Lembaga Alkitab Indonesia atauYayasan Lembaga Alkitab Indonesia (disingkatLAI) adalah sebuahlembaga yang mengusahakan alih bahasaAlkitabProtestan ke dalambahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, serta penyebarannya. Lembaga Alkitab Protestan di Indonesia adalah anggota dariUnited Bible Societies, sebuah organisasi yang menaungi ratusan Lembaga Alkitab nasional yang giat mengerjakan penerjemahan, produksi dan penyebaran Alkitab di seluruh dunia.
Lembaga lainnya yang mengusahakan terjemahan dalam bahasa-bahasa Indonesia adalahLembaga Biblika Indonesia, milikGereja Katolik Roma di Indonesia.
Sejak tahun 1970-an Lembaga Alkitab Indonesia maupun Lembaga Biblika Indonesia telah bekerja sama untuk menghasilkan satu versi yang sama dari Alkitab berbahasa Indonesia. LAI juga terus memperbarui terjemahannya agar menyesuaikan dengan perkembangan bahasa Indonesia. DariAlkitab Terjemahan Lama (TL),Alkitab Terjemahan Baru (TB), AlkitabBahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) atau yang sekarang disebut Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK), hingga yang terakhir Alkitab Terjemahan Baru Versi 2 (Perjanjian Baru yang resmi direvisi dan diterbitkan tahun 1997, sementara revisi teks Perjanjian Lama masih berjalan).
Jauh sebelum berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), pada tanggal 4 Juni1814 telah didirikan suatu Lembaga Alkitab diBatavia (sekarangJakarta) di bawah pimpinanGubernur Jenderal Hindia Belanda yang berasal dariBritania yaituStamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris dan dinamakanLembagaAlkitabJawa (Java Auxiliary Bible Society).
Ketika penjajahanBritania Raya diJawa digantikan pendudukanBelanda pada tahun1816, Lembaga Alkitab ini diganti namanya menjadiLembaga Alkitab Hindia Belanda (Nederlands Oost-Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal dengan sebutanLembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap).
Namun jauh sebelum itu, seorang pedagangVOC, yaituAlbert Cornelisz Ruyl yang atas biaya sendiri telah menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab (Injil Matiusdan Markus) ke dalambahasa Melayu pada tahun1612.[1]
Pada1950 bersamaan dengan diterimanyaRepublik Indonesia menjadi anggotaPerserikatan Bangsa Bangsa, beberapa tokohProtestan mulai memprakarsai berdirinya LAI. Sejalan dengan aspirasi kemerdekaan bangsa dan negara, timbullah keinginan untuk berdikari, bertanggungjawab penuh terhadap pengadaan serta penyebaran Alkitab.
Pada tanggal 9 Februari1954 Lembaga Alkitab Indonesia secara resmi didirikan denganAkta Notaris nomor 101. Sebelumnya, pada1952, LAI sudah diterima sebagai anggota madia (associate member) dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies) pada persidangannya diOotacamund,India dan diterima menjadi anggota penuh (full member) pada persidangan Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia diEastbourne, Inggris pada bulan April 1954.
Untuk pertama kali LAI diketuai oleh Dr.Todung Sutan Gunung Mulia, seorang tokohProtestan diIndonesia yang namanya diabadikan untukBPK Gunung Mulia. Kemudian, jabatan ketua itu berturut-turut digantikan olehG.P. Khouw, S.H., Ph. J. Sigar S.H., Pdt.W.J. Rumambi (mantan anggota Konstituante mewakiliParkindo), Pdt Chr. A. Kiting dan sejak tahun 1989 dipegang Drs. Supardan M.A (politisiPDI).[1]
Negara Indonesia selain memiliki satu bahasa nasional, bahasa Indonesia, juga memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. LAI juga menerjemahkan dalam bahasa-bahasa daerah. Hal ini juga berguna untuk melestarikan bahasa daerah. Beberapa bahasa yang besar telah memiliki Alkitab dalam bahasa mereka (sepertibahasa Jawa) yang juga diterbitkan oleh LAI. Saat ini sudah 133 daerah memiliki sebagian terjemahan Alkitab. Sedangkan yang sudah memiliki terjemahan lengkap Alkitab sebanyak 17 daerah. Dan prosesmenerjemahkan Alkitab dalam bahasa daerah ini juga suatu kerumitan tersendiri.[1] Salah satu organisasi yang berusaha menerjemahkan Alkitab ke bahasa-bahasa daerah Indonesia adalahWycliffe Bible Translators.
Menurut Daud Soesilo, berdasarkan laporan pada tanggal 11 Oktober 1993, LAI telah menyebarkan 400 juta unit Alkitab, Testamen, maupun bagian-bagiannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Indonesia. Dengan kata lain, setiap tahun LAI rata-rata telah menyebarkan 10 juta unit.[1]
LAI merupakan salah satu dari beberapalembaga Alkitab di dunia yang memiliki percetakan sendiri. Menurut Supardan, waktu itu Bung Karno melarang barang impor. Dengan begitu Alkitab yang selama itu didatangkan dari Belanda tidak dapat masuk ke Indonesia. Karena alasan politis juga Bung Karno memperbolehkan LAI untuk mendirikan percetakan sendiri. Maka berdirilah percetakan khusus untuk Alkitab diCiluar,Bogor, Jawa Barat.[1]
Menurut data dari LAI, sejak 1967 hingga 2013 mereka telah menerbitkan dan menyebarkan tidak kurang dari 465.914.261 eksemplar Alkitab (termasuk porsi Alkitab).[2][3]