Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Zona riparian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dariMintakat riparian)
Zona riparian yang terpelihara baik di kanan-kiri sungai yang memasok air keDanau Erie,Kanada.

Zona riparian,mintakat riparian, atauwilayah riparian adalah daerah peralihan antarasungai dengandaratan. Wilayah ini memiliki karakter yang khas, karena perpaduan lingkunganperairan dan daratan. Salah satunya,komunitastumbuhan pada daerah ini dicirikan oleh tetumbuhan yang beradaptasi dengan perairan, yakni jenis-jenis tumbuhanhidrofilik; yang dikenal sebagaivegetasi riparian. Perkataanriparian berasal daribahasa Latinripa, yang berarti “tepian sungai”.[1]

Zona riparian bersifat penting dalamekologi,pengelolaan lingkungan danrekayasa sipil, terutama karena peranannya dalamkonservasi tanah,keanekaragaman hayati yang dikandungnya, serta pengaruhnya terhadapekosistem perairan. Bentuk fisik daerah ini bisa bermacam-macam, di antaranya berupahutan riparian,paya-paya, aneka bentuklahan basah, ataupun tak bervegetasi. Istilah-istilah teknis sepertisempadan sungai dankakisu (kanan-kiri sungai) mengacu kepada daerah ini, meski pengertiannya tak sepenuhnya sepadan.[butuh rujukan]

Karakteristik dan fungsi

[sunting |sunting sumber]
Skema zona riparian diEverglades,Florida.

Wilayah riparian bisa berbentuk alami atau terbangun untuk keperluan stabilisasitanah ataurehabilitasi lahan. Daerah ini merupakanbiofilter alami yang penting, yang melindungi lingkunganakuatik darisedimentasi yang berlebihan, limpasan air permukaan yang terpolusi, danerosi tanah. Zona ini juga menyediakan perlindungan dan makanan untuk banyak jenishewan akuatis, dan juga naungan yang penting dalam pengaturantemperatur perairan. Banyak karakter yang menunjukkan kapasitas wilayah ini sebagaizona penyangga (bufferzone) bagi kawasan di sekitarnya.[2]

Penelitian menunjukkan bahwa zona ini berperan penting dalam menjagakualitas air yang masuk ke sungai, baik dari limpasan air permukaan (surface runoff) maupun dari aliran air bawah tanah. Terutama penting untuk mengurangi senyawanitrat (denitrifikasi) yang berasal daripupuk yang ditebarkan di lahan-lahanpertanian, yang terbawa oleh aliran air dan berpotensi merusakekosistem serta mengganggu kesehatan. Fungsi ini diperlihatkan dengan baik oleh daerah yang berupa lahan basah di tepian sungai.[3]

Mintakat riparian juga berfungsi meredamenergi aliran air. Kelok liku aliran sungai (meander) dan vegetasi dan perakaran tumbuhan di daerah ini mampu meredam energi pukulan arus sungai, sehingga mengurangi erosi dan kerusakan badan sungai akibatbanjir. Ketika banjir besar, zona riparian dapat mencegah kerusakan yang lebih luas di bagian luar sungai, meskipun daerah tersebut dapat menjadi porak-poranda.[4] Sementara itu pada bagian lain zona,sedimen sungai dijerap dan diendapkan, sehingga menurunkan kadar padatan tersuspensi dalam air, mengurangi kekeruhan, menggantikan tanah yang hanyut, serta membentuk tepian yang baru.[5]

Wilayah kanan-kiri sungai merupakanhabitat margasatwa dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, yang berfungsi sebagaikoridor satwa; yakni daerah yang dijadikan sebagai tempat perlintasan aneka jenisfauna akuatik maupunterestrial dan menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Fungsi ini terlihat nyata terutama di wilayahperkotaan, di mana zona-zona riparian yang terpelihara biasa ditinggali atau disinggahi oleh berbagai jenisreptil,amfibia,[6] danburung. Situasi ini menghubungkanpopulasi-populasi hewan di hilir dengan sebelah hulu sungai, sehingga kelompok-kelompok itu saling terhubung satu sama lain.[7]

Vegetasi di kanan-kiri sungai memiliki karakter yang khas serta menunjukkan pengaruh dan interaksi dengan lingkungan perairan yang dinamis. Sebagian besar jenis tumbuhan di wilayah riparian ini yangmemencar dengan mengandalkan aliran air atau pergerakanikan. Dari segi ekologi, fenomena ini penting sebagai salah satu mekanisme aliran energi ke dalamekosistemperairan, melalui jatuhan ranting, daun dan terutamabuah tetumbuhan ke air, yang akan menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan akuatik.[8]

Dari sudutsosial, kawasan riparian memiliki manfaat bagi nilai-nilai kehidupan masyarakat di sekitarnya. Wilayah tepian sungai yang bervegetasi baik sering dijadikantaman tempat bersantai dan berinteraksi bagi penduduk, terutama di perkotaan. Taman danhutan kota semacam ini biasa dijadikan tempatrekreasi harian, bersepeda,memancing, berbiduk, dan lain-lain. Pemandangan sungai yang indah, juga di waktu malam di daerah perkotaan, menjadikan banyakrestoran dibangun di tepian air.[9]

Keanekaragaman vegetasi riparian

[sunting |sunting sumber]
Hutan riparian
Hutan riparian diJerman.
Di tepian Sungai Litroux,Prancis.

Sepanjang kanan-kiri sungai di daerahtropis, mulai dari wilayah hulu hingga ke muaranya di laut, tumbuh berbagai tipevegetasi, yang pada gilirannya menyediakan habitat bagi aneka komunitasmargasatwa. Variasi-variasi dalam zona riparian ini pada dasarnya ditentukan oleh seberapa besar aliran sungai memengaruhi kondisi lingkungan di kanan-kirinya; yang selanjutnya ditentukan olehtopografi lapangan dan sifat-sifat aliran sungai yang bersangkutan.[10]

Di bagian hulu sungai di daerahpegunungan, aliran sungai berkelak-kelok melaluijurang kecil maupun besar. Arus sungai yang deras, fluktuasi permukaan air yang tinggi antara saat-saat hujan dengan tidak hujan, dan curamnya tebing sungai, menjadikan zona riparian di daerah pegunungan ini tidak begitu nyata dan sempit. Wilayah riparian di sini kebanyakan ditumbuhisemak-belukar danperdu, dengan beberapapohon besar yang tidak selalu sama jenisnya.[11] Semak-semak sepertikecubung gunung (Brugmansia spp.),sisirihan (Piper aduncum) dan beberapa yang lain sering ditemukan di sini.[12] Juga pohon-pohon sepertikepayang (Pangium edule),benda (Artocarpus elasticus)[13] dankedawung (Parkia roxburghii).[14]

Tiba di daerah yang lebih datar, aliran sungai mulai melambat dan melebar, menampung lebih banyak arus dari anak-anak sungai, dan fluktuasidebit sungai menyusut. Meskipun sungai-sungai di wilayah ini umumnya bertebing, namun kebanyakan tidak lagi berupa jurang yang dalam seperti halnya di pegunungan. Zona riparian kebanyakan ditumbuhipepohonan, yang bisa jadi tajuknya bertaut satu sama lain membentuk kanopi (atap tajuk) di atas sungai yang belum seberapa lebar.[15] Jenis-jenis pohon dari keluargaberingin sepertiloa (Ficus racemosa),[16]sengkuang (Pometia pinnata),[12] dan keluargajambu-jambuan seperti halnyajambu mawar (Syzygium jambos) sering didapati di bagian ini.[17]

Mendekat ketinggianlaut, di daerahdataran rendah yang luas, aliran sungai bisa menjadi amat lebar, mengalir lambat dan nyaris tidak berubah tinggi airnya sepanjang tahun. Akan tetapi di puncakmusim hujan, banjir besar selalu terjadi dan limpasannya dapat menutupi wilayah yang luas di kanan-kiri sungai. Wilayah riparian di bagian ini tidak selalu berupa hutan; bisa jadi bergabung atau berseling denganrawa ataupaya-paya yang luas. Namun karena tanah endapan yang subur dan selalu diperkaya setiap tahun, zona riparian di daerah ini biasa memiliki pohon-pohon besar dan tinggi, yang dari udara relatif mudah dibedakan dari hutan-hutan di sekitarnya yang lebih rendah kanopinya.[18] Komunitas khas ini biasa dikenal sebagaihutan riparian. Beberapa jenisdipterokarpa sepertiDipterocarpus apterus,D. oblongifolius, serta jenis-jenis penghasiltengkawang sepertiShorea macrophylla,S. seminis danS. splendida biasa dijumpai di sini. Juga kayuulin (Eusideroxylon zwageri) danmerbau (Intsia palembanica) yang berharga mahal.[19]

Di bagian yang kerap tergenang atau drainasenya buruk, hutan riparian ditumbuhi jenis-jenis yang lebih beradaptasi dengan lingkunganperairan. Contohnya adalahbintaro (Cerbera spp.),butun darat (Barringtonia racemosa),pidada (Sonneratia caseolaris),rengas (Gluta renghas),terentang (Campnosperma auriculata) dan lain-lain.[18]

Suatu bentuk lain dari vegetasi riparian di daerah kering adalah apa yang dinamai sebagaihutan galeri. Hutan ini merupakan wilayah-wilayah sempit yang selalu hijau, yang tumbuh di sepanjang aliran sungai di antara hamparanhutan musim,savana ataupadang rumput di wilayah beriklim kering seperti diNusa Tenggara.[20] Sungai-sungai itu sendiri mungkin mengering pada sebagian besar waktu sepanjang tahun (diJawa Timur sungai semacam ini disebutcurah), namun kelembaban yang tersimpan dalam tanahnya masih mampu mempertahankan kehijauan vegetasi. Hutan galeri terbentuk di dataran rendah hingga jurang-jurang di daerah yang berbukit, sampai pada ketinggian sekitar 2.000 m dpl.[21] Di daerah pesisir yang bersavana, hutan galeri ini sering digantikan olehhutan rawa payau yang didominasigebang (Corypha utan)[22]

Ancaman kelestarian

[sunting |sunting sumber]
Wilayah riparian yang penuh hunian di tepiSungai Elbe,Dresden.

Karenasungai banyak memberikan manfaat dan kegunaan bagimanusia, maka hal ini dapat berdampak buruk bagi wilayah riparian. Banyak aktivitas manusia, baik yang terkait langsung dengan pemanfaatan zona riparian, maupun yang tidak langsung seperti kegiatan pemanfaatan sungai, bisa mengancam kelestarian zona ini.

Dihutan-hutan lebat yang dibalak di wilayah pedalaman, sungai sering digunakan sebagai sarana pengangkutankayu. Kegiatanmenyarad dan mengangkut kayu ke sungai hampir selalu dilakukan dengan merusak, berat ataupun ringan, zona riparian ini. Konstruksi jalan-jalan angkutan dalam hutan melintasi banyak sungai dan zona-zona riparian di sekitarnya, terutama karenapohon yang akan dibalak tumbuh alami pada zona-zona riparian ini. Diperkirakan, hutan riparian yang subur dapat memiliki potensikayu komersial hingga 90 m³ perhektar.[18]

Lokasi permukiman-permukiman di wilayah dengan fasilitas terbatas, seperti di desa-desa pedalaman yang terpencil serta kamp-kamp pekerjakehutanan danpertambangan sering dibangun mendekati sungai sebagai sumber air dan sarana perhubungan, di mana zona-zona riparian dimanfaatkan secara intensif.[butuh rujukan] Permukiman-permukiman dan perladangan penduduk asli diKalimantan misalnya, terletak di dekat atau sepanjang aliran-aliran sungai yang masih dapat dilayari dengan bidukketinting.[butuh rujukan]

Kondisi yang sama juga terlihat pada zona riparian sungai-sungai yang melintasi kota-kota besar yang padat penduduk, misalnyaJakarta,Surabaya,Palembang,Banjarmasin,Pontianak dan lain-lain. Kawasan tepian sungai sering dijadikanpasar atau daerah pergudangan, terutama jika lokasinya terletak tidak jauh daripelabuhan.[butuh rujukan] Seluruh aktivitas penduduk baik di hutan, di pedalaman, maupun di perkotaan, dapat merusak zona riparian baik secara fisik ataupun fungsional.[butuh rujukan]

Konservasi

[sunting |sunting sumber]

Untuk melindungi keberadaan dan keberlangsungan fungsi wilayah riparian, tiap-tiapnegara mengeluarkan peraturan yang berbeda-beda. Indonesia, misalnya, memiliki peraturan untuk memelihara dan mempertahankan apa yang disebut sebagaisempadan sungai. Peraturan ini pada dasarnya menganjurkan pengelola wilayah, umpamanya pemegangHPH, untuk memelihara kawasan dengan lebar tertentu, sejajar dan di sepanjang tepian kanan-kiri sungai. Lebar sempadan ini bergantung kepada ukuran sungai itu sendiri, kondisi tepiannya (apakah masih alami atau buatan), serta letaknya (apakah di hutan, kawasan perkebunan atau di perkotaan).[butuh rujukan]

Untuk skala yang lebih luas dan kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati yang lebih tinggi, perlindungan zona riparian yang penting biasa dicakup dalam rencana konservasi tingkat nasional atau regional; misalnya dicantumkan dalamBiodiversity Action Plan.[butuh rujukan]

Lihat pula

[sunting |sunting sumber]

Rujukan

[sunting |sunting sumber]
  1. ^"Oregon Explorer Topics | oregonexplorer | Oregon State University".oregonexplorer.info. Diakses tanggal2025-01-19. 
  2. ^Lind, Lovisa; Hasselquist, Eliza Maher; Laudon, Hjalmar (2019-11-01)."Towards ecologically functional riparian zones: A meta-analysis to develop guidelines for protecting ecosystem functions and biodiversity in agricultural landscapes".Journal of Environmental Management.249: 109391.doi:10.1016/j.jenvman.2019.109391.ISSN 0301-4797. 
  3. ^Dosskey, Michael G.; Vidon, Philippe; Gurwick, Noel P.; Allan, Craig J.; Duval, Tim P.; Lowrance, Richard (2010)."The Role of Riparian Vegetation in Protecting and Improving Chemical Water Quality in Streams".JAWRA Journal of the American Water Resources Association (dalam bahasa Inggris).46 (2): 261–277.doi:10.1111/j.1752-1688.2010.00419.x.ISSN 1752-1688. 
  4. ^Garner, Grace; Malcolm, Iain A.; Sadler, Jonathan P.; Hannah, David M. (2017-10-01)."The role of riparian vegetation density, channel orientation and water velocity in determining river temperature dynamics".Journal of Hydrology.553: 471–485.doi:10.1016/j.jhydrol.2017.03.024.ISSN 0022-1694. 
  5. ^Seok, Ji Eun; Lim, Bong Soon; Moon, Jeong Sook; Kim, Gyung Soon; Lee, Chang Seok (2023-01)."Spatial Distribution of Vegetation on Stream Bars and the Riparian Zone Reflects Successional Pattern Due to Fluid Dynamics of River".Water (dalam bahasa Inggris).15 (8): 1493.doi:10.3390/w15081493.ISSN 2073-4441. Periksa nilai tanggal di:|date= (bantuan)
  6. ^Bateman, Heather L.; Merritt, David M. (2020-06-01)."Complex riparian habitats predict reptile and amphibian diversity".Global Ecology and Conservation.22: e00957.doi:10.1016/j.gecco.2020.e00957.ISSN 2351-9894. 
  7. ^Domínguez-López, Moisés Elías; Ortega-Álvarez, Rubén (2014)."La importancia de los hábitats riparios para las comunidades de aves en un paisaje neotropical altamente modificado por el ser humano".Revista Mexicana de Biodiversidad (dalam bahasa Spanyol).85 (4).doi:10.7550/rmb.43849.ISSN 2007-8706. 
  8. ^Whiten, T., R.e. Soeriaatmadja dan S.A. Afiff. (1999).Ekologi Jawa dan Bali. Prenhallindo, Jakarta. Hal. 449
  9. ^Anwar (2017).PERANCANGAN KAWASAN WISATA TEPIAN SUNGAI (Studi Kasus Pada Area Jembatan Kembar Sungguminasa – Gowa)(PDF). Makassar: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR. Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  10. ^Naiman, Robert J.; Décamps, Henri (1997)."The Ecology of Interfaces: Riparian Zones".Annual Review of Ecology and Systematics.28: 621–658.ISSN 0066-4162. 
  11. ^Pielech, Remigiusz (2021-09-15)."Plant species richness in riparian forests: Comparison to other forest ecosystems, longitudinal patterns, role of rare species and topographic factors".Forest Ecology and Management.496: 119400.doi:10.1016/j.foreco.2021.119400.ISSN 0378-1127. 
  12. ^abPasion, Bonifacio O.; Barrias, Carolyn DP.; Asuncion, Milagrosa P.; Angadol, Abelardo H.; Pabiling, Robert R.; Pasion, Arsenio; Braulio, Archiles A.; Baysa, Agaton M. (2021-03-01)."Assessing tree diversity and carbon density of a riparian zone within a protected area in southern Philippines".Journal of Asia-Pacific Biodiversity.14 (1): 78–86.doi:10.1016/j.japb.2020.10.006.ISSN 2287-884X. 
  13. ^Pratama, Raditya; Jumari; Utami, Sri (Desember 2021)."Komposisi dan Struktur Vegetasi Riparian Strata Pohon di Kawasan Wana Wisata Curug Semirang, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah".Bioma.23 (2): 112–118. 
  14. ^Hernowo, Jarwadi; Palita, Yulius (Desember 2004)."Study on Local Distribution and Behavior of Japan Green Peafowl (Pavo muticus muticus Linnaeus 1758) at Taman Nasional Meru Betiti, Jawa Timur"(PDF).Media Konservasi.IX (2): 69–76. 
  15. ^"Riparian zone planting | Canopy".canopy.govt.nz (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal2025-02-02. 
  16. ^Pothasin, Pornwiwan; Compton, Stephen G.; Wangpakapattanawong, Prasit (2014-10-13). Pandit, Maharaj K., ed."Riparian Ficus Tree Communities: The Distribution and Abundance of Riparian Fig Trees in Northern Thailand".PLoS ONE (dalam bahasa Inggris).9 (10): e108945.doi:10.1371/journal.pone.0108945.ISSN 1932-6203. 
  17. ^Hurrell, Julio A.; Delucchi, Gustavo; Keller, Héctor A. (2017-06-05)."Primer registro de Syzygium jambos (Myrtaceae) naturalizada en Misiones, Argentina".Bonplandia (dalam bahasa Spanyol).26 (2): 125–132.doi:10.30972/bon.2622570.ISSN 1853-8460. 
  18. ^abcMacKinnon, K., G. Hatta, H. Halim, A. Mangalik. (1996).The Ecology of Kalimantan. Periplus Edition (HK) Ltd. Pp. 129-130
  19. ^Whitmore, T.C. (1984).Tropical rain forest of the Far East. Clarendon Press, Oxford. Pp.224-225
  20. ^Whitmore, T.C. (1984).op.cit.. Pp.196-197
  21. ^Monk, K.A., Y. de Fretes dan G. Reksodihardjo-Lilley. (2000).Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Prenhallindo, Jakarta. Hal. 234
  22. ^Monk, K.A., Y. de Fretes dan G. Reksodihardjo-Lilley. (2000).op. cit.. Hal. 293

  • Nakasone, H., Kuroda, H., Kato, T. and Tabuchi, T. (2003).Nitrogen removal from water containing high nitrate nitrogen in a paddy field (wetland). Water Science and Technology,48(10): 209-216.
  • Mengis, M.,Schiff, S.L., Harris, M., English, M.C., Aravena, R., Elgood, R.J., and MacLean, A. (1999).Multiple geochemical and isotopic approaches for assessing ground water NO3 elimination in a riparian zone. Ground Water,37: 448-457.
  • Parkyn, Stephanie. (2004).Review of Riparian Buffer Zone Effectiveness. Ministry of Agriculture and Forestry (New Zealand), www.maf.govt.nz/publications.
  • Tang, Changyuan; Azuma, Kazuaki; Iwami, Yoshifumi; Ohji, Baku; Sakura, Yasuo. (2004).Nitrate behaviour in the groundwater of a headwater wetland, Chiba, Japan. Hydrological Processes,18(16): 3159-3168.

Pranala luar

[sunting |sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenaiRiparian forests.
Perpustakaan nasional
Lain-lain
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zona_riparian&oldid=26875561"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp