Pembela Tanah Air | |
---|---|
| |
![]() Bendera batalion PETA | |
Aktif | 3 Oktober 1943–15 Agustus 1945 |
Negara | Hindia Belanda danMalaya Inggris |
Aliansi | ![]() |
Tipe unit | Infanteri |
Peran | MempertahankanHindia Belanda yang diduduki Jepang danMalaya Inggris dari invasiSekutu |
Jumlah personel | 66 Batalion di Jawa, 3 Batalion di Bali,ca 20.000 orang di Sumatra,ca 2.000 orang di Malaya |
Markas | Bogor,Jawa Barat |
Julukan | PETA |
Moto | Indonesia Akan Merdeka |
Warna panji | Ungu, Hijau, Merah, & Putih |
Himne | "Mars Tentara Pembela"Playⓘ |
Pertempuran | Pemberontakan PETA Blitar |
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Jepang:郷土防衛義勇軍code: ja is deprecated,Hepburn:Kyōdo Bōei Giyūgun) atauPembela Tanah Air (PETA) adalah satuan paramiliter yang dibentukJepang diIndonesia padamasa pendudukan Jepang. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumatOsamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh PanglimaAngkatan Darat ke-16,Letnan JenderalKumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer diBogor.
Tentara PETA telah berperan besar dalamPerang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presidenJenderal Besar TNISoeharto danJenderal Besar TNISoedirman. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusimiliter Indonesia, mulai dari pembentukanBadan Keamanan Rakyat (BKR),Tentara Keamanan Rakyat (TKR),Tentara Keselamatan Rakyat,Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadiTentara Nasional Indonesia (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
Setelah Jepangmenguasai Hindia Belanda,pemerintahan militer Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang diPerang Pasifik. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas sepertiHeiho. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan SatuMotoshige Yanagawa dariBeppan (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikanSeinen Dōjō (青年道場code: ja is deprecated, 'Dojo Pemuda') diTangerang pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.[1] Kemudian,Seinendan (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.
Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri JepangHideki Tojo mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa pendudukPulau Jawa akan mulai dilibatkan dalam urusanpemerintahan dalam negeri di Pulau Jawa.[2] Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat,Beppan memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilihRaden Gatot Mangkoepradja untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.[3] Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja diJakarta pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan denganBeppan pada keesokan harinya.[4]
Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepadaGunseikan (軍政官code: ja is deprecated, 'Kepala Pemerintahan Militer Jepang') Letnan JenderanShinshichiro Kokubu, yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".[4][5] DiTokyo, pernyataan serupa juga disampaikan olehSoetardjo Kartohadikoesoemo danDr. Boentaran Martoatmodjo pada kesempatan terpisah.[6][7] Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan dikoranAsia Raya.[8] Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.[9][10] Pada tanggal 10 September 1943,R.A. Latief Hendraningrat juga mengirimkan surat kepadaGunseikan, yang berisi permohonan untuk melibatkan anggotaSeinendan dalam perang.[11] Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama:K.H. Mas Mansyur, K.H. Adnan,Dr. Abdul Malik Karim Amrullah,Guru H. Mansur,Guru H. Cholid,K.H. Abdul Madjid,Guru H. Jacob,K.H. Djunaedi,U. Mochtar, danH. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.[12] Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi13 September1943.[butuh rujukan] Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, sepertiDr. Radjiman Widjodiningrat,R.Ng. Dwidjosewojo,Frits Laoh,Dr. A. Rasjid,Dr. H. A. Karim Amrullah, danH. Agoes Salim.[13]
Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangatpatriotisme rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militerpribumi berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalambendera PETA yang terdiri dari unsurmatahari terbit (lambangKekaisaran Jepang) sertabulan sabit dan bintang (simbol kepercayaanIslam).
Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkanOsamu Seirei No. 44 (治政令第44号code: ja is deprecated,Osamu Seirei Dai-44 Gō) yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dariOsamu Seirei No. 44 adalah sebagai berikut:[14]
Osamu Seirei No. 44 tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah Jawa
Pasal 1
Mengingat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentara Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membelaAsia Timur Raya bersama-sama.[a]
Pasal 2
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.[b]
Pasal 3
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinanSaikoo Sikikan dan wajib menerima perintahnya.[c]
Pasal 4
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalamSyuu masing-masing terhadap negerisekutu, di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.[d]— Saikoo Sikikan (最高指揮官code: ja is deprecated,Saikō Shikikan)
Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.[14] Pada pembentukannya, banyak anggotaSeinendan yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.
Pada tanggal 14 Februari 1945, sebagian pasukan PETA BatalionBlitar melakukan pemberontakan di bawah pimpinanSoeprijadi. Pemberontakan ini dipicu oleh kemarahan personel Batalion Blitar yang menyaksikan buruknya kondisi masyarakat sekitar serta penderitaan yang dialami olehromusa. Tujuan dari pemberontakan ini adalah membunuh setiap prajurit Jepang yang ditemui di wilayah Blitar. Akan tetapi, pemberontakan ini terendus lebih awal sehingga prajurit Jepang di sekitar markas batalion telah lebih dulu pergi. Pemberontakan berlangsung selama beberapa hari, dan berhasil dipadamkan terutama oleh pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dariHeiho. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Dari sekitar 360 orang yang terlibat pemberontakan, 55 di antaranya ditangkap. Terdapat 6 orang yang dijatuhihukuman mati. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarangAncol) pada tanggal 16 Mei 1945.[butuh rujukan]
Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelahproklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjiankapitulasi Jepang denganBlok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Sebagian besar pasukan PETA mematuhi perintah ini.Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik,Sukarno, mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjaditentara nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalahkolaborator Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.[16][17][18] Sehari kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan JenderalNagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.
Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masaperang kemerdekaan. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukanTentara Nasional Indonesia (TNI), mulai sejak dibentuknyaBadan Keamanan Rakyat (BKR),Tentara Keamanan Rakyat (TKR),Tentara Keselamatan Rakyat,Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Personel lulusan pendidikan PETA menjadi kelompok dominan di era awal militer Indonesia karena pada masa pendudukan Belanda, pelatihan militer untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, sehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.
Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal 18 Desember 1995, diresmikanmonumen PETA yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.
Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebutdaidan (大団code: ja is deprecated). Satu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari batalion tentara Jepang (大隊code: ja is deprecated,daitai). Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satukabupaten, sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satukeresidenan. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang komandan batalion (大団長code: ja is deprecated,daidanchō), dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh komandan kompi (中団長code: ja is deprecated,chūdanchō), komandan peleton (小団長code: ja is deprecated,shōdanchō), dan komandan regu (部団長code: ja is deprecated,budanchō). Para perwira ini dilatih diJawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai (ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊code: ja is deprecated, 'Korps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa') yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi prajurit (義勇兵code: ja is deprecated,giyūhei, 'tentara sukarela').[5]
Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlahdaitai yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion diPulau Bali. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.[5]
Keresidenan | Batalion | Komandan Batalion | Latar belakang | Perwira lain |
---|---|---|---|---|
Banten | ILabuhan | Toebagus Achmad Chatib | Ulama | Soehadisastra |
IIKondangsari Malingping | E. Ojong Temaja | Ulama | M.B. Soetman | |
IIICilegon-Serang | Sjam'oen | Ulama | Zainoel Falah | |
IVPandeglang | Oeding Soejatmadja | Moestaram | ||
Jakarta | IHarmoni | Kasman Singodimedjo | LulusanRHS, mantan KetuaJIB danMIAI | Moeffreni Moe'min Latief Hendraningrat |
IIPurwakarta | Soerjodipoero | Moersid | ||
Bogor | IJampang Kulon | R. Abdullah bin Noeh | Ulama | Hoesen Aleksah |
IIPelabuhan Ratu | M. Basoeni | Ulama | Moelja | |
IIISukabumi | Kafrawi | Machmoed | ||
IVCibeber Cianjur | R. Goenawan Resmipoetro | M. Ishak Djoearsa | ||
Priangan | ITasikmalaya | K.H. Soetalaksana | Ulama | Abdoellah Saleh |
IIPangandaran | K.H. Pardjaman | Ulama | K. Hamid | |
IIIBandung | Iljas Sasmita | Permana Oemar Wirahadikoesoemah | ||
IVCimahi | Aroedji Kartawinata | LulusanMULO, mantan petinggiPSII | Soeparjadi Poniman Soepardi | |
VGarut | R. Sofjan Iskandar | Katamsi Sutisna | ||
Cirebon | ICirebon | Abdoelgani Soerjokoesoemo | Roekman | |
IIMajalengka | R. Zaenal Asikin Joedibrata | Soearman | ||
Pekalongan | IPekalongan | Iskandar Idris | Ulama | Ajoeb |
IITegal | K.H. Doerjatman | Ulama | Soemardjono | |
Banyumas | ICilacap | R. Soetirto | R. Hartojo | |
IISumpiuh | R. Soesalit Djojoadhiningrat | Zaelan Asikin | ||
IIIKroya | Soedirman | Lulusan sekolah pendidikan guruMuhammadiyah, guru sekolah Muhammadiyah | Soepardjo Roestam | |
IVBanyumas | Isdiman Gatot Subroto | Sarengat | ||
Kedu | IGombong | R. Abdoel Kadir Bambang Sugeng | R. Soetrisno | |
IIMagelang | Muhammad Susman | Soegiardjo Soepangkat | ||
III Gombong | Djoko Koesoemo | Slamet Achmad Yani Sarwo Edhie Wibowo | ||
IVPurworejo | Moekahar Ronohadikoesoemo | Tjiptoroso | ||
Semarang | IMrican | R. Oesman Soetrisno Soedomo | Soejadi | |
IIWeleri/Kendal | R. Soedijono Taroeno Koesoemo | Soeparman Soemahamidjaja | ||
Pati | IPati | Koesmoro Hadidewo | ||
IIRembang | Holan Iskandar | Soekardi | ||
IIIJepara | Prawiro Atmodjo | Soekardji | ||
Yogyakarta | IWates | D. Martojomeno | Sudjiono | |
IIBantul | Mochamad Saleh | Lulusan sekolah pendidikan guru, guru sekolah Muhammadiyah | Soepardi Pardi Pranoto Soegiono | |
IIIPingit | Soendjojo Poerbokoesoemo | Darjatmo Soeharto | ||
IVWonosari | Moeridan Noto | Noedi | ||
Surakarta | IManahan | R.M. Moeljadi Djojomartono | Ulama | Soeprapto Soekawati Djatikusumo |
IIWonogiri | K.H. Idris | Ulama | Boediman | |
Bojonegoro | IBabat | K.H. Masjkur Soedirman | Ulama | Oetojo Oetomo |
IIBancar | Masri | R. Rachmat | ||
IIITuban | Soemadi Sastroatmodjo | Soemardjo | ||
Madiun | IMadiun | Agoes Tojib | Moemardjo | |
IIPacitan | Akoeb Goelangge | R. Soebagijo | ||
IIIPonorogo | M. Soedjono | Soedijat | ||
Kediri | ITulungagung | Soediro | Toeloes | |
IIBlitar | Soerachmad | Soekandar Moeradi Soeprijadi | ||
IIISukorame | A. Joedodiprodjo Soejoto Djojopoernomo | Mashoedi Soedjono | ||
Surabaya | IGunung Sari | Soetopo | Dokter | Masdoeki Aboedardja |
IISidoarjo | R. Moehammad Mangoendiprodjo | LulusanOSVIA | Bambang Joewono | |
IIIMojokerto | Katamhadi | Oesman | ||
IVGresik | K.H. Cholik Hasjim Moestopo | Ulama LulusanSTOVIT,dokter gigi | Jondat Modjo | |
Malang | IGondanglegi | K. Iskandar Soelaeman | Ulama | Soemarto |
IILumajang | M. Soejo Adikoesoemo | S. Hardjo Hoedojo | ||
IIIPasuruan | Arsjid Kromodihardjo | Slamet | ||
IVMalang | Imam Soedja'i | Soekardani | ||
VProbolinggo | Soedarsono | Soemitro | ||
Besuki | IKencong Jember | Soewito Soediro | Soekarto | |
IIBondowoso | K.H. Tahiroeddin Tjokro Atmodjo | Ulama | Rosadi | |
IIIBenculuk Banyuwangi | Soekotjo | Imam Soekarto | ||
IVRambipuji Jember | Surodjo Astiklah | Soebandi | ||
VSukowidi Banyuwangi | R. Oesman Soemodinoto | Soedarmin | ||
Madura | IPamekasan | K.H. R. Amin Dja'far | Ulama | R. Moehammad Saleh |
IIBangkalan | Roeslan Tjakraningrat | Hafiloedin | ||
IIIBatang Batang | Abdoel Madjid | Achmad Basoeni | ||
IVAmbunten | Abdoel Hamid Moedhari | Ulama | Soeroso | |
VKetapang | Troenodjojo | Mochamad Sabirin | ||
Bali | INegara | I Made Poetoe | I Wayan Moedana | |
IITabanan | I Goesti Ngoerah Gede Poegeng | Ida Bagoes Tongka | ||
IIIKlungkung | Anak Agoeng Made Agoeng | I Made Geria |
Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)