hanya mampu memberi makan 25% populasinya.[68]
Pada tahun 2009, China merupakan produsen hasil pertanian terbesar di dunia, diikuti oleh Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat, berdasarkanIMF.Pakar ekonomi mengukurtotal faktor produktivitas pertanian dan menemukan bahwa Amerika Serikat saat ini 1.7 kali lebih produktif dibandingkan dengan tahun 1948.[69] Enam negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Australia, Argentina, dan Thailand mensuplai 90% biji-bijian bahan pangan yang diperdagangkan di dunia.[70]Defisit air yang terjadi telah meningkatkan impor biji-bijian di berbagai negara berkembang,[71] dan kemungkinan juga akan terjadi di negara yang lebih besar seperti China dan India.[72]
Pada tahun 2011,Organisasi Perburuhan Internasional (disingkat ILO) menyatakan bahwa setidaknya terdapat 1 miliar lebih penduduk yang bekerja di bidang sektor pertanian. Pertanian menyumbang setidaknya 70% jumlah pekerja anak-anak, dan di berbagai negara sejumlah besar wanita juga bekerja di sektor ini lebih banyak dibandingkan dengan sektor lainnya.[73] Hanya sektor jasa yang mampu mengungguli jumlah pekerja pertanian, yaitu pada tahun 2007. Antara tahun 1997 dan 2007, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian turun dan merupakan sebuah kecenderungan yang akan berlanjut.[74] Jumlah pekerja yang dipekerjakan di bidang pertanian bervariasi di berbagai negara, mulai dari 2% di negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, hingga 80% di berbagai negara di Afrika.[75] Di negara maju, angka ini secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan abad sebelumnya. Pada abad ke 16, antara 55–75% penduduk Eropa bekerja di bidang pertanian. Pada abad ke 19, angka ini turun menjadi antara 35–65%.[76] Angka ini sekarang turun menjadi kurang dari 10%.[75]
Batang pelindung risiko tergulingnya traktor dipasang di belakang kursi pengemudi
Pertanian merupakan industri yang berbahaya. Petani di seluruh dunia bekerja pada risiko tinggi terluka, penyakit paru-paru, hilangnya pendengaran, penyakit kulit, juga kanker tertentu karena penggunaan bahan kimia dan paparan cahaya matahari dalam jangka panjang. Pada pertanian industri, luka secara berkala terjadi pada penggunaanalat dan mesin pertanian, dan penyebab utama luka serius.[77] Pestisida dan bahan kimia lainnya juga membahayakan kesehatan. Pekerja yang terpapar pestisida secara jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fertilitas.[78] Di negara industri dengan keluarga yang semuanya bekerja padalahan usaha tani yang dikembangkannya sendiri, seluruh keluarga tersebut berada pada risiko.[79] Penyebab utama kecelakaan fatal pada pekerja pertanian yaitu tenggelam dan luka akibat permesinan.[79]
ILO menyatakan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi yang membahayakan tenaga kerja.[73] Diperkirakan bahwa kematian pekerja di sektor ini setidaknya 170 ribu jiwa per tahun. Berbagai kasus kematian, luka, dan sakit karena aktivitas pertanian sering kali tidak dilaporkan sebagai kejadian akibat aktivitas pertanian.[80] ILO telah mengembangkanKonvensi Kesehatan dan Keselamatan di bidang Pertanian, 2001, yang mencakup risiko pada pekerjaan di bidang pertanian, pencegahan risiko ini, dan peran dari individu dan organisasi terkait pertanian.[73]
Sistem pertanaman dapat bervariasi pada setiap lahan usaha tani, tergantung pada ketersediaan sumber daya dan pembatas; geografi dan iklim;kebijakan pemerintah; tekanan ekonomi, sosial, dan politik; dan filosofi dan budaya petani.[81][82]
Pertanian berpindah (tebang dan bakar) adalah sistem di mana hutan dibakar. Nutrisi yang tertinggal di tanah setelah pembakaran dapat mendukung pembudidayaantumbuhan semusim danmenahun untuk beberapa tahun.[83] Lalu petak tersebut ditinggalkan agar hutan tumbuh kembali dan petani berpindah ke petak hutan berikutnya yang akan dijadikan lahan pertanian. Waktu tunggu akan semakin pendek ketika populasi petani meningkat, sehingga membutuhkan input nutrisi daripupuk dankotoran hewan, danpengendalian hama. Pembudidayaan semusim berkembang dari budaya ini. Petani tidak berpindah, namun membutuhkan intensitas input pupuk dan pengendalian hama yang lebih tinggi.
Industrialisasi membawa pertanianmonokultur di mana satukultivar dibudidayakan pada lahan yang sangat luas. Karena tingkatkeanekaragaman hayati yang rendah, penggunaan nutrisi cenderung seragam dan hama dapat terakumulasi pada halah tersebut, sehingga penggunaan pupuk danpestisida meningkat.[82] Di sisi lain, sistem tanaman rotasi menumbuhkan tanaman berbeda secara berurutan dalam satu tahun.Tumpang sari adalah ketika tanaman yang berbeda ditanam pada waktu yang sama dan lahan yang sama, yang disebut juga denganpolikultur.[83]
Di lingkungan subtropis dan gersang, preiode penanaman terbatas pada keberadaan musim hujan sehingga tidak dimungkinkan menanam banyak tanaman semusim bergiliran dalam setahun, atau dibutuhkanirigasi. Di semua jenis lingkungan ini, tanaman menahun sepertikopi dankakao dan praktikwanatani dapat tumbuh. Di lingkungan beriklim sedang di manapadang rumput dansabana banyak tumbuh, praktik budidaya tanaman semusim danpenggembalaan hewan dominan.[83]
Sistem produksi hewan ternak dapat didefinisikan berdasarkan sumber pakan yang digunakan, yang terdiri dari peternakan berbasispenggembalaan, sistem kandang penuh, dan campuran.[84] Pada tahun 2010, 30% lahan di dunia digunakan untuk memproduksi hewan ternak dengan mempekerjakan lebih 1.3 miliar orang. Antara tahun 1960-an sampai 2000-an terjadi peningkatan produksi hewan ternak secara signifikan, dihitung dari jumlah maupun massakarkas, terutama pada produksidaging sapi,daging babi, dandaging ayam. Produksi daging ayam pada periode tersebut meningkat hingga 10 kali lipat.Hasil hewan non-daging sepertisusu sapi dantelur ayam juga menunjukan peningkatan yang signifikan. Populasi sapi, domba, dan kambing diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2050.[85]
Budi daya perikanan adalah produksi ikan dan hewan air lainnya di dalam lingkungan yang terkendali untuk konsumsi manusia. Sektor ini juga termasuk yang mengalami peningkatan hasil rata-rata 9% per tahun antara tahun 1975 hingga tahun 2007.[86]
Selama abad ke-20, produsen hewan ternak dan ikan menggunakanpembiakan selektif untuk menciptakanras hewan danhibrida yang mampu meningkatkan hasil produksi, tanpa memperdulikan keinginan untuk mempertahankankeanekaragaman genetika. Kecenderungan ini memicu penurunan signifikan dalam keanekaragaman genetika dan sumber daya pada ras hewan ternak, yang menyebabkan berkurangnya resistansi hewan ternak terhadap penyakit. Adaptasi lokal yang sebelumnya banyak terdapat pada hewan ternak ras setempat juga mulai menghilang.[87]
Produksi hewan ternak berbasis penggembalaan amat bergantung pada bentang alam sepertipadang rumput dansabana untuk memberi makan hewanruminansia. Kotoran hewan menjadi input nutrisi utama bagi vegetasi tersebut, namun input lain di luar kotoran hewan dapat diberikan tergantung kebutuhan. Sistem ini penting di daerah di mana produksi tanaman pertanian tidak memungkinkan karena kondisi iklim dan tanah.[83] Sistem campuran menggunakan lahan penggembalaan sekaligus pakan buatan yang merupakan hasil pertanian yang diolah menjadi pakan ternak.[84] Sistem kandang memelihara hewan ternak di dalam kandang secara penuh dengan input pakan yang harus diberikan setiap hari. Pengolahan kotoran ternak dapat menjadi masalahpencemaran udara karena dapat menumpuk dan melepaskan gasmetan dalam jumlah besar.[84]
Negara industri menggunakan sistem kandang penuh untuk mensuplai sebagian besar daging dan produk peternakan di dalam negerinya. Diperkirakan 75% dari seluruh peningkatan produksi hewan ternak dari tahun 2003 hingga 2030 akan bergantung pada sistem produksipeternakan pabrik. Sebagian besar pertumbuhan ini akan terjadi di negara yang saat ini merupakan negara berkembang di Asia, dan sebagian kecil di Afrika.[85] Beberapa praktik digunakan dalam produksi hewan ternak komersial seperti penggunaanhormon pertumbuhan menjadi kontroversi di berbagai tempat di dunia.[88]
Pertanian mampu menyebabkan masalah melaluipestisida, arus nutrisi, penggunaan air berlebih, hilangnya lingkungan alam, dan masalah lainnya. Sebuah penilaian yang dilakukan pada tahun 2000 di Inggris menyebutkan totalbiaya eksternal untuk mengatasi permasalahan lingkungan terkait pertanian adalah 2343 juta Poundsterling, atau 208 Poundsterling per hektare.[89] Sedangkan di Amerika Serikat, biaya eksternal untuk produksi tanaman pertaniannya mencapai 5 hingga 16 miliar US Dollar atau 30-96 US Dollar per hektare, dan biaya eksternal produksi peternakan mencapai 714 juta US Dollar.[90] Kedua studi fokus pada dampak fiskal, yang menghasilkan kesimpulan bahwa begitu banyak hal yang harus dilakukan untuk memasukkan biaya eksternal ke dalam usaha pertanian. Keduanya tidak memasukkan subsidi di dalam analisisnya, namun memberikan catatan bahwa subsidi pertanian juga membawa dampak bagi masyarakat.[89][90] Pada tahun 2010,International Resource Panel dariUNEP mempublikasikan laporan penilaian dampak lingkungan dari konsumsi dan produksi. Studi tersebut menemukan bahwa pertanian dan konsumsi bahan pangan adalah dua hal yang memberikan tekanan pada lingkungan, terutama degradasihabitat,perubahan iklim, penggunaan air, dan emisi zat beracun.[91]
PBB melaporkan bahwa "hewan ternak merupakan salah satu penyumbang utama masalah lingkungan".[92] 70% lahan pertanian dunia digunakan untuk produksi hewan ternak, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai lahan penggembalaan maupun lahan untuk memproduksi pakan ternak. Jumlah ini setara dengan 30% total lahan di dunia. Hewan ternak juga merupakan salah satu penyumbanggas rumah kaca berupa gasmetana dannitro oksida yang, meski jumlahnya sedikit, namun dampaknya setara dengan emisi total CO2. Hal ini dikarenakan gas metana dannitro oksida merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dibandingkan CO2. Peternakan juga didakwa sebagai salah satu faktor penyebab terjadinyadeforestasi. 70% basin Amazon yang sebelumnya merupakan hutan kini menjadi lahanpenggembalaan hewan, dan sisanya menjadi lahan produksi pakan.[93] Selain deforestasi dandegradasi lahan, budi daya hewan ternak yang sebagian besar berkonsep ras tunggal juga menjadi pemicu hilangnyakeanekaragaman hayati.
Transformasi lahan menuju penggunaannya untuk menghasilkan barang dan jasa adalah cara yang paling substansial bagi manusia dalam mengubah ekosistem bumi, dan dikategrikan sebagai penggerak utama hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan jumlah lahan yang diubah oleh manusia antara 39%-50%.[94] Degradasi lahan, penurunan fungsi dan produktivitas ekosistem jangka panjang, diperkirakan terjadi pada 24% lahan di dunia.[95] Laporan FAO menyatakan bahwamanajemen lahan sebagai penggerak utama degradasi dan 1.5 miliar orang bergantung pada lahan yang terdegradasi. Deforestasi,desertifikasi,erosi tanah, kehilangan kadar mineral, dansalinisasi adalah contoh bentuk degradasi tanah.[83]
Eutrofikasi adalahpeningkatan populasi alga dan tumbuhan air di ekosistem perairan akibat aliran nutrisi darilahan pertanian. Hal ini mampu menyebabkan hilangnya kadar oksigen di air ketika jumlah alga dan tumbuhan air yang mati dan membusuk di perairan bertambah dandekomposisi terjadi. Hal ini mampu menyebabkankebinasaan ikan, hilangnyakeanekaragaman hayati, dan menjadikan air tidak bisa digunakan sebagai air minum dan kebutuhan masyarakat dan industri. Penggunaan pupuk berlebihan di lahan pertanian yang diikuti denganaliran air permukaan mampu menyebabkan nutrisi di lahan pertanian terkikis dan mengalir terbawa menuju ke perairan terdekat. Nutrisi inilah yang menyebabkan eutrofikasi.[96]
Pertanian memanfaatkan 70% air tawar yang diambil dari berbagai sumber di seluruh dunia.[97] Pertanian memanfaatkan sebagian besar air diakuifer, bahkan mengambilnya dari lapisanair tanah dalam laju yang tidak dapat dikembalikan (unsustainable). Telah diketahui bahwa berbagai akuifer di berbagai tempat padat penduduk di seluruh dunia, seperti China bagian utara, sekitarSungai Ganga, dan wilayah barat Amerika Serikat, telah berkurang jauh, dan penelitian mengenai ini sedang dilakukan di akuifer di Iran, Meksiko, dan Arab Saudi.[98] Tekanan terhadap konservasi air terus terjadi dari sektor industri dan kawasan urban yang terus mengambil air secara tidak lestari, sehingga kompetisi penggunaan air bagi pertanian meningkat dan tantangan dalam memproduksi bahan pangan juga demikian, terutama di kawasan yang langka air.[99] Penggunaan air di pertanian juga dapat menjadi penyebab masalah lingkungan, termasuk hilangnya rawa, penyebaran penyakit melalui air, dan degradasi lahan sepertisalinisasi tanah ketika irigasi tidak dilakukan dengan baik.[100]
Penggunaan pestisida telah meningkat sejak tahun 1950-an, menjadi 2.5 juta ton per tahun di seluruh dunia. Namun tingkat kehilangan produksi pertanian tetap terjadi dalam jumlah yang relatif konstan.[101] WHO memperkirakan pada tahun 1992 bahwa 3 juta manusia keracunan pestisida setiap tahun dan menyebabkan kematian 200 ribu jiwa.[102] Pestisida dapat menyebabkanresistansi pestisida pada populasi hama sehingga pengembangan pestisida baru terus berlanjut.[103]
Argumen alernatif dari masalah ini adalah pestisida merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan pada lahan yang terbatas, sehingga dapat menumbuhkan lebih banyak tanaman pertanian pada lahan yang lebih sempit dan memberikan ruang lebih banyak bagi alam liar dengan mencegah perluasan lahan pertanian lebih ekstensif.[104][105] Namun berbagai kritik berkembang bahwa perluasan lahan yang mengorbankan lingkungan karena peningkatan kebutuhan pangan tidak dapat dihindari,[106] dan pestisida hanya menggantikan praktik pertanian yang baik yang ada sepertirotasi tanaman.[103] Rotasi tanaman mencegah penumpukan hama yang sama pada satu lahan sehingga hama diharapkan menghilang setelah panen dan tidak datang kembali karena tanaman yang ditanam tidak sama dengan yang sebelumnya.
Pertanian adalah salah satu yang mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim memiliki dampak bagi pertanian.Perubahan iklim memiliki pengaruh bagi pertanian melalui perubahan temperatur, hujan (perubahan periode dan kuantitas), kadarkarbon dioksida di udara,radiasi matahari, dan interaksi dari semua elemen tersebut.[83] Kejadian ekstrem seperti kekeringan dan banjir diperkirakan meningkat akibat perubahan iklim.[107] Pertanian merupakan sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Suplai air akan menjadi hal yang kritis untuk menjaga produksi pertanian dan menyediakan bahan pangan. Fluktuasi debit sungai akan terus terjadi akibat perubahan iklim. Negara di sekitarsungai Nil sudah mengalami dampak fluktuasi debit sungai yang mempengaruhi hasil pertanian musiman yang mampu mengurangi hasil pertanian hingga 50%.[108] Pendekatan yang bersifat mengubah diperlukan untuk mengelola sumber daya alam pada masa depan, seperti perubahan kebijakan, metode praktik, dan alat untuk mempromosikan pertanian berbasis iklim dan lebih banyak menggunakan informasi ilmiah dalam menganalisis risiko dan kerentanan akibat perubahan iklim.[109][110]
Pertanian dapat memitigasi sekaligus memperburukpemanasan global. Beberapa dari peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer bumi dikarenakan dekomposisimateri organik yang berada di tanah, dan sebagian besar gas metanan yang dilepaskan ke atmosfer berasal dari aktivitas pertanian, termasuk dekomposisi pada lahan basah pertanian sepertisawah,[111] dan aktivitas digesti hewan ternak. Tanah yang basah dan anaerobik mampu menyebabkandenitrifikasi dan hilangnya nitrogen dari tanah, menyebabkan lepasnya gasnitrat oksida dannitro oksida ke udara yang merupakangas rumah kaca.[112] Perubahan metode pengelolaan pertanian mampu mengurangi pelepasan gas rumah kaca ini, dan tanah dapat difungsikan kembali sebagai fasilitassekuestrasi karbon.[111]
Sejak tahun 1940, produktivitas pertanian meningkat secara signifikan dikarenakan penggunaan energi yang intensif dari aktivitasmekanisasi pertanian, pupuk, dan pestisida. Input energi ini sebagian besar berasal daribahan bakar fosil.[113]Revolusi Hijau mengubah pertanian di seluruh dunia dengan peningkatan produksi biji-bijian secara signifikan,[114] dan kini pertanian modern membutuhkan inputminyak bumi dangas alam untuk sumber energi dan produksi pupuk. Telah terjadi kekhawatiran bahwa kelangkaan energi fosil akan menyebabkan tingginya biaya produksi pertanian sehingga mengurangi hasil pertanian dan kelangkaan pangan.[115]
Rasio konsumsi energi pada pertanian dan sistem pangan (%) pada tiga negara maju
Negara industri bergantung pada bahan bakar fosil secara dua hal, yaitu secara langsung dikonsumsi sebagai sumber energi di pertanian, dan secara tidak langsung sebagai input untuk manufaktur pupuk dan pestisida. Konsumsi langsung dapat mencakup penggunaan pelumas dalam perawatan permesinan, dan fluida penukar panas pada mesin pemanas dan pendingin. Pertanian di Amerika Serikat mengkonsumsi sektar 1.2 eksajoule pada tahun 2002, yang merupakan 1% dari total energi yang dikonsumsi di negara tersebut.[115] Konsumsi tidak langsung yaitu sebagai manufaktur pupuk dan pestisida yang mengkonsumsi bahan bakar fosil setara 0.6 eksajoule pada tahun 2002.[115]
Gas alam danbatu bara yang dikonsumsi melalui produksipupuk nitrogen besarnya setara dengan setengah kebutuhan energi di pertanian. China mengkonsumsi batu bara untuk produksi pupuk nitrogennya, sedangkan sebagian besar negara di Eropa menggunakan gas alam dan hanya sebagian kecil batu bara. Berdasarkan laporan pada tahun 2010 yang dipublikasikan olehThe Royal Society, ketergantungan pertanian terhadap bahan bakar fosil terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Bahan bakar yang digunakan di pertanian dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti jenis tanaman, sistem produksi, dan lokasi.[120]
Energi yang digunakan untuk produksialat dan mesin pertanian juga merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di pertanian secara tidak pangsung.Sistem pangan mencakup tidak hanya pada produksi pertanian, namun juga pemrosesan setelah hasil pertanian keluar darilahan usaha tani, pengepakan, transportasi, pemasaran, konsumsi, dan pembuangan dan pengolahan sampah makanan. Energi yang digunakan pada sistem pangan ini lebih tinggi dibandingkan penggunaan energi pada produksi hasil pertanian, dapat mencapai lima kali lipat.[117][118]
Pada tahun 2007, insentif yang lebih tinggi bagi petani penanam tanaman non-pangan penghasilbiofuel[121] ditambah dengan faktor lain seperti pemanfaatan kembali lahan tidur yang kurang subur, peningkatan biaya transportasi, perubahan iklim, peningkatan jumlah konsumen, dan peningkatan penduduk dunia,[122] menyebabkankerentanan pangan dan peningkatan harga pangan di berbagai tempat di dunia.[123][124] Pada Desember 2007, 37 negara di dunia menghadapi krisis pangan, dan 20 negara telah menghadapi peningkatan harga pangan di luar kendali, yang dikenal dengan kasuskrisis harga pangan dunia 2007-2008. Kerusuhan akibat menuntut turunnya harga pangan terjadi di berbagai tempat hingga menyebabkan korban jiwa.[60][61][62]
PrediksiM. King Hubbert mengenai laju produksi minyak bumi dunia. Pertanian modern sangat bergantung pada energi fosil ini.[125]
Pada kelangkaan bahan bakar fosil, pertanian organik akan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan pertanian konvensional yang menggunakan begitu banyak input berbasis minyak bumi seperti pupuk dan pestisida. Berbagai studi mengenai pertanian organik modern menunjukan bahwa hasil pertanian organik sama besarnya dengan pertanian konvensional.[126]Kuba pascaruntuhnya Uni Soviet mengalami kelangkaan input pupuk dan pestisida kimia sehingga usaha pertanian di negeri tersebut menggunakan praktik organik dan mampu memberi makan populasi penduduknya.[127] Namun pertanian organik akan membutuhkan lebih banyaktenaga kerja dan jam kerja.[128] Perpindahan dari praktik monokultur ke pertanian organik juga membutuhkan waktu, terutama pengkondisian tanah[126] untuk membersihkan bahan kimia berbahaya yang tidak sesuai dengan standarbahan pangan organik.
Komunitas pedesaan bisa memanfaatkanbiochar dansynfuel yang menggunakan limbah pertanian untuk diolah menjadi pupuk dan energi, sehingga bisa mendapatkan bahan bakar dan bahan pangan sekaligus, dibandingkan dengan persainganbahan pangan vs bahan bakar yang masih terjadi hingga saat ini. Synfuel dapat digunakan di tempat; prosesnya akan lebih efisien dan mampu menghasilkan bahan bakar yang cukup untuk seluruh aktivitas pertanian organik.[129][130]
Ketikabahan pangan termodifikasi genetik (GMO) masih dikritik karena benih yang dihasilkan bersifat steril sehingga tidak mampu direproduksi oleh petani[131][132] dan hasilnya dianggap berbahaya bagi manusia, telah diusulkan agar tanaman jenis ini dikembangkan lebih lanjut dan digunakan sebagai penghasil bahan bakar, karena tanaman ini mampu dimodifikasi untuk menghasilkan lebih banyak dengan input energi yang lebih sedikit.[133] Namun perusahaan utama penghasil GMO sendiri,Monsanto, tidak mampu melaksanakan proses produksipertanian berkelanjutan dengan tanaman GMO lebih dari satu tahun. Di saat yang bersamaan, praktik pertanian dengan memanfaatkan ras tradisional menghasilkan lebih banyak pada jenis tanaman yang sama dan dilakukan secara berkelanjutan.[134]
Ekonomi pertanian adalah aktivitas ekonomi yang terkait dengan produksi, distribusi, dan konsumsi produk dan jasa pertanian.[135] Mengkombinasikan produksi pertanian dengan teori umum mengenai pemasaran dan bisnis adalah sebuah disiplin ilmu yang dimulai sejak akhir abad ke 19, dan terus bertumbuh sepanjang abad ke-20.[136] Meski studi mengenai pertanian terbilang baru, berbagai kecenderungan utama di bidang pertanian seperti sistembagi hasil pascaPerang Saudara Amerika Serikat hingga sistemfeodal yang pernah terjadi di Eropa, telah secara signifikan mempengaruhi aktivitas ekonomi suatu negara dan juga dunia.[137][138] Di berbagai tempat, harga pangan yang dipengaruhi olehpemrosesan pangan, distribusi, danpemasaran pertanian telah tumbuh dan biaya harga pangan yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian di atas lahan telah jauh berkurang efeknya. Hal ini terkait dengan efisiensi yang begitu tinggi dalam bidang pertanian dan dikombinasikan dengan peningkatannilai tambah melalui pemrosesan bahan pangan dan strategi pemasaran.Konsentrasi pasar juga telah meningkat di sektor ini yang dapat meningkatkan efisiensi. Namun perubahan ini mampu mengakibatkan perpindahansurplus ekonomi dari produsen (petani) ke konsumen, dan memiliki dampak yang negatif bagi komunitas pedesaan.[139]
Digitalisasi perlu untuk merespon keterbatasan tenaga kerja dan juga meningkatkan efisiensi yang mampu meningkatkan produktivitas bisnis, value, produk dan konsumen baru men-distruptive teknologi budidaya konvensional. Baik selama proses bahkan hingga memasarkan produk pertanian, digitalisasi begitu efisien. Perlahan, para petani tidak gagap teknologi digital, dan bahkan bisa meningkatkan produkvitas sektor pertanian, hal ini tentu masih banyak tugas untuk mewujudkan petani menjadipetani digital.[140]
Kebijakan pemerintah suatu negara dapat mempengaruhi secara signifikan pasar produk pertanian, dalam bentuk pemberianpajak,subsidi,tarif, danbea lainnya.[141] Sejak tahun 1960-an, kombinasi pembatasan ekspor impor, kebijakan nilai tukar, dan subsidi mempengaruhi pertanian di negara berkembang dan negara maju. Pada tahun 1980-an, para petani di negara berkembang yang tidak mendapatkan subsidi akan kalah bersaing dikarenakan kebijakan di berbagai negara yang menyebabkan rendahnya harga bahan pangan. Di antara tahun 1980-an dan 2000-an, beberapa negara di dunia membuat kesepakatan untuk membatasi tarif, subsidi, dan batasan perdagangan lainnya yang diberlakukan di dunia pertanian.[142]
Namun pada tahun 2009, masih terdapat sejumlah distorsi kebijakan pertanian yang mempengaruhi harga bahan pangan. Tiga komoditas yang sangat terpengaruh adalahgula,susu, danberas, yang terutama karena pemberlakuan pajak.Wijen merupakan biji-bijian penghasil minyak yang terkena pajak paling tinggi meski masih lebih rendah dibandingkan pajakproduk peternakan.[143] Namun subsidikapas masih terjadi di negara maju yang telah menyebabkan rendahnya harga di tingkat dunia dan menekan petani kapas di negara berkembang yang tidak disubsidi.[144] Komoditas mentah seperti jagung dan daging sapi umumnya diharga berdasarkan kualitasnya, dan kualitas menentukan harga. Komoditas yang dihasilkan di suatu wilayah dilaporkan dalam bentuk volume produksi atau berat.[145]
^Zoetmulder, P. J. (2006).Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Diterjemahkan oleh Suprapto, Daru; Suprayitno, Sumarti. Gramedia Pustaka Utama.ISBN978-979-605-347-6.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Pengantar Ilmu Pertanian. In: Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian. Universitas Terbuka. 2014.ISBN9796898284.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|first1= tanpa|last1= di Authors list (bantuan)
^Pengantar Ilmu Pertanian. In: Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian. Universitas Terbuka. 2014. hlm. 1.4.ISBN9796898284.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|first1= tanpa|last1= di Authors list (bantuan)
^Pengantar Ilmu Pertanian. In: Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian. Universitas Terbuka. 2014. hlm. 1.4.ISBN9796898284.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|first1= tanpa|last1= di Authors list (bantuan)
^Ali, Mahrus (2014). "Agribisnis "Bebek Sinjay" Dalam Perspektif Kewirausahaan Dan Pemasaran".Development of Agriculture.1 (1): 1–18.
^Denham, T. P. (2003). "Origins of Agriculture at Kuk Swamp in the Highlands of New Guinea".Science.301 (5630): 189–193.doi:10.1126/science.1085255.PMID12817084.Parameter|s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bocquet-Appel, Jean-Pierre (29 July 2011). "When the World's Population Took Off: The Springboard of the Neolithic Demographic Transition".Science.333 (6042): 560–561.Bibcode:2011Sci...333..560B.doi:10.1126/science.1208880.PMID21798934.Parameter|s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Stephens, Lucas; Fuller, Dorian; Boivin, Nicole; Rick, Torben; Gauthier, Nicolas; Kay, Andrea; Marwick, Ben; Armstrong, Chelsey Geralda; Barton, C. Michael (30 August 2019). "Archaeological assessment reveals Earth's early transformation through land use".Science.365 (6456): 897–902.Bibcode:2019Sci...365..897S.doi:10.1126/science.aax1192.hdl:10150/634688.ISSN0036-8075.PMID31467217.Parameter|s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^UN Industrial Development Organization, International Fertilizer Development Center (1998).The Fertilizer Manual (edisi ke-3rd). Springer. hlm. 46.ISBN0792350324.
^"Farming".British Museum. Diarsipkan dariversi asli tanggal 16 June 2016. Diakses tanggal15 June 2016.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Baber, Zaheer (1996).The Science of Empire: Scientific Knowledge, Civilization, and Colonial Rule in India. State University of New York Press. 19.ISBN0-7914-2919-9.
^Harris, David R. and Gosden, C. (1996).The Origins and Spread of Agriculture and Pastoralism in Eurasia: Crops, Fields, Flocks And Herds. Routledge. p. 385.ISBN1-85728-538-7.
^Possehl, Gregory L. (1996).Mehrgarh inOxford Companion to Archaeology, Ed. Brian Fagan. Oxford University Press.
^Stein, Burton (1998).A History of India. Blackwell Publishing. p. 47.ISBN0-631-20546-2.
^Morgan, John (6 November 2013). "Invisible Artifacts: Uncovering Secrets of Ancient Maya Agriculture with Modern Soil Science".Soil Horizons.53 (6): 3.doi:10.2136/sh2012-53-6-lf (tidak aktif 1 November 2024).
^Heiser, Carl B. Jr. (1992). "On possible sources of the tobacco of prehistoric Eastern North America".Current Anthropology.33: 54–56.doi:10.1086/204032.Parameter|s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^abAcquaah, G. 2002. Agricultural Production Systems. pp. 283–317 in "Principles of Crop Production, Theories, Techniques and Technology". Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
^abcdefChrispeels, M.J.; Sadava, D.E. 1994. "Farming Systems: Development, Productivity, and Sustainability". pp. 25–57 inPlants, Genes, and Agriculture. Jones and Bartlett, Boston, MA.
^abBrady, N.C. and R.R. Weil. 2002. "Soil Organic Matter" pp. 353–385 inElements of the Nature and Properties of Soils. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
^Brady, N.C. and R.R. Weil. 2002. "Nitrogen and Sulfur Economy of Soils" pp. 386–421 inElements of the Nature and Properties of Soils. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
^abPatrick Canning, Ainsley Charles, Sonya Huang, Karen R. Polenske, and Arnold Waters (2010)."Energy Use in the U.S. Food System".USDA Economic Research Service Report No. ERR-94. United States Department of Agriculture. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2010-09-18. Diakses tanggal2013-11-17.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Jeremy Woods, Adrian Williams, John K. Hughes, Mairi Black and Richard Murphy (August 2010)."Energy and the food system".Philosophical Transactions of the Royal Society.365 (1554): 2991–3006.doi:10.1098/rstb.2010.0172.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Srinivas (2008). "Reviewing The Methodologies For Sustainable Living".7. The Electronic Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry.Parameter|month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Conrad, David E."Tenant Farming and Sharecropping".Encyclopedia of Oklahoma History and Culture. Oklahoma Historical Society. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2013-05-27. Diakses tanggal2013-09-16.