Pulau Madura dikenal sebagai penghasil utamaminyak bumi dangas alam di ProvinsiJawa Timur. Selain itu, Madura juga merupakan produsen garam terbesar diIndonesia, sehingga dijuluki sebagai "Pulau Garam".
Saat ini, terdapat wacana pemekaran wilayah untuk menjadikan Madura sebagai provinsi tersendiri. Jika rencana ini terealisasi, Madura akan memiliki luas wilayah sekitar 5.408,45 km² dan jumlah penduduk sekitar 4,03 juta jiwa.[3]
Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yaituBangkalan,Sampang,Pamekasan, danSumenep. Pulau ini memiliki sejarah yang panjang, yang tercermin dalamkesenian dankebudayaan, khususnyakebudayaan Islam yang kuat. Sejakabad ke-15, Madura dikenal dengan pengaruhIslam yang mendalam, yang turut membentuk karakter masyarakatnya hingga kini. Selain itu, Pulau Madura juga dikenal dengan tradisi seni sepertiKarapan Sapi danTari Topeng Madura yang menjadi bagian dari identitas budaya lokal.
Pulau Madura dihuni oleh mayoritassuku Madura, yang merupakan salah satusuku dengan populasi terbesar di Indonesia. Saat ini, jumlah populasi suku Madura diperkirakan mencapai lebih dari12 juta[4] jiwa dan tersebar di berbagai daerah di seluruhIndonesia. Meskipun Madura menjadi tempat asalnya, banyak orang Madura juga tinggal di wilayah-wilayah sepertiSurabaya,Jakarta, danMakassar, serta daerah lainnya, menjadikan suku Madura sebagai salah satu kelompok etnis yang memiliki distribusi yang luas di Indonesia.
Suku Madura terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, namun dikenal pula sebagai masyarakat yang hemat, disiplin, dan pekerja keras. Peribahasa Madura "abhântal ombâ' asapo' angèn" (أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين) menggambarkan karakter ini, yang artinya lebih mengutamakan kerja keras dan penghematan dalam kehidupan sehari-hari.
Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, yang tercermin dalam falsafah mereka: "ango'an potè tolang etembheng pote mata" (أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ). Falsafah ini berarti "lebih baik mati daripada harus menanggung malu." Sifat harga diri yang sangat dihargai dalam masyarakat Madura sering kali melahirkan tradisicarok, yaitu sebuah tradisi yang berkaitan dengan penyelesaian masalah secara kekerasan sebagai bentuk pembelaan harga diri.
Dari sumber-sumber babad tanah Madura, dikisahkan bahwa pada zaman dahulu,pulau Madura hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi bagi para pengarung lautan. Puncak-puncak ini kini menjadi bukit-bukit, dan sebagian dataran yang hanya tampak saat air laut surut. Ketika laut pasang, dataran tersebut tenggelam dan tidak terlihat di permukaan. Beberapa puncak yang terlihat tersebut kini dikenal dengan namaGunung Geger di Kabupaten Bangkalan danGunung Pajudan di Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak dapat dipisahkan dari sejarah yang terjadi di tanah Jawa. Dalam cerita yang berkembang, diceritakan bahwa pada suatu masa di Pulau Jawa, berdiri sebuah kerajaan bernamaMedang Kamulan. Di dalam kerajaan ini terdapat sebuah keraton yang bernamaKeraton Giling Wesi, yang dipimpin olehRaja Sang Hyang Tunggal. Kerajaan Medang Kamulan ini terletak dimuara Sungai Brantas, dengan ibu kotanya yang bernamaWatan Mas.
Perjalanan sejarah Madura dimulai dengan pengangkatanArya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura padaabad ke-13. BerdasarkanKitab Naskah Ngarakertagama, terutama pada tembang 15, disebutkan bahwa pada waktu itu Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, yang menggambarkan bahwa padaabad ke-14, sekitar tahun 1365, orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara kedua wilayah tersebut dalam aspek budaya dan politik pada masa itu.
Pada sekitar tahun 900 hingga 1500, Pulau Madura berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa Timur, sepertiKediri,Singhasari, danMajapahit. Keberadaan kerajaan-kerajaan besar ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Madura, baik dalam hal pemerintahan, budaya, maupun sistem kepercayaan. Namun, setelah berakhirnya kejayaanMajapahit, pengaruh kerajaan Hindu tersebut mulai merosot, dan Madura beralih ke pengaruhkerajaan-kerajaan Islam yang mulai berkembang di pesisir utara Jawa.
Pada periode antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura sebagian besar bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam yang ada di pantai utara Jawa, sepertiDemak,Gresik, danSurabaya. Ini menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kerajaan Islam di Jawa dalam mengatur pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat Madura. Namun, pada tahun 1624, Madura akhirnya ditaklukkan olehMataram, yang saat itu berada di puncak kejayaannya. Penaklukan Madura oleh Mataram menandai dimulainya perubahan signifikan dalam sejarah pulau ini, dengan masuknya pengaruh kerajaan Islam yang lebih besar.
Pada paruh pertamaabad ke-18, Madura berada di bawah kekuasaankolonial Belanda. Sejak 1882, Madura menjadi bagian dari wilayah yang dikuasai olehPerusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), dan kemudian diperintah langsung oleh pemerintah Hindia Belanda. Dalam periode ini, kontrol Belanda semakin kuat, meskipun masyarakat Madura tetap mempertahankan identitas dan budaya mereka. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura resmi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur.
Sejarah juga mencatat bahwaArya Wiraraja adalah Adipati pertama di Madura yang diangkat olehRaja Kertanegara dariSingosari pada tanggal 31 Oktober 1269. PemerintahanArya Wiraraja berpusat diBatuputih,Sumenep, yang menjadikeraton pertama di Madura. PengangkatanArya Wiraraja sebagai Adipati Madura diyakini diiringi dengan upacara kebesaran yang diadopsi dari tradisi kerajaan Singasari. Batuputih, yang kini menjadi salah satu kecamatan di Sumenep, menyimpan banyak peninggalan sejarah, termasuk tarian rakyat sepertiTari Gambuh danTari Satria yang masih dilestarikan hingga kini.
KeratonBatuputih dan peninggalan lainnya menjadi bukti penting mengenai sejarah awal peradaban Madura dan pengaruh kerajaanSingasari di pulau ini.Tarian Gambuh danSatria yang berasal dari masa tersebut masih menjadi bagian dari warisan budaya Madura yang dihargai oleh masyarakat setempat. Melalui cerita sejarah yang berkembang, dapat dilihat betapa Madura bukan hanya memiliki hubungan erat dengan tanah Jawa, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan-kerajaan besar di Indonesia pada masa itu.
Geografi Pulau Madura menunjukkan kondisi yang cukup khas, dengantopografi yang relatif datar di bagian selatan, sementara bagian utara tidak menunjukkan perbedaan elevasi ketinggian yang mencolok. Pulau Madura lebih dominan dengan dataran tinggi, meskipun tidak memiliki gunung berapi. Tanahnya lebih banyak berupa lahan pertanian kering, yang membuat Madura menghadapi tantangan dalam hal kesuburan tanah. Komposisi tanah yang bervariasi dan curah hujan yang tidak merata, terutama di lereng-lereng yang lebih tinggi, berkontribusi pada ketidaksuburan tanah di beberapa bagian pulau. Sebaliknya, di lereng-lereng yang lebih rendah, tanah sering kali kekurangan kelembaban, yang menyebabkan Madura kurang memiliki tanah yang sangat subur.
Secarageologis, Madura merupakan kelanjutan dari bagian utara Pulau Jawa, terutama dari rangkaianpegunungan kapur yang terletak di sebelah utara Madura, sertalembah Solo di sebelah selatan.Bukit-bukit kapur yang ada di Madura lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat dibandingkan dengan bukit-bukit serupa yang ada di Pulau Jawa, dan letaknya lebih tersebar dan bergabung di beberapa titik. Kondisi geologis ini memberikan karakter tersendiri pada bentang alam Madura yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Luas keseluruhan Pulau Madura mencapai sekitar5.379 km², yang mencakup sekitar 11 persen dari luas daratan Provinsi Jawa Timur. Panjang daratan Pulau Madura membentang sekitar160 kilometer dari ujung barat diKamal hingga ujung timur diDungkek, sementara lebar maksimal pulau ini mencapai sekitar40 kilometer. Pulau Madura terbagi menjadi empat kabupaten, yakni KabupatenBangkalan dengan luas1.144,75 km² yang terbagi menjadi 8 kecamatan, KabupatenSampang dengan luas1.321,86 km² yang terbagi dalam 12 kecamatan, KabupatenPamekasan yang memiliki luas844,19 km² yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan KabupatenSumenep dengan luas wilayah1.857,530 km² yang terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan.[5]
Madura memiliki perekonomian yang didominasi oleh sektorpertanian,peternakan,perikanan,industri kecil, sertasumber daya alam yang melimpah. Meskipun tanah di Madura cenderung kurang subur dibandingkan daerah lain di Jawa Timur, masyarakatnya tetap mampu memanfaatkan lahan secara optimal dengan berbagai jenis tanaman dan usaha lainnya.
Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama bagi sebagian besar masyarakat Madura. Jenis tanaman budi daya yang dominan meliputi:
a.Jagung – sebagai bahan pangan utama di Madura, selainberas.
b.Padi – ditanam di beberapa daerah dengan pengairan yang cukup.
e.Cabe dansingkong – ditanam di berbagai lahan untuk konsumsi lokal dan perdagangan.
Selain tanaman tersebut,tembakau menjadi tanaman yang paling bernilai komersial. Tanah di Madura, terutama diPamekasan danSumenep, sangat cocok untuk budi dayatembakau dengan kualitas tinggi. Madura merupakan salah satu penghasil tembakau utama untukindustri kretek domestik.
Peternakan, terutamasapi Madura, menjadi bagian penting dalam ekonomi masyarakat. Selain untuk daging dan tenaga kerja di lahanpertanian,sapi juga memiliki peran dalam budaya lokal, sepertikarapan sapi yang menjadi tradisi tahunan. Peternakan sapi di Madura memiliki nilai ekonomi tinggi, baik untuk konsumsidomestik maupun perdagangan antarprovinsi.
Perikanan
Madura memiliki garis pantai yang panjang dan sektorperikanan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian, terutama di wilayah pesisir. Beberapa wilayah yang menjadi pusat perikanan meliputi:
a.Kabupaten Sumenep – penghasil ikan laut terbesar di Madura dan salah sat yang terbesar di Jawa Timur.[7]
b.Pelabuhan Kalianget – menjadi pusat perdagangan hasil laut, termasuk ekspor ikan dan hasil laut lainnya.
Bangkalan mengalamiindustrialisasi sejaktahun 1980-an karena lokasinya yang dekat denganSurabaya.
Jembatan Nasional Suramadu yang beroperasi sejakJuni 2009 mempercepat pertumbuhan ekonomi Madura, terutama di sektor perdagangan dan industri kecil.
Bangkalan danKamal berkembang sebagai daerah suburban bagi masyarakat yang bekerja diSurabaya, dengan banyaknya pabrik dan sektor jasa yang berkembang di wilayah tersebut.
a.Kabupaten Sumenep, terutama di wilayah perairan lepas pantai, memiliki sumurgas alam yang dieksplorasi oleh berbagai perusahaan energi nasional dan internasional
Eksplorasi sumber daya alam ini menjadi salah satu penyokong industri di Jawa Timur, khususnya dalam memasokgas untuk industri diSurabaya dan sekitarnya.
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Selain sektor utama seperti pertanian dan perikanan, Madura juga memiliki potensi dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Setiap kabupaten di Madura memiliki destinasi wisata unggulan yang mencerminkan kekayaan budaya dan keindahan alamnya:
Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga berkembang, terutama dalam industri kerajinan sepertibatik Madura yang terkenal dengan warna-warna cerah dan motif khasnya. Seni ukir khas Madura dan berbagai produk kuliner tradisional juga berkontribusi terhadap perekonomian lokal.
Transportasi Darat, ada cukup banyak pilihan yaitu Bus PO Akas, PO Harianto, PO Karina, PO Pahala Kencana, PO Gunung Harta , PO Sinar Jaya Dan lainnya, bus-bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Kalau dari surabaya (Terminal Purabaya Surabaya) bisa langsung naik bus PO AKAS jurusan Pulau Madura, bus ini melayani pemberangkatan selama 24 jam untuk rute Surabaya-Madura dan sebaliknya. Di masing-masing kota kabupaten bus ini biasanya akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang di terminal kota yang dilewati, pemberhentian bus paling terakhir yaitu di terminal Arya Wiraraja di Kota Sumenep.
Transportasi Laut, Kapal laut/kapal feri bisa dinikmati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Ada juga kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalahgolekan,leti leti,janggolan, danlis-alis.
Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu ikon wisata Madura adalah lombaKarapan Sapi. Setiap tahun Karapan Sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain lomba Karapan Sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Karapan Kerbau. Selain Karapan Sapi, yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten.
A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966
Bouvier, Hélène (1994)La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie). Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO.ISBN 2-85539-772-3.
Farjon, I.(1980)Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942 The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995).Across Madura Strait: the dynamics of an insular society. Leiden: KITLV Press.ISBN 90-6718-091-2.
Smith, Glenn (1995)Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation, Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
Smith, Glenn (2002)Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean).[1]Diarsipkan 2012-02-02 diWayback Machine.