Bangsa Het adalah bangsaAnatolia kuno yang menuturkanbahasa daricabang Anatolia dalamrumpun bahasa Indo-Eropa.[1] Bangsa ini mendirikan kerajaan yang berpusat diHattusa. Bangsa Het mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 SM, ketika sebagian besarAnatolia,Suriah barat laut, wilayah hingga mulutsungai Litani (kiniLebanon), dan daerah timur hinggaMesopotamia hulu, berhasil ditaklukan. Setelah tahun 1180 SM, Bangsa Het mengalami disintegrasi menjadi beberapa negara-kota "Het-Baru", beberapa mampu bertahan hingga abad ke-8 SM.
Perjanjian Damai Mesir - Het (~ 1258 SM) antaraHattusili III danRamesses II. Merupakan perjanjian damai tertulis kuno yang paling terkenal serta merupakan perjanjian damai bilateral yang pertama di Dunia.Museum Arkeologi Istanbul
Dari dinasti Het yang meninggalkan catatan, anggota yang diketahui paling awal adalahPithana, yang tinggal di kotaKussara. Pada abad ke-18 SM,Anitta, putra dan sekaligus penerusnya, membuat kota Neša menjadi salah satu ibu kotanya dan menggunakan bahasa Het dalam tulisannya di sana. Namun, Kussara tetap menjadi ibu kota dinasti tersebut selama hampir seabad sampaiLabarna II menetapkanHattusa sebagai ibu kota negara, mungkin mengambil alih nama tahta Hattusili, "orang Hattusa", pada waktu itu.
Kerajaan Tua, berpusat di Hattusa, mencapai puncak kejayaan selama abad ke-16 SM. Kerajaan ini pernah mengalahkanBabilonia pada suatu ketika, tetapi tidak berusaha untuk memerintah di sana, menyebabkan orang Kassit bangkit dan memerintah di sana selama lebih dari 400 tahun.
Selama abad ke-15 SM, kekuasaan Het menghilang, muncul kembali dalam pemerintahanTudhaliya I sejak ~ 1400 SM. Di bawahSuppiluliuma I danMursili II, kerajaan berkembang sampai ke sebagian besarAnatolia dan sebagianSiria danKanaan, sehingga pada tahun 1300 SM, kerajaan Het berbatasan denganAsyur danMesir, yang menyebabkan terjadinyaPertempuran Kadesh pada tahun 1274 SM.
Perang saudara dalam perebutan tahta, ditambah ancaman dari "Orang-orang Laut", melemahkan kerajaan Het dan, di akhir tahun 1160 SM, kerajaan ini runtuh. Negara-negara kecil yang muncul pada zaman "KerajaanHet Baru" di bawah kekuasaanAsyur masih ada sampai ~700 SM. Dialek Het dan Luwian dariZaman Perunggu berkembang menjadi bahasa-bahasaLydia,Lycia danKaria.
Firaun MesirRamesses II menyerang benteng Het dalam pengepungan terhadap kota Dapur.
Bekas-bekas bahasa ini masih ada pada periode Akhameniyah/Persian (abad ke-6th sampai ke–4 SM) dan akhirnya punah akibat penyebaran budayaHelenistik Yunani mengikuti penjajahanAleksander Agung diAsia Minor padaabad ke-4 SM.