Kecamatan Luwuk | |
---|---|
Dari atas, kiri ke kanan: Panorama Kota Luwuk Malam, Pesisir laut Luwuk, Kantor Bupati Banggai | |
Koordinat:0°56′69″S122°47′18″E / 0.95250°S 122.78833°E /-0.95250; 122.78833Coordinates: nilai detik lebih dari 60 {{#coordinates:}}: lintang salah | |
Negara | ![]() |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Kabupaten | Banggai |
Jumlah Satuan Pemerintahan | Daftar Desa: 2 Kelurahan: 8 |
Pemerintahan | |
• Camat | Irfan Milang |
• Sekretaris Camat | - |
Luas | |
• Total | 59,43 km2 (22,95 sq mi) |
Populasi (2021) | |
• Total | 33.470 |
• Kepadatan | 563/km2 (1,460/sq mi) |
Demografi | |
• Demonim | Torang Luwuk |
• Agama | [1] |
• Bahasa | Indonesia (resmi) |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | |
Kode area telepon | +62 461 |
Pelat kendaraan | DNxxxx C*/R* |
Kode Kemendagri | 72.01.04[2] |
Kode SNI 7657:2023 | LWK |
Situs web | luwuk |
Kecamatan Luwuk adalahibu kota Kabupaten Banggai yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dari Kabupaten Banggai. sebuahkecamatan diKabupaten Banggai, provinsiSulawesi Tengah,Indonesia. Luwuk berjarak 610 kilometer dari kotaPalu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Setelah pemekaran kecamatanLuwuk Utara,Luwuk Timur danLuwuk Selatan, kecamatan Luwuk memiliki wilayah seluas 72,82 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 170 mdpl. Berdasarkan data dariKementerian Dalam Negeri tahun2020, kota Luwuk memiliki jumlah penduduk sebanyak 35.074 jiwa.[4]
Secara etimologi, Luwuk dari asal kata Luwok, Huk, yang artinya "Teluk". Sebelum menjadi nama Kota Luwuk, wilayah ini merupakan pelabuhan masyarakat Keleke, Asam Jawa dan Soho serta Dongkalan. Dalam perjalanan Pemerintahan, Luwuk ditetapkan menjadi pusat pemerintahan olehHindia Belanda pada tahun 1906, ibu kota Afdeling Sulawesi Bagian Timur, kemudian tahun 1908 dipindahkan keBau-Bau, Luwuk menjadi pusat wilayahonderafdeling pada tahun 1924. Kampung pertama yang terbentuk di pesisir Luwuk (teluk), yaitu:
Masuknya pemerintahan Jepang tahun 1942, Luwuk menjadi kota pemerintahan Jepang dengan pemimpin bergelarBunken Kanrikan. Pada tahun 1943, Jepang memerintahkan raja Banggai terakhirSyukuran Aminuddin Amir untuk memindahkan ibu kota Kerajaan Banggai di Luwuk, dan dirinya diangkat sebagai pemimpin dengan pangkat Suco (raja) Banggai. Pada tahun 1952, pemerintah Indonesia menetapkan Luwuk sebagai ibu kota Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai, dan pada tanggal 4 Juli 1952 Kota Luwuk ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Banggai, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.[5]
Menurut laporan bertarikh 1682 dari Gubernur Belanda di Ternate yaitu Robert Padtbrugge[6] (1637-1703),Kerajaan Banggai terdiri dariPulau Banggai,Peling (atau Gapi),Labobo, ratusan pulau kecil, dan bagian tenggara Sulawesi yang dikenal sebagaiBalantak danMondona, jadi tidak termasuk Tanjung Pati-pati yang merupakan batas timur wilayahKerajaan Tojo, Tanjung Pati-pati yang sekarang terletak di wilayah Kecamatan Bualemo,Kabupaten Banggai. Dan dalam rentang waktu tahun 1905 sampai 1907 dibukalah Area Perkebunan baru dan membentuk KecamatanBunta, hal ini menjadi era kekuasaan baru bagi PemerintahanHindia Belanda dan akhir dari kekuasaanKerajaan Tojo di bagian paling ujung timur dari ProvinsiSulawesi Tengah.
Di tahun 1908 Belanda mendeklarasikan berdirinyaLandschap Banggai, yang bukan lagi WilayahKesultanan Ternate ataupunKerajaan Tojo,Landschap Banggai —yang sebelumnya merupakan bagian dariKesultanan Ternate ataupunKerajaan Tojo— mulai berhubungan langsung dengan pemerintah Hindia Belanda sejak tanggal 1 April 1908, dan pemerintahannya telah menjadi pemerintahan sendiri.Landschap Banggai yang ibukotanya di Luwuk, merupakan Bentuk Pemerintahan Belanda yang merupakan saingan dariKerajaan Banggai yang terletak diPulau Banggai.
MelaluiStaatsblad (Lembaran Negara) No. 367 Tahun 1907 yang mengatur penambahan salah satu pemerintahan mandiri di Ternate —termasuk Banggai— di Karesidenan Celebes en Onderhoorigheden, dan sebuah afdeling di Pantai Timur Sulawesi terbentuk dengan ibu kota Luwuk, yang terletak di bagian timur dari Sulawesi. Pada tahun 1911 (item No. 605), posisi ibu kota dialihkan keBaubau. MelaluiStaatsblad No. 365 Tahun 1924, beberapa landschap, termasuk Banggai, ditambahkan menjadi wilayah administratif Karesidenan Manado. Pada tahun yang sama,Afdeling Poso dibentuk danLandschap Banggai dibagi menjadi dua onderafdeling, sesuai dengan isiStaatsblad No. 366. Pada dekade 1930-an, melaluiStaatsblad No. 571 Tahun 1932, kedua onderafdeling tersebut digabungkan kembali ke Onderafdeling Banggai, dengan Luwuk sebagai ibu kota.[7]
Luwuk memiliki luas sebesar 59,00kilometer persegi. Lokasinya berada dilembah antara duapegunungan yaitu Pegunungan Paka dan Pegunungan Pongoti. Keadaan tanah di wilayah Luwuk bagian selatan terdiri atastanah liat yang berpasir dan kapur kerang. Sementara itu, di daerah pegunungan khususnya Keleke dan Mangkin Piala, jenis tanahnya adalah neoin. Tanah di daerah pegunungan dijadikan lahanperkebunan karenacurah hujan rata-rata berkisar antara 955 - 1.723mm per tahun. Arah hembusanangin di wilayah Luwuk memiliki ciri khas tertentu. Setiap bulanMaret hingga bulanMei, angin bertiup ke arah timur. Pada bulanJuni danJuli, angin bertiup ke arah barat. Angin bertiup ke arah selatan antara bulanAgustus hingga bulanOktober bertiup angin Selatan. Pada bulanNovember hinggaDesember, angin bertiup ke arah tenggara yang menyebabkanmusim kemarau.[8]
Luwuk berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
Utara | KecamatanLuwuk Utara |
Timur | Selat Peling |
Selatan | KecamatanLuwuk Selatan |
Barat | KecamatanPagimana |
Kecamatan Luwuk dibagi menjadi dua desa dan delapan kelurahan, antara lain:
Desa
Kelurahan
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rata-rata harian °C (°F) | 23.6 (74.5) | 23.7 (74.7) | 23.9 (75) | 23.4 (74.1) | 24.2 (75.6) | 23.8 (74.8) | 23.5 (74.3) | 23.5 (74.3) | 23.5 (74.3) | 24.1 (75.4) | 23.9 (75) | 23.8 (74.8) | 23.7 (74.7) |
Presipitasi mm (inci) | 107 (4.21) | 111.3 (4.382) | 156.9 (6.177) | 131.2 (5.165) | 143.9 (5.665) | 147.4 (5.803) | 150.9 (5.941) | 116.3 (4.579) | 56.9 (2.24) | 63.9 (2.516) | 93.2 (3.669) | 101.2 (3.984) | 1.380,1 (54,335) |
Rata-rata hari hujan atau bersalju | 21 | 18.2 | 16.9 | 14.1 | 15 | 14.6 | 12.2 | 11.3 | 9.7 | 10.7 | 13.9 | 19.3 | 176.9 |
%kelembapan | 84 | 83.7 | 83.5 | 84 | 83.5 | 82.9 | 80.3 | 77.9 | 76.8 | 78.9 | 81.8 | 83.7 | 81.8 |
Rata-rata sinar matahari harian | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 |
Sumber: Weatherbase[9] |
Suku asli kota Luwuk yakni sukuSaluan (Keleke-Soho, Mangkian Piala-Dongkalan, Nambo, Simpoung), sukuBalantak, dan sukuBanggai (meskipun Kota Banggai sudah berdiri, suku Banggai sudah banyak yang berdiam di Kota Luwuk) Kota ini masuk dalam wilayahKerajaan Banggai.
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan keagamaan. Masjid Pertama adalah Masjid Al Hikmah Soho (1920), dirintis oleh Toansi Pauh, Imam Talla, Lengkas, Djafili, Ustadz Ngadimin, kemudian Masjid Mutahidah Dongkalan (1930), yang dirintis oleh Habib Said Al Bakar, Habib Awad Al Bakar, H. Kailo Sinukun, H. Thalib, H. Kalia Makmur, H. Siradjuddin Datu Adam.dan lainnya. Gereja pertama adalah Gereja Bukit Zaitun (1943), perintisnya, Pandeta Tumbelaka, Mantiri. Sedangkan Pusat Pemerintahan berada di wilayah Soho (1906 s/d 1963), Luwuk.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat bahwa mayoritas penduduk Luwuk beragamaIslam yakni 77,52%. Kemudian pemeluk agamaKristen sebanyak 21,43%, dimanaProtestan 19,96% danKatolik 1,47%. Sebagian kecil lagi beragamaHindu 0,60%,Buddha 0,44% danKonghucu 0,01%.[4]
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan pendidikan di Banggai. Telah ada empat Universitas, yaituUniversitas Muhammadiyah Luwuk (Unismuh),Universitas Tompotika (Untika), Akademi Keperawatan Luwuk (Akper), dan Akademi Normal Luwuk (Amik). Lembaga-lembaga non-formal lainnya, adalah Gaja Madah Colege, Unhas Colege, Unstrat Coleg, LKP Widyagama dan Untad Coleg, serta Yayasan Pendidikan Insan Cita.
Kota Luwuk mempunyai sebuahbandara nasional yang berada di dalam kota, yaituBandara Syukuran Aminuddin Amir, terletak di Desa Bubung, KecamatanLuwuk Selatan.
Kota Luwuk juga mempunyai sebuahPelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Luwuk terletak di Kecamatan Luwuk, Kelurahan Karaton.
Transportasi darat di Luwuk meliputi transportasi tradisional dan modern.
Di kota Luwuk sedikitnya telah beroperasi 200 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.
Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kabupaten dalam maupun lintas provinsi.
Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.
Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan.
Wacana pembentukanKota Luwuk sebagai calon ibukota Provinsi Sulawesi Timur merupakan pemekaran dariKabupaten Banggai yang meliputi beberapa Kecamatan antara lain:
|url=
(bantuan)<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaDUKCAPIL
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)