Artikel inisebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yangmemiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulahmenambah pranala ke artikel ini dariartikel yang berhubungan.(Oktober 2022) |
| Nama sistematis (IUPAC) | |
|---|---|
| [(2R,3S,4R,5R)-3,4-Dihidroksi-5-[4-(hidroksiamino)-2-oksopirimidin-1-il]oksolan-2-il]metil 2-metilpropanoat | |
| Data klinis | |
| Nama dagang | Movfor |
| Kat. kehamilan | ? |
| Status hukum | ? |
| Pengenal | |
| Nomor CAS | 2349386-89-4 |
| Kode ATC | Tidak ada |
| PubChem | CID 145996610 |
| DrugBank | DB15661 |
| ChemSpider | 84400552 |
| UNII | YA84KI1VEW |
| KEGG | D11943 |
| ChEBI | CHEBI:180653 |
| ChEMBL | CHEMBL4650320 |
| Sinonim | MK-4482, EIDD-2801 |
| Data kimia | |
| Rumus | C13H19N3O7 |
| |
Molnupiravir adalahobat antivirus dalam percobaan yang aktif secara oral dan dikembangkan untuk mengobatiinfluenza. Molnupiravir adalahbakal obat dari turunannukleosida sintetis N4-hidroksisitidina (juga disebut EIDD-1931) dan menggunakan tindakan antivirusnya melalui pengenalan galat-galat penyalinan semasa replikasi RNA virus.[1][2]
Obat ini dikembangkan diUniversitas Emory oleh perusahaan inovasi obat universitas itu, Drug Innovation Ventures at Emory (DRIVE). Obat ini kemudian dimiliki oleh perusahaan Ridgeback Biotherapeutics yang berasal dari Miami yang kemudian bermitra denganMerck & Co. bagi pengembangan lebih lanjut.[3]
Molnupiravir dikembangkan diUniversitas Emory oleh perusahaan inovasi obat universitas, Drug Innovation Ventures at Emory (DRIVE).[3] Pada tahun 2014, DRIVE memulai proyek penyaringan yang didanai olehDefense Threat Reduction Agency untuk menemukan obat antivirus yang menyasarvirus ensefalitis kuda Venezuela (VEEV), yang mengarah kepada penemuan EIDD-1931[4] Ketika diubah menjadibakal obat EIDD-2801 (molnupiravir), senyawa tersebut juga menunjukkan aktivitas melawanvirus RNA lain termasukinfluenza,Ebola,chikungunya, dan pelbagaikoronavirus.[4]
Nama obat ini terilhami dari paluThor yaituMjölnir. Gagasannya adalah obat itu akan membunuh virus seperti pukulan dahsyat dari dewa petir.[5]
ProfesorUniversitas Negara Bagian Georgia Richard Plemper adalah peneliti utama hibah dariInstitut Kesehatan Nasional untuk mengeksplorasi penggunaan molnupiravir melawan influenza.[6] Pada akhir tahun 2019,Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional menyetujui pemindahan molnupiravir ke dalam uji klinis Tahap I untuk influenza.[4]
Molnupiravir telah digunakan untuk pengobatan penyakit coronavirus dengan gejala ringan hingga sedang (COVID-19) pada orang dewasa dengan hasil positif dari tes virus SARS-CoV-2 langsung, dan yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi COVID gejala berat.[7][8]
Penggunaan pada kehamilan tidak dianjurkan. Belum ada penilitan yang dilakukan pada manusia untuk penggunaan Molnupiravir selama kehamilan untuk menilai risiko terhadap ibu atau janin. Berdasarkan penelitian pada hewan, obat ini diketahui dapat menyebabkan kerusakan janin. Selama organogenesis, kematian embriofetal dan teratogenisitas telah ditemukan terjadi pada tikus, dan didapati penurunan berat badan janin pada tikus dan kelinci. Ibu tidak dianjurkan menggunakan obat ini selama menyusui karena potensi yang merugikan pada bayi. Belum ada data mengenai sekresi obat atau metabolitnya dalam ASI. Belum diketahui apakah obat ini dapat berpengaruh pada bayi atau pada produksi ASI. Orang di bawah usia 18 tahun tidak disarankan menggunakan molnupiravir karena dapat memengaruhi pertumbuhan tulang dan tulang rawan. Pada penelitian menggunakan objek tikus, ditemukan adanya toksisitas tulang dan tulang rawan pada pemberian dosis berulang.[9]
Ditemukan efek samping dalam studi MOVe-OUT fase III yakni diare (2%), mual (1%) dan pusing (1%), semua gejala ini termasuk gejala ringan atau sedang.[9]
<ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaHalford2020<ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMole2021