Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Paganisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Pagan" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihatPagan (disambiguasi).
Artikel ini bukan mengenaiPagani.
Beberapamegalit diyakini memiliki makna religius.

Paganisme adalah sebuah istilah atau sebutan yang pertama kali muncul di antara komunitas Kristen di Eropa bagian selatan selama untuk menyebut "Non Kristen" padaAbad Kuno Akhir.[1]

Terdapat banyak perdebatan keilmuan mengenai asal-usul istilahpaganisme, terutama karena tidak ada seorang pun sebelum abad ke-20 yang mengidentifikasi diri sebagai seorang pagan.[2]

Saat agama Kristen mulai menjadi lebih banyak diadopsi secara luas (dalam proses-proses yang dikenal sebagai Kristenisasi, mulai berkembang berbagai nama untuk mendeskripsikan mereka yang tidak menganutnya; beberapa di antaranya termasukHellene, pagan, sertaheathen (sering kali diterjemahkan sebagai "kafir"), dan terkadang nama-nama tersebut digunakan sebagai penghinaan.[3] Pada abad ke-19, paganisme diadopsi kembali sebagai suatu deskriptor diri oleh para anggota beragam kelompok seni yang terinspirasi olehdunia kuno. Pada abad ke-20, paganisme digunakan sebagai suatu deskripsi diri oleh para praktisi gerakan keagamaan neopagan ataupagan kontemporer.

Pengetahuan kontemporer seputar agama-agama pagan lama berasal dari beberapa sumber, termasuk catatan-catatanpenelitian lapanganantropologis, bukti-buktiartefakarkeologis, dan laporan-laporan sejarah dari para penulis kuno mengenai budaya-budaya yang dikenal dalamdunia klasik. Rupa-rupa agama-agama itu, yang dipengaruhi oleh berbagai keyakinan historis pagan dari Eropapra-modern, masih ada hingga sekarang dan dikenal sebagai paganisme modern atau kontemporer, juga disebut sebagai Neo-paganisme.[4][5]

Kendati kebanyakan agama pagan mengekspresikan suatupandangan dunia yang adalahpanteistik,politeistik, ataupunanimistik, terdapat juga sejumlah paganmonoteistik.[6]

Nomenklatur dan etimologi

[sunting |sunting sumber]
RekonstruksiParthenon diAkropolis Athena,Yunani.

Pagan

[sunting |sunting sumber]

Adalah sangat penting untuk menekankan sejak awal bahwa hingga abad ke-20 orang-orang tidak menyebut diri mereka penganut pagan untuk mendeskripsikan agama yang mereka praktikkan. Gagasan tentang paganisme, sebagaimana dipahami secara umum saat ini, diciptakan oleh Gereja Kristen awal. Itu merupakan sebuah label yang digunakan kalangan Kristen terhadap kalangan lainnya, salah satu antitesis yang penting dalam proses definisi diri Kristen. Oleh karena itu, sepanjang sejarah [label] tersebut biasanya digunakan dalam pengertian merendahkan.

— Owen Davies, Paganism: A Very Short Introduction, 2011[7]

Istilahpagan berasal darikata Latin Akhirpaganus, dimunculkan kembali selama eraRenaisans. Kata itu sendiri berasal darikata Latin Klasikpagus yang awalnya berarti 'wilayah yang dibatasi oleh penanda-penanda',paganus pada saat itu juga berarti 'dari atau berkaitan dengan daerah pedesaan', 'penghuni negeri', 'penduduk desa'; dengan perluasan, 'rustic', 'tidak terpelajar', 'yokel', 'bumpkin'; dalamjargonmiliter Romawi, 'non-kombatan', 'penduduk sipil', 'tentara tak terlatih'. Kata tersebut berhubungan denganpangere ('mengencangkan', 'memperbaiki atau membubuhkan') dan bagaimanapun berasal dari imbuhanProto-Indo-Eropa*pag- ('memperbaiki' dalam pengertian yang sama).[8]

Adopsi katapaganus oleh kalangan Kristen Latin sebagai istilah peyoratif yang mencakup keseluruhan terhadap kaum politeis merepresentasikan kemenangan luar biasa yang berlangsung lama dan tak terduga, di dalam suatu kelompok religius, dari sebuah kata slang Latin yang awalnya tidak memiliki makna religius. Evolusi hanya terjadi di bagian barat Latin, dan dalam kaitannya dengan gereja Latin. Di daerah lain, "Hellene" atau "gentile" (ethnikos) tetap menjadi kata yang digunakan untuk menyebut pagan; dan paganos terus berlanjut sebagai sebuah istilah sekuler murni, dengan konotasi-konotasi inferior dan hal biasa.

— Peter Brown,Late Antiquity, 1999[3]

Sering diasumsikannyapaganus sebagai sebuah istilah keagamaan oleh penulis-penulisabad pertengahan merupakan salah satu hasil dari pola konversi selamaKristenisasi Eropa, tempat masyarakat di kota-kota lebih mudah diyakinkan untuk berpindah keyakinan daripada mereka yang berada di daerah terpencil, tempat kebiasaan-kebiasaan lama bertahan. Bagaimanapun, gagasan itu memiliki sejumlah masalah. Pertama, penggunaan kata tersebut sebagai sebutan bagi kaum non-Kristen telah ada sebelum periode itu dalam sejarah. Kedua, paganisme di dalam Kekaisaran Romawi berpusat pada kota-kota. Konsep mengenai suatu Kekristenan perkotaan sebagai lawan dari suatu paganisme pedesaan tidak pernah terjadi pada masyarakat Romawi selamaKekristenan Awal. Ketiga, berbeda dengan kata sepertirusticitas,paganus pada waktu itu belum sepenuhnya memperoleh makna (keterbelakangan tak beradab) yang digunakan untuk menjelaskan mengapa kata tersebut telah diterapkan pada kaum pagan.[9]

Paganus lebih mungkin memperoleh maknanya dalam nomenklatur Kristen melalui jargon militer Romawi (lihat di atas). Kaum Kristen Awal mengadopsi motif-motif militer dan memandang diri mereka sebagai "Milites Christi" ("para prajurit Kristus").[8][9] Salah satu contoh bagus mengenai kaum Kristen yang masih menggunakanpaganus dalam konteks militer, bukan keagamaan, terdapat dalam karyaTertulianus yang berjudulDe Corona Militis XI.V, yang menyebut umat Kristen sebagai "paganus" (penduduk sipil):[9]

Apud hunc [Christum] tam miles est paganus fidelis quam paganus est miles fidelis.[10]Dengan Dia [Kristus] warga negara setia adalah seorang prajurit, seperti halnya prajurit setia adalah seorang warga negara.[11]

Paganus memperoleh konotasinya dalam hal keagamaan pada pertengahan abad ke-4.[9] Pada awal abad ke-5,paganos digunakan sebagai kiasan untuk menunjukkan orang-orang di luar batas-batas komunitas Kristen. Menyusul peristiwapenjarahan Roma oleh bangsaVisigoth pagan hanya dalam waktu 15 tahun setelahpenganiayaan Kristen terhadap paganisme di bawah Teodosius I,[12] mulai menyebar desas-desus bahwa dewa-dewi lama dahulu memberikan perhatian yang jauh lebih besar atas kota itu daripada Allah Kristen. Sebagai tanggapan atas hal itu,Agustinus dari Hippo menulisDe Civitate Dei Contra Paganos (Kota Allah Melawan Kaum Pagan). Di dalamnya, ia membedakan "kota Manusia" yang telah jatuh dengan "kota Allah" tempat semua orang Kristen kelak menjadi warga kota. Oleh karena itu, bangsa asing yang menyerbu bukan berasal dari "kota" itu atau "pinggiran kota".[13][14][15]

Istilahpagan belum terlihat dalam bahasa Inggris hingga abad ke-17.[16] Selaininfidel danheretic (bidah/sesat), istilah tersebut digunakan juga oleh rekan-rekan Kristen sebagai salah satu dari beberapapeyoratif untuk istilahgentile (גוי /נכרי; orang non-Yahudi) sebagaimana digunakan dalam Yudaisme, serta untuk istilahkafir (كافر, 'orang yang tidak percaya') dansyirik (مشرك, 'penyembah berhala') sebagaimana dalam Islam.[17]

Hellene

[sunting |sunting sumber]
Informasi lebih lanjut:Nama-nama orang Yunani § Hellene menjadi berarti "pagan"

DalamKekaisaran Romawi Barat berbahasa Latin dariKekaisaran Romawi yang baru saja mengadopsi Kekristenan,bahasa Yunani Koine lalu diasosiasikan denganagama politeistik tradisionalYunani Kuno, dan dipandang sebagai bahasa asing (lingua peregrina) di Barat.[18] Pada paruh kedua abad ke-4, diKekaisaran Romawi Timur berbahasa Yunani, kaum pagan—secara paradoksal—umumnya disebutHellenes (Ἕλληνες, secara harfiah berarti 'orang Yunani'). Kata tersebut hampir-hampir tidak pernah lagi digunakan dalam arti budaya.[19][20] Maknanya dipertahankan hanya selama sekitar milenium pertama Kekristenan.

Hal ini dipengaruhi oleh keanggotaan awal Kekristenan, yang adalahkaum Yahudi. Pada waktu itu kaum Yahudi membedakan diri dari orang-orang asing berdasarkan agama, bukan standar-standaretno-kultural, dan kaum Kristen Yahudi awal juga melakukan hal serupa. Karena budaya Helenik merupakan budaya pagan yang dominan di bagian timur Romawi, mereka menyebut kaum pagan dengan istilah Hellene. Kekristenan mewarisi terminologi Yahudi untuk kaum non-Yahudi dan mengadaptasinya untuk menyebut kaum non-Kristen yang berhubungan dengan mereka. Penggunaan semacam ini tercatat dalamPerjanjian Baru. DalamSurat-surat Paulus,Hellene hampir selalu disandingkan denganIbrani, mengabaikan etnis yang sebenarnya.[20]

PenggunaanHellene sebagai suatu istilah keagamaan pada mulanya merupakan bagian dari nomenklatur khusus Kristen, namun beberapa kaum Pagan mulai bersikap menantang dengan menyebut diri mereka sendiriHellenes. Kaum pagan lainnya bahkan lebih memilih mempersempit arti kata itu—dari lingkup kultural yang luas menjadi pengelompokan religius yang lebih spesifik. Namun, terdapat banyak kalangan Kristen dan juga pagan yang sangat keberatan dengan evolusi terminologi tersebut. Sebagai contoh,Uskup Agung Konstantinopel yang berpengaruh bernamaGregorius dari Nazianzus merasa tersinggung dengan upaya-upaya kekaisaran yang menindas budaya Hellenis (terutama terkait bahasa Yunani lisan dan tulisan) dan secara terbuka mengkritik kaisar.[19]

Stigmatisasi keagamaan yang meningkat atas Helenisme memiliki suatu dampak buruk pada budaya Helenik pada akhir abad ke-4.[19]

Bagaimanapun, padaAbad Kuno Akhir, dimungkinkan untuk berbicara bahasa Yunani sebagai suatu bahasa utama tanpa memikirkan bahwa seseorang adalah "Hellene".[21] Penggunaan bahasa Yunani yang telah lama di dalam dan di sekitar Kekaisaran Romawi bagian timur sebagai suatulingua franca secara ironis justru menjadikannya memiliki arti penting dalam penyebaran Kekristenan—sebagaimana ditunjukkan antara lain oleh penggunaan bahasa Yunani dalamSurat-surat Paulus.[22] Pada paruh pertama abad ke-5, bahasa Yunani merupakan bahasa standar yang digunakan parauskup untuk berkomunikasi,[23] danActa Conciliorum ("Akta Konsili-Konsili Gereja") aslinya tercatat dalam bahasa Yunani dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain.[24]

Heathen

[sunting |sunting sumber]

Heathen berasal darikata Inggris Lamahæðen ("bukan Kristen atau Yahudi"); lihat pulakata Nordik Lamaheiðinn. Pengertian ini atas istilah tersebut berasal darikata Gothhaiþno ("perempuan non-Yahudi") yang digunakan untuk menerjemahkan "Hellene" (lihat pula Markus 7:26) dalamAlkitab Wulfila, terjemahan pertama dariAlkitab ke dalam salah saturumpun bahasa Jermanik. Hal ini mungkin terpengaruh oleh terminologi Yunani dan Latin pada masa itu yang digunakan untuk menyebut kaum pagan. Jika demikian, kata tersebut mungkin berasal dari kata Gothhaiþi ("tinggal di padang gersang"). Bagaimanapun, hal ini belum terbukti kebenarannya. Bahkan dapat saja kata tersebut merupakan turunan dari kata Yunaniἔθνος (ethnos) melaluikata Armeniahethanos.[25]

Istilah tersebut baru-baru ini telah dihidupkan kembali dalam bentuk "Heathenry" dan "Heathenism" (sering namun tidak selalu dikapitalisasi), nama-nama alternatif untuk gerakan neopaganisme Jermanik, yang para penganutnya dapat mengidentifikasi diri sebagaiHeathens.

Definisi

[sunting |sunting sumber]

Mungkin menyesatkan jika mengatakan bahwa terdapat suatu agama seperti paganisme pada awal [Masehi] ... Mungkin lebih tidak membingungkan jika mengatakan bahwa kaum pagan, sebelum persaingan mereka dengan Kekristenan, sama sekali tidak beragama dalam pengertian di mana kata tersebut biasa digunakan saat ini. Mereka tidak memiliki tradisi diskursus tentang hal-hal ritual atau keagamaan (terlepas dari perdebatan filosofis ataupun risalah antikuaris), tidak ada sistem keyakinan yang terorganisir yang menuntut mereka berkomitmen, tidak ada struktur otoritas yang khas untuk bidang keagamaan, [dan] di atas semuanya tidak ada komitmen pada sekelompok orang tertentu ataupun kumpulan gagasan selain keluarga mereka dan konteks politik. Apabila ini merupakan pandangan yang benar tentang kehidupan pagan, maka kita harus melihat paganisme cukup hanya sebagai suatu agama yang diciptakan dalam perjalanan [sejarah] dari abad ke-2 menuju abad ke-3 M, dalam persaingan serta interaksi dengan kaum Kristen, Yahudi, dan lainnya.

— North 1992, 187—88,[26]

Mendefinisikan paganisme dianggap sebagai hal yang sulit. Memahami konteks dari terminologi yang berhubungan dengannya dirasa penting.[27] KalanganKristen Awal menyebut beragam modelkultus di sekitar mereka sebagai satu kelompok tunggal dengan alasan kenyamanan danretorika.[28] Kendati paganisme pada umumnya mengimplikasikanpoliteisme, perbedaan utama antara kaum pagan klasik dengan kaum Kristen tidak seperti politeisme denganmonoteisme. Tidak semua kaum pagan benar-benar politeis. Sepanjang sejarah, banyak dari mereka yang percaya padadewata tertinggi. (Namun, kebanyakan kaum pagan percaya pada segolongan dewata/daimon yang lebih rendah—lihathenoteisme—atauemanasi ilahi.)[6] Bagi kaum Kristen, perbedaan yang paling penting adalah apakah seseorang menyembahsatu BerhalaTheo yang benar menurut versi kristen sendiri atau tidak. Mereka yang tidak (politeis, monoteis, ataupunateis) dipandang sebagai pihak di luarGereja dan karenanya pagan.[29] Demikian pula, kaum pagan klasik merasa aneh jika membedakan kelompok-kelompok berdasarkan jumlah dewa/dewi yang dihormati para pengikutnya. Mereka menganggap kolegium-kolegium keimaman (sepertiCollegium Pontificum atauEpulones) dan praktik-praktik kultus sebagai pembeda-pembeda yang lebih bermakna.[30]

Menyebut paganisme sebagai "agama-agama asli pra-Kristen" dipandang sama sekali tak dapat dipertahankan. Tidak semua tradisi pagan dalam sejarah merupakan pra-Kristen atau asli dari tempat-tempat ibadahnya.[27]

Karena sejarah nomenklaturnya, paganisme secara tradisi mencakup budaya-budaya kolektif pra- dan non-Kristen di dalam dan di sekitardunia klasik; termasuk budaya-budaya suku Yunani-Romawi, Keltik, Jermanik, dan Slavik.[31] Namun, pembahasaan modern para akademisifolkloristika dan kalanganpagan kontemporer pada khususnya telah memperluas ruang lingkup aslinya selama empat milenium yang digunakan oleh kalangan Kristen awal dengan memasukkan tradisi-tradisi keagamaan serupa yang terbentang jauh hingga zamanprasejarah.[32]

Persepsi

[sunting |sunting sumber]

Paganisme menjadi dipersamakan oleh kalangan Kristen dengan suatu pengertian hedonisme, merepresentasikan segala hal sensual, materialistis, pemuasan diri sendiri, ketidakpedulian pada masa depan, dan ketidaktertarikan pada agama yang kompleks. Kaum pagan biasanya dideskripsikan denganstereotipe duniawi tersebut, terutama oleh mereka yang menaruh perhatian pada apa yang dipandang sebagai keterbatasan paganisme.[33] Karena ituG. K. Chesterton menulis: "Penganut pagan berpikiran, dengan pengertian yang sangat baik, untuk mencari kenikmatan bagi diri sendiri. Pada akhir peradabannya ia telah menemukan bahwa seorang manusia tidak dapat mencari kenikmatan bagi dirinya sendiri dan tetap menikmati apapun." Dalam kontras yang tajam,Swinburne sang penyair berkomentar tentang tema yang sama itu: "Engkau telah menaklukkan, ya orang Galilea pucat; dunia telah tumbuh kelabu dari nafas-Mu; Kami telah mabuk hal-halLethean, dan menghidupi kepenuhan kematian."[34]

Sejarah

[sunting |sunting sumber]

Zaman Perunggu sampai Zaman Besi Awal

[sunting |sunting sumber]

Antikuitas klasik

[sunting |sunting sumber]
Artikel utama:Agama di Yunani Kuno,Agama di Romawi Kuno,Agama Helenistik, danKultus Imperial (Roma kuno)

Ludwig Feuerbach mendefinisikan paganisme dari zaman antikuitas klasik (Era Klasik), yang ia sebutHeidentum ('heathenry'), sebagai "kesatuan agama dan politik, dari roh dan alam, dari tuhan dan manusia",[35] dikualifikasikan oleh pengamatan bahwa manusia dalam pandangan pagan selalu didefinisikan berdasarkankelompok etnik, yaitu Yunani, Romawi, Mesir, Yahudi, dll., sehingga setiap tradisi pagan adalah juga suatu tradisi kebangsaan. Sebaliknya, sejarawan-sejarawan modern mendefinisikan paganisme sebagai gabungan kegiatan-kegiatan kultus, yang diatur di dalam suatu masyarakat, bukan suatu konteks "kebangsaan", tanpa sebuah keyakinan tertulis atau pengertianortodoksi.[36]

Antikuitas Akhir dan Kristenisasi

[sunting |sunting sumber]
Informasi lebih lanjut:Kemunduran politeisme Yunani-Romawi danFilsafat Helenistik dan Kekristenan

Perkembangan dalam pemikiran keagamaan diKekaisaran Romawi yang sangat luas terbentang selamaZaman Antikuitas Akhir perlu dibahas secara terpisah, karena hal ini merupakan konteks yang di dalamnyaKekristenan Awal sendiri berkembang sebagai salah satu dari kultus monoteistik, dan dalam periode ini juga konseppagan berkembang. Karena timbul dariYudaisme Bait Kedua (atauYudaisme Helenistik), Kekristenan berada dalam persaingan dengan agama-agama lain yang menyokong monoteisme pagan, termasuk kultusDionisos,[37]Neoplatonisme,Mithraisme,Gnostisisme, danManikeisme.[butuh rujukan] Secara khusus Dionisos dianggap memperlihatkan paralel-paralel yang signifikan dengan Kristus, sehingga banyak akademisi menyimpulkan bahwa pembentukan kembaliYesus sang rabi pengelana ke dalam citraKristus Logos, sang juruselamat ilahi, secara langsung merefleksikan kultus Dionisos. Mereka menunjuk pada simbolisme anggur dan arti pentingnya dalam mitologi yang melingkupi Dionisos maupun Yesus Kristus.[38][39] Wick berpendapat bahwa penggunaansimbolismeanggur dalamInjil Yohanes, termasuk peristiwaPerkawinan di Kana yang di dalamnya dikisahkan bahwa Yesus mengubah air menjadi anggur, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih unggul daripada Dionisos.[40] Adegan dalamBakkhai yang mengisahkan kemunculan Dionisos di hadapan RajaPentheus karena tuduhan mengklaim keilahian diperbandingkan dengan adegan dalam Perjanjian Baru yang menceritakan Yesus diinterogasi olehPontius Pilatus.[40][41][42]

Muhammad dan Islamisasi di Jazirah Arab

[sunting |sunting sumber]

Kebanyakan kaum pagan Arab menjadi hampir punah selama zamanMuhammad melalui prosesIslamisasi.[43][44][44] Bulan-bulan suci kaum pagan Arab yaitu bulan ke-1, ke-7, ke-11, dan ke-12 dalam kalender Islam.[45] Setelah Muhammad menaklukkanMekkah, ia mulai mengonversi kaum pagan.[46][47][48] Salah satu kampanye militer yang diperintahkan Muhammad terhadap kaum pagan Arab yaituPenghancuran Dzul Khalashah. Peristiwa itu terjadi pada bulan April dan Mei 632 M, pada tahun 10 H dalam Kalender Islam.Dzul Khalashah disebut sebagai sebuah berhala maupun kuil, dan dikenal beberapa kalangan sebagai Ka'bah Yaman, yang dibangun dan dipuja oleh suku-suku pagan.[49][50][51][52][53][54][55][56][57]

Periode Modern Awal

[sunting |sunting sumber]

Ketertarikan akan tradisi-tradisi pagan timbul kembali dalamAbad Renaisans, pada mulanya dalammagi Renaisans sebagai suatu kebangkitanmagi Yunani-Romawi. Pada abad ke-17, deskripsi paganisme berpaling dari aspek teologis keetnologis, dan agama mulai dipahami sebagai bagian dari identitasetnis suatu bangsa, kemudian studi tentang agama-agama dari bangsa-bangsa "primitif" memicu berbagai pertanyaan seperti sejarah pastiasal mula agama. Oleh karenanya,Nicolas-Claude Fabri de Peiresc melihatagama-agama pagan Afrika pada zamannya sebagai peninggalan yang pada dasarnya dapat menjelaskan mengenai paganisme historis pada Era Klasik.[58]

Romantisisme

[sunting |sunting sumber]

Paganisme tampil kembali sebagai sebuah topik berdaya tarik padaRomantisisme abad ke-18 sampai ke-19, khususnya dalam konteks kebangunan sastraViking danKeltik, yang menggambarkan penganut-penganut politeisKeltik danJermanik sebagai "noble savages" ("manusia primitif yang luhur").

Pada abad ke-19 juga terjadi banyak ketertarikan keilmuan dalam rekonstruksi mitologi pagan darifolklor ataudongeng. Hal ini terutama diupayakan olehGrimm Bersaudara, khususnyaJacob Grimm dalamMitologi Teutonik karyanya, danKalevala yang dikompilasi olehElias Lönnrot. Karya Grimm Bersaudara mempengaruhi para kolektor lainnya, menginspirasi mereka untuk mengumpulkan cerita-cerita dan membawa mereka untuk dengan cara yang sama meyakini bahwa dongeng-dongeng dari suatu bangsa secara khusus merepresentasikannya, dengan mengabaikan pengaruh lintas budaya. Di antara mereka yang terbawa pengaruhnya yaituAlexander Afanasyev dari Rusia,Peter Christen Asbjørnsen danJørgen Moe dari Norwegia, sertaJoseph Jacobs dari Inggris.[59]

Ketertarikan Romantisis dalam antikuitas non-klasik terjadi bersamaan dengan bangkitnyanasionalisme romantis dan bangkitnyanegara kebangsaan dalam konteksRevolusi 1848, yang mengarah pada terciptanya berbagaiepik kebangsaan danmitos kebangsaan bagi beragam negara yang baru terbentuk. Topik pagan atau cerita rakyat juga umum dalamnasionalisme musikal pada periode tersebut.

Paganisme Modern

[sunting |sunting sumber]

Artikel utama:Paganisme Modern
Anak-anak berdiri bersamaLady of Cornwall dalam suatu upacara neopagan di Inggris.
Upacara neopagan perikatan di Avebury (Beltane 2005).

Paganisme Modern, atau Neopaganisme, dapat meliputiagama-agama yang direkonstruksi sepertiCultus Deorum Romanorum,politeisme Helenik,neopaganisme Slavik (Rodnovery),paganisme rekonstruksionis Keltik, atauneopaganisme Jermanik, serta tradisi-tradisi eklektik modern sepertiWicca dan banyak cabang-cabangnya, dan jugaDiskordianisme.

Namun, sering terdapat perbedaan atau pemisahan antara beberapa penganut Rekonstruksionis politeistik seperti kalangan Rekonstruksionis Politeistik Helenik atau Yunani dari agamaHellenismos dan kalangan Neopagan revivalis seperti kaum Wicca. Pembagian dilakukan karena banyaknya isu seperti arti pentingortopraksi yang akurat berdasarkan ketersediaan sumber-sumber kuno, penggunaan dan konsep magi (atau sihir), kalender mana yang digunakan dan hari raya apa saja yang perlu dirayakan, serta penggunaan istilahpagan itu sendiri.[60][61][62]

Banyak dari "kebangunan" tersebut, Wicca danNeo-Druidisme khususnya, berakar dalamRomantisisme abad ke-19 dan mempertahankan elemen-elemen yang terlihat dariokultisme atauteosofi yang umum pada saat itu, memisahkannya dari agama rakyat pedesaan (paganus) yang bermakna historis. Sebagian besar kaum pagan modern, bagaimanapun, percaya pada karakter ilahi dunia alamiah dan paganisme sering kali dideskripsikan sebagai suatu "agama Bumi".[63]

PaluMjölnir merupakan salah satu simbol utama neopaganisme Jermanik.

Terdapat sejumlah penulis neopagan yang meneliti hubungan antara gerakan-gerakan kebangunan politeistik abad ke-20 dengan politeisme historis pada satu sisi dan tradisi-tradisi kontemporer agama rakyat pada sisi lain.Isaac Bonewits memperkenalkan sebuah terminologi untuk pembedaan itu.[64]

Paleopaganisme
Sebuahretronim yang diciptakan untuk membedakannya dengan "Neopaganisme", "keimanan-keimanan politeistik asli yang berpusat pada alam", seperti agama Yunani pra-Helenistik dan agama Romawi pra-imperial, periode paganisme Jermanik pra-Migrasi sebagaimana dideskripstikan olehTacitus, ataupoliteisme Keltik sebagaimana dideskripsikan olehJulius Caesar.
Mesopaganisme
Suatu kelompok yang, atau telah, secara signifikan dipengaruhi oleh pandangan dunia monoteistik, dualistik, ataupun nonteistik, tetapi mampu mempertahankan suatu kemandirian praktik-praktik religius. Kelompok ini misalnyapenduduk asli Amerika sertaaborigin Australia, spiritualitasZaman Baru (New Age) danpaganisme NordikZaman Viking. Pengaruh-pengaruhnya mencakup:Spiritualisme, dan banyak keimanan diaspora Afrika sepertiVodou Haiti, agama Espiritu danSantería. Isaac Bonewits memasukkanWicca Tradisional Britania dalam subdivisi ini.
Neopaganisme
Suatu gerakan oleh bangsa modern untuk membangkitkan kembali agama-agama pra-Kristen yang menghidupi/memuja alam atau jalan spiritual lainnya yang berbasis alam, yang juga kerap menggabungkan nilai-nilailiberal kontemporer[butuh rujukan] yang bertentangan dengan paganisme kuno.[butuh rujukan] Definisi ini mungkin mencakup kelompok-kelompok seperti Wicca, Neo-Druidisme,Ásatrú, danRodnovery Slavik.

Prudence Jones dan Nigel Pennick dalamSuatu Sejarah Eropa Pagan (1995) karya mereka mengklasifikasikan agama-agama pagan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Politeisme: agama-agama pagan yang mengakui suatu pluralitas kodrat ilahi, yang mungkin atau mungkin tidak dianggap aspek-aspek dari suatu kesatuan yang mendasari (pembedaanpoliteisme lunak dan keras).
  • "Berbasis alam": agama-agama pagan yang memiliki suatu konsep keilahianAlam, yang mereka anggap sebagai suatu manifestasi ilahi, bukan sebagai ciptaan yang "jatuh" sebagaimana terdapat dalamkosmologi dualistik.
  • "Perempuan suci": agama-agama pagan yang mengakui "prinsip ilahi perempuan", diidentifikasi sebagai "sang Dewi" (berbeda dengandewi-dewi individual), di samping atau menggantikan prinsip ilahi laki-laki sebagaimana diungkapkan dalamGod Abrahamik.[65]

Pada zaman modern, "Heathen" dan "Heathenry" semakin banyak digunakan untuk menyebut cabang-cabang neopaganisme tersebut yang terilhami oleh agama-agama pra-Kristen dari bangsa Jermanik, Skandinavia, dan Anglo-Sachsen.[66]

DiIslandia, penganutÁsatrúarfélagið yang jumlahnya hanya lebih dari seribu orang mewakili 0.4% dari populasi total.[67] DiLituania, banyak orang mempraktikkanRomuva, suatu versi agama pra-Kristen dari negara itu yang dihidupkan kembali. Lituania termasuk salah satu daerah terakhir di Eropa yang mengalami Kristenisasi. Odinisme telah dibentuk secara resmi diAustralia setidaknya sejak tahun 1930-an.[68]

Paganisme di Jazirah Arab

[sunting |sunting sumber]

Kendati Muhammad telah menghancurkan kuil dan berhala pagan Dzul Khalashah selama ekspedisi militerPenghancuran Dzul Khalashah,[53][56][57] kultus Dzul Khalashah bangkit kembali dan dipuja di wilayah tersebut sampai tahun 1815, saat para anggota gerakanWahhabiSunni mengorganisir kampanye-kampanye militer untuk menekan sisa-sisa ibadah pagan. Berhala yang direkonstruksi tersebut kemudian dihancurkan oleh tembakan.[50]

Kekristenan sebagai Pagan

[sunting |sunting sumber]

Kekristenan adalah salah satuagama Abrahamik danmonoteistik.[69][70] Kaum Yahudi terkadang memersepsikannya sebagai salah satu bentukpoliteisme[71] karena doktrin Kristen tentangTritunggal (yang secara sekilas tampak sepertiTriteisme)[72] atau perayaan sejumlah hari keagamaan yang awalnya dianggap berkaitan dengan agama-agama pagan[73] dan praktik-praktik lainnya – melalui suatu proses yang dideskripsikan sebagai "membaptis"[74] atau "Kristenisasi". Bahkan di antara kalangan Kristen, terdapat tuduhan-tuduhan serupa sehubungan denganpenyembahan berhala, khususnya oleh kalanganProtestan,[75][76] terhadapGereja Katolik Roma danGereja-Gereja Timur atasvenerasi ("penghormatan") yang mereka lakukan padaorang-orang kudus dangambar-gambar.Arthur Weigall, seorang ahli Mesir kuno dari Inggris, berpendapat bahwa doktrin-doktrin penting Kekristenan telah dipengaruhi oleh paganisme atau okultisme Eropa.[77]

Agama etnik bangsa Eropa pra-Kristen

[sunting |sunting sumber]
Informasi lebih lanjut:Kristenisasi
Patung etnisCuman, abad ke-11, Ukraina.

Lihat pula

[sunting |sunting sumber]

Referensi

[sunting |sunting sumber]

Catatan

  1. ^Augustine, Divers. Quaest. 83.
  2. ^Davies, Owen (2011). Paganism: A Very Short Introduction. New York: Oxford University Press.ISBN 9780191620010.
  3. ^abPeter Brown, in Glen Warren Bowersock, Peter Robert Lamont Brown, Oleg Grabar, eds.,Late Antiquity: a guide to the postclassical world, 1999,s.v. "Pagan".
  4. ^Lewis, James R. (2004).The Oxford Handbook of New Religious Movements. Oxford University Press. hlm. 13.ISBN 0-19-514986-6. 
  5. ^Hanegraff, Wouter J. (1006).New Age Religion and Western Culture: Esotericism in the Mirror of Secular Thought. Brill Academic Publishers. hlm. 84.ISBN 90-04-10696-0. 
  6. ^abCameron 2011, hlm. 28, 30.
  7. ^Davies, Owen (2011). Paganism: A Very Short Introduction. New York: Oxford University Press.ISBN 9780191620010.p=1
  8. ^abHarper, Douglas."pagan (n.)".The Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal18 July 2013. 
  9. ^abcdCameron 2011, hlm. 14—15.
  10. ^De Corona Militis XI.V
  11. ^Ante-Nicene Fathers III, De Corona XI
  12. ^"Theodosius I", The Catholic Encyclopedia, 1912
  13. ^"The City of God".Britannica Ultimate Reference Suite DVD, 2003.
  14. ^OrosiusHistories 1. Prol."ui alieni a civitate dei..pagani vocantur."
  15. ^C. Mohrmann,Vigiliae Christianae 6 (1952) 9ff;Oxford English Dictionary, (online) 2nd Edition (1989)
  16. ^TheOED instancesEdward Gibbon'sDecline and Fall of the Roman Empire, Vol. II, "Chapter XXI: Persecution of Heresy, State of the Church.—Part VII" (1776): "The divisions of Christianity suspended the ruin of Paganism."
  17. ^Eisenstadt, S.N., 1983, Transcendental Visions – Other-Worldliness – and Its Transformations: Some More Comments on L. Dumont.Religion13:1–17, at p. 3.
  18. ^Augustine,Confessions 1.14.23; Moatii, "Translation, Migration, and Communication," p. 112.
  19. ^abcCameron, Alan G.; Long, Jacqueline; Sherry, Lee (1993). "2: Synesius of Cyrene; VI: TheDion".Barbarians and Politics at the Court of Arcadius.University of California Press. hlm. 66–67.ISBN 9780520065505. 
  20. ^abCameron 2011, hlm. 16—17.
  21. ^Simon Swain, "Defending Hellenism: Philostratus, in Honour of Apollonius," inApologetics, p. 173.
  22. ^Treadgold,A History of the Byzantine State, p. 5.
  23. ^Millar,A Greek Roman Empire, pp. 97–98.
  24. ^Millar,A Greek Roman Empire, p. 98.
  25. ^Harper, Douglas."heathen (n.)".The Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal18 July 2013. 
  26. ^Cameron 2011, hlm. 26—27.
  27. ^abDavies 2011, Defining paganism.
  28. ^Cameron 2011, hlm. 26.
  29. ^Cameron 2011, hlm. 27, 31.
  30. ^Cameron 2011, hlm. 29.
  31. ^Cameron 2011, hlm. 28.
  32. ^Davies 2011, Chapter 1: The ancient world.
  33. ^Antonio Virgili, Culti misterici ed orientali a Pompei, Roma, Gangemi, 2008
  34. ^'Hymn to Proserpine'
  35. ^cf. the civil, natural and mythical theologies ofMarcus Terentius Varro
  36. ^A summary of the modern view is given in Robin Lane Fox,Pagans and Christians 1989, pp. 31ff.: "The modern emphasis on paganism's cult acts was also acknowledged by pagans themselves. It shaped the way they tried and tested Christians."
  37. ^E. Kessler,Dionysian Monotheism in Nea Paphos, Cyprus"two monotheistic religions, Dionysian and Christian, existed contemporaneously in Nea Paphos during the 4th century C.E. [...] the particular iconography of Hermes and Dionysos in the panel of the Epiphany of Dionysos [...] represents the culmination of a Pagan iconographic tradition in which an infant divinity is seated on the lap of another divine figure; this Pagan motif was appropriated by early Christian artists and developed into the standardized icon of the Virgin and Child. Thus the mosaic helps to substantiate the existence of Pagan monotheism."[1]
  38. ^Pausanias,Description of Greece 6. 26. 1 – 2
  39. ^Athenaeus,Deipnosophistae 2. 34a
  40. ^abWick, Peter (2004)."Jesus gegen Dionysos? Ein Beitrag zur Kontextualisierung des Johannesevangeliums".Biblica. Rome: Pontifical Biblical Institute.85 (2): 179–198. Diakses tanggal2007-10-10. 
  41. ^Studies in Early Christology, byMartin Hengel, 2005, p.331 (ISBN 0567042804)
  42. ^Powell, Barry B.,Classical Myth Second ed. With new translations of ancient texts by Herbert M. Howe. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1998.
  43. ^Mubarakpuri, Saifur Rahman Al (2005),The sealed nectar: biography of the Noble Prophet, Darussalam Publications, hlm. 245–246,ISBN 978-9960-899-55-8 
  44. ^abMuhammad Saed Abdul-Rahman,Tafsir Ibn Kathir Juz' 2 (Part 2): Al-Baqarah 142 to Al-Baqarah 252 2nd Edition, p. 139, MSA Publication Limited, 2009,ISBN 1861796765. (online)
  45. ^Mubarakpuri,The Sealed Nectar (Free Version), p. 129
  46. ^Sa'd, Ibn (1967).Kitab al-tabaqat al-kabir,By Ibn Sa'd,Volume 2. Pakistan Historical Society. hlm. 380.ASIN B0007JAWMK. 
  47. ^Rahman al-Mubarakpuri, Saifur (2005),The Sealed Nectar, Darussalam Publications, hlm. 269 
  48. ^Mufti, M. Mukarram Ahmed (Dec 2007),Encyclopaedia of Islam, Anmol Publications Pvt Ltd, hlm. 103,ISBN 978-81-261-2339-1 
  49. ^Robertson Smith, William (2010).Kinship and Marriage in Early Arabia. Forgotten Books. hlm. 297.ISBN 978-1-4400-8379-2. 
  50. ^abS. Salibi, Kamal (2007).Who Was Jesus?: Conspiracy in Jerusalem. Tauris Parke Paperbacks. hlm. 146.ISBN 978-1-8451-1314-8. 
  51. ^Muir, William (August 1878).The life of Mahomet. Kessinger Publishing. hlm. 219. 
  52. ^Mubarakpuri, Saifur Rahman Al (2002).When the Moon Split. DarusSalam. hlm. 296.ISBN 978-9960-897-28-8. 
  53. ^abGlasse, Cyril (28 Jan 2003).The new encyclopedia of Islam. US: AltaMira Press. hlm. 251.ISBN 978-0-7591-0190-6. 
  54. ^Shahih Bukhari,5:59:641
  55. ^Dermenghem, Émile (1930).The life of Mahomet. G. Routledge. hlm. 239.ISBN 978-9960-897-71-4.Five hundred horsemen went to Dhul Khalasa to demolish the Yemenite Ka'ba 
  56. ^abIbn al Kalbi, Hisham (1952).The book of idols: being a translation from the Arabic of the Kitāb al-asnām. Princeton University Press. hlm. 31–2.ASIN B002G9N1NQ. 
  57. ^abThe Book of Idols, Scribd .
  58. ^"It would be a great pleasure to make the comparison with what survives to us of ancient paganism in our old books, in order to have better [grasped] their spirit." Peter N. Miller,History of Religion Becomes Ethnology: Some Evidence from Peiresc's Africa Journal of the History of Ideas 67.4 (2006) 675–696.[2]
  59. ^Jack Zipes,The Great Fairy Tale Tradition: From Straparola and Basile to the Brothers Grimm, p 846,ISBN 0-393-97636-X
  60. ^"Hellenismos FAQ".The Cauldron: A Pagan Forum. Diakses tanggal25 March 2015. 
  61. ^"Pagans". Supreme Council of Ethnikoi Hellenes. Diakses tanggalSeptember 7, 2007. 
  62. ^Arlea Anschütz, Stormerne Hunt (1997)."Call us Heathens!". Journal of the Pagan Federation. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2013-07-12. Diakses tanggalSeptember 7, 2007. 
  63. ^"Pagan beliefs: nature, druids and witches".BBC Religion & Ethics. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2015-02-28. Diakses tanggal25 March 2015. 
  64. ^"Defining Paganism: Paleo-, Meso-, and Neo-"(Version 2.5.1) 1979, 2007 c.e., Isaac Bonewits
  65. ^Jones, Prudence; Pennick, Nigel (1995).A History of Pagan Europe. Page 2. Routledge.
  66. ^"Paganism: Heathenry".BBC – Religions. Diakses tanggal25 March 2015. 
  67. ^Statistics Iceland –Statistics >> Population >> Religious organisations
  68. ^"The Odinic Rite of Australia".The Odinic Rite of Australia. Diakses tanggal25 March 2015. 
  69. ^Christianity's status as monotheistic is affirmed in, among other sources, theCatholic Encyclopedia (article "Monotheism");William F. Albright,From the Stone Age to Christianity;H. Richard Niebuhr; About.com,Monotheistic Religion resources; Kirsch,God Against the Gods; Woodhead,An Introduction to Christianity;The Columbia Electronic EncyclopediaMonotheism; The New Dictionary ofCultural Literacy,monotheism;New Dictionary of Theology,PaulDiarsipkan 2018-07-04 diWayback Machine., pp. 496–99; Meconi. "Pagan Monotheism in Late Antiquity". p. 111f.
  70. ^"Christianity".Encyclopedia Britannica. Diakses tanggal25 March 2015. 
  71. ^"CHRISTIANITY IN ITS RELATION TO JUDAISM - JewishEncyclopedia.com". Diakses tanggal25 March 2015. 
  72. ^Chapman, John (1912)."Tritheists",The Catholic Encyclopedia, Vol. 15. New York: Robert Appleton Company. Retrieved 17 May 2011.
  73. ^Christianised calendar
  74. ^"The Pope, The Emperor and the Persian Leader". Diarsipkan dariversi asli tanggal 2008-12-20. Diakses tanggal2016-11-11. 
  75. ^'Philip Melanchthon 'Apologia Confessionis Augustanae'
  76. ^Jean SeznecThe Survival of the Pagan Gods
  77. ^"Paganism in Our Christianity", by Arthur Weigall

Bibliografi

Pranala luar

[sunting |sunting sumber]


Templat:Paganisme

Sindiran terhadap agama/kepercayaan
Buddhis
Umum
Theravādin
Non-Mahāyānis
Kekristenan
Umum
Katolik
Protestan
Lainnya
Hindu
Jain
Yahudi
Umum
Pembaharu
Kripto
Muslim
Ahmadiyyah
Ismailiyah
Sufi
Syiah
Suni
Salafiyah
Orang yang
tidak percaya
Umum
Non-Muslim
Non-Yahudi
Non-Buddhis
Zoroastrian
Ateis
Umum
Perpustakaan nasional
Lain-lain
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paganisme&oldid=26863765"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp