Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Kerajaan Kadiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dariKerajaan Daha)
Artikel ini sudah memilikidaftar referensi, bacaan terkait, ataupranala luar, tetapisumbernya belum jelas karena belum menyertakankutipan pada kalimat. Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetailbila perlu. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri (Sejarah Nusantara). Lihat pulaKabupaten Kediri danKota Kediri. Untuk kegunaan lain, lihatKediri.

Kerajaan Kadiri
1042–1222

1292–1293

1042–1293
Peta wilayah Kerajaan Kadiri
Peta wilayah Kerajaan Kadiri
StatusKerajaan
Ibu kotaDaha
(1042-1222)
Bahasa yang umum digunakanJawa Kuno,Sanskerta
Agama
Hinduisme,Buddhisme,Animisme
PemerintahanMonarki
Maharaja/Sri 
• 1042-1051
Sri Samarawijaya
• 1051-1112
Sri Jitendrakara
• 1112-1135
Sri Bameswara
• 1135-1159
Jayabaya
• 1159-1169
Sri Sarweswara
• 1169-1180
Sri Aryeswara
• 1180-1182
Sri Gandra
• 1182-1194
Sri Kameswara
• 1194-1222
Kertajaya
• 1292-1293
Jayakatwang
Sejarah 
• Didirikan
1042
• Dibagi olehAirlangga dariMedang Kahuripan
1042
• Janggala ditaklukkanJayabaya
1135
• Kakawin Bhāratayuddha selesai ditulis
1157
• Runtuh olehPemberontakan Ken Arok
1222
1292
1293
Mata uangKoin emas dan campuran tembaga, perak dan timah
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Kahuripan
krjKerajaan
Tumapel
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info •Lihat •Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Bagian dariseri mengenai
SejarahIndonesia
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Kalingga 424–782
Tarumanagara 450–900
Kerajaan Melayu 671–1347
Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Bima 709–1621
Mataram Kuno 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1045
Kerajaan Janggala 1045–1136
Kerajaan Kadiri 1045–1221
Kerajaan Singasari 1222–1292
Majapahit 1293–1478
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Bone 1300–1905
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–sekarang
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888, sekarangBrunei
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kerajaan Balanipa 1511–sekarang
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–sekarang
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Jambi 1615–1904
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Palembang 1659–1823
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–sekarang
Kesultanan Yogyakarta 1755–sekarang
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Negara lainnya
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Kemerdekaan
Revolusi Nasional Indonesia 1945–1949
Masa Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Garis waktu
 Portal Indonesia

Kerajaan Kadiri atauKerajaan Kediri dikenal juga sebagaiPanjalu adalahkerajaanHindu-Buddha yang terdapat diJawaTimur, antara tahun10421222. Dan merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikanAirlangga.[1] Kerajaan ini diperintah olehWangsa Isyana dan berpusat diDahanapura, adalah nama sebuah kota kuno di masa lalu yang sekarang menjadi bagian dariKota Kediri. Sebelum pembagian kerajaan, Panjalu merupakan wilayah dariKerajaan Kahuripan.

Etimologi

[sunting |sunting sumber]
ArcaWisnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13

Sesungguhnya kotaDaha sudah ada sebelum peristiwa pembelahan kerajaan olehAirlangga. Daha merupakan singkatan dariDahanapura, yang berartikota api. Nama ini terdapat dalamprasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalamSerat Calon Arang, bahwa saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada diKahuripan, melainkan telah berpindah keDahanapura dan menyebut Airlangga sebagai raja Daha.[2]

... 15. Sigra datang pwa sirêng sagara Rupěk, mantas ta sira ngkana, Sang Yogîswara Mpu Baradah. Tan lingěn pwa sirêng (h)ěnu lampah Sang Mahamuni ambramaga. Sigra datang ta sirêng nagarêng Daha, panggih ta sirâtmajanira Sang Maharaja Erlanggya sědang tinangkil...

... 15. Segera tiba di Sagara Rupek, beliau menyeberang di sana, Sang Pendeta Baradah. Tidak diceritakan perjalanan Sang Pendeta di jalan sangat cepat jalannya. Beliau segera tiba di kerajaan Daha, bertemu dengan putranya Sang Maharaja Erlangga yang sedang dihadap...
— (Lontar Calon Arang).

Nama Panjalu

[sunting |sunting sumber]

Pada mulanya, nama Pañjalu pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalahPangjalu memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Panjalu, bahkan nama Panjalu juga dikenal sebagaiPu-chia-lung di dalamkronik Tiongkok dariDinasti Song yang berjudulLing-wai-tai-ta (Hanzi:嶺外代答;Pinyin:Lĭngwài Dàidā) tahun 1178 M. Sebuah kitabgeografi yang ditulis pada abad ke-12 M, oleh Chou Ch'u-fei (Pinyin:Zhōu Qùfēi) seorangbirokrat di kotaGuilin, provinsiGuanxi.[3]

Pangjalu berasal dari kataJalu yang memiliki arti Jantan atau Pria, unsur darimaskulinitas selanjutnya diberi kataPang yang adalah Pe, merupakan tambahan sehingga menjadi kalimatPe-jantan dalam konteks kewilayahan istilah pejantan tersebut bermakna wilayah yang subur serta berdikari atau mandiri. Istilah Kadhiri merupakansinonim atau persamaan kata dari Pangjalu yang bermakna kemandirian. Kasus tersebut mirip dengan namaMajapahit denganWilwatikta, dimana wilwa adalah buahmaja sedangkan tikta adalah pahit.

Nama Kadiri

[sunting |sunting sumber]

Nama Kadiri atau Kediri pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalahKadhiri juga berasal dari kata bahasaSansekerta,khadri, yang berartipacé ataumengkudu (Morinda citrifolia). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkanzat perwarna ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik, sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan. Nama yang serupa juga dikenal denganKadiri sebuah kota diAndhra Pradesh,India. Asal usul kata yang dipandang lebih tepat adalah diturunkan dan berasal dari kata "kāḍiri" (kadhiri) dalam bahasaJawa kuno yang berarti bisa berdiri sendiri, mandiri, berdiri tegak, berkepribadian, atau berswasembada.[4] Meninjau dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja Panjalu dapat dilihat frasa kalimat yang tertera dalamprasasti Ceker dari tahun 1107Saka (1185 M) yang menyebutkan:

"... śrī mahārāja mantuk śīma nira ring bhūmi kaḍiri ..."

Terjemahan inskripsi: (Sri Maharaja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri)

Dalamprasasti Kamulan yang berangka tahun 1116 Saka (1194 M) juga menyebutkan:

"... tatkāla ni n kentar sangke kaḍatwan ring katang-katang deni nkin malṛ yatik kaprabhun śrī mahārāja siniwi riŋ bhūmi kaḍiri ..."

Terjemahan inskripsi: (ketika meninggalkan istananya yang berada di Katang-katang sehingga tetap dapat menjalankan pemerintahan sebagai Sri Maharaja yang bertahta di Bhumi Kadiri)

Pada isi kalimat diprasasti Mula Malurung: (VII.a) yang diterbitkan olehKertanegara tahun (1255 M) sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnyaWisnuwardhana rajaSinghasari.

"... 4) sira śrī kṛtānagara nāma niran inabhiśeka. pinasaṅakěn ṅkāneŋ maṇikanaka siṅhāsana. riŋ nagara daha. sinewita niŋ bhūmi kaḍiri..."

Transkrip isiPrasasti Batur yang merupakan titah rajaHayam Wuruk dari masaMajapahit.

"2. [...] muŋ mpu kapat. śūra sapatnamarddhana. rakryan kanuruhan. mpu pakis. wairibala wirantaka. rakryan ma ri pu saṅkhya pranāśa. rakryan tumȇṅguŋ mpu nala. sāḍurakṣaṇana saḍunigramātatpara. makapuras sa jaṅgala kāḍiri. mpu mada. raṇa maddhyāryya nukula karaṇa. parasainya śirah kāpala gandopāna ma..."

Pada bait kalimatprasasti Carama berupa sebuah lempeng tembaga yang berada disimpan diMuseum Arkeologi Frankfurt Jerman, bertarikh 07 Juni 1015 M. Yang merupakan anugerah dari Sri Mahadewi yang bertakhta di Kadhiri.

"...1. //O// Śwasti saka warşatita, 937, karttika masa, tithi, dwādaśi 2. Kṛṣṇapaksa, wara, ma, pa, bu, wayang, wawakaraṇa, maghanaksatra pitr 3. Dewata, kumbharaśi, irika diwaśa budyah (pu dyah) ghara manusuk darmma 4. Tani manguri, panganugrahanira paduka, śri mahadewi, siniwi ring kaḍiri, 5. Sang tita tlas, ginawayakên, lawan sawah rong têmpah sa(F.H. van Naerssen, dlm Kartoadmodjo, S.1985:66) ..."

Toponimi penyebutan wilayah Kadiri untuk pertama kali ditemukan di dalamprasasti Harinjing B tahun 843 Saka (19 September 921 Masehi) yang dikeluarkan oleh rajaRakai Layang Dyah Tulodong darikerajaan Medang atauMataram Kuno.

"... i śrī mahārāja mijil angkȇn cetra ka tlu i sang pamgat asing juru i kaḍiri ikang ri wilang ..."

Terjemahan inskripsi: (kepada sri maharaja dikeluarkan setiap Bulan Caitra tanggal 3, kepada Sang Pemutus Perkara bernama asing petugas di Kadiri, yang dari Wilang)

Latar belakang

[sunting |sunting sumber]

Runtuhnya kerajaan Medang

[sunting |sunting sumber]

RajakedatuanMedang yang terakhir bernamaDharmawangsa Teguh saingan beratkedatuan Sriwijaya. Pada tahun 1016,Haji Wurawari seorang raja bawahan dari Lwaram sekitarCepu,Blora bersekutu dengan Sriwijaya untuk menyerang istana Wwatan sekarang sekitarMaospati, Magetan ibu kota dari kerajaan Medang, yang pada saat itu tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh denganAirlangga, raja Dharmawangsa Teguh sendiri tewas dalam serangan tersebut sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga berhasil lolos ditemani pembantunyaMpu Narotama.

Airlangga adalah putra dari pasanganMahendradatta saudari Dharmawangsa Teguh denganUdayana raja darikerajaan Bedahulu,Bali. ia lolos bersama dengan abdi setia nya yang bernamaMpu Narotama. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegununganVanagiri sekarangWonogiri, dan selanjutnya menuju Sendang Made,Kudu, Jombang.

Berdirinya Medang Kahuripan

[sunting |sunting sumber]

Pada saat pelarian dan dalam masa persembunyiannya dengan kalangan pertapa, setelah melewati tiga tahun hidup di dalam hutan pada tahun 1019,Airlangga didatangi utusan rakyat bersama dengansenopati yang masih setia untuk menyampaikan permintaan agar dirinya mendirikan dan membangkitkan kembali sisa-sisa kejayaan Medang. Atas dukungan para pendeta dari ketiga aliran yakniHindu,Buddha, danMahabrahmana ia kemudian membangun kembali sisa-sisa kerajaan Medang yang istananya telah hancur tersebut, yang lazim dikenal sekarang dengan kerajaanMedang Koripan atauMedang Kahuripan dengan ibu kota baru yang bernama Watan Mas.[5]

15. Kemudian dalam tahun penting yaitu 941 tahun saka , tanggal 13 paro terang , bulan magha , pada hari kamis, menghadaplah para abdi dan para Brahmana terpandang kepada raja di raja Erlangga , menunduk hormat di sertai harapan tulus. Mereka dengan penuh ketulusan mengajukan permohonan kepadanya: “perintahlah negara ini sampai batas-batas yang paling jauh ! ...”

(Prasasti Pucangan)

Ibu kota baru bernamaWatan Mas terletak di dekat sekitarGunung Penanggungan. Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Penanggungan dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan kerajaan Medang yang membebaskan diri setelah keruntuhannya. Baru setelahkedatuan Sriwijaya dikalahkanRajendra Coladewa, raja Colamandala darikerajaan Chola, wilayahCoromandel,India di tahun 1025, Airlangga baru bisa dengan leluasa membangun kembali dan menegakkan kekuasaanwangsa Isyana di tanahJawa.

Sejak tahun 1029, peperangan demi peperangan dijalani Airlangga. Satu demi satu kerajaan-kerajaan diJawa Timur dapat ditaklukkannya. Periode antara tahun 1029 sampai dengan tahun 1037 adalah periode penaklukkan yang dilakukan oleh Airlangga terhadap musuh-musuhnya baik yang berada wilayah barat, timur, maupun selatan. Berita padaprasasti Pucangan memberikan keterangan tentang penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh Airlangga atas musuh-musuhnya tersebut. Namun demikian diantara tahun-tahun tersebut bukan berarti istana Airlangga telah aman dari serangan musuh, keberhasilannya dalam penaklukkannya ternyata juga diselingi dengan kekalahan bahkan pelarian. Pada tahun 1031 (953 Saka) Airlangga kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat bagai raksasa. Raja wanita itu adalah Ratu Dyah Tulodong, yang merupakan salah satu raja kerajaan Lodoyong (sekarang wilayahTulungagung, Jawa Timur). Dyah Tulodong digambarkan sebagai ratu yang memiliki kekuatan luar biasa. Salah satu peristiwa sejarah penting adalah pertempuran antara bala tentara Airlangga yang berhasil dikalahkan oleh Dyah Tulodong. Pertempuran tersebut terjadi lantaran Dyah Tulodong berusaha membendung ekspansi Airlangga yang waktu itu sudah menguasai wilayah-wilayah di sekitar kerajaan Lodoyong. Bahkan di beberapa riwayat, diceritakan pasukan khusus yang dibawa Ratu Dyah Tulodong merupakan prajurit-prajurit wanita pilihan, pasukan ini bahkan berhasil memukul mundur pasukan Airlangga dari pusat kota kerajaannya "Watan Mas" di dekat Gunung Penanggungan hingga harus pergi ke PatakanSambeng, Lamongan.

Tetapi satu tahun kemudian di penghujung tahun 1032 (954 Saka), dari arah utara, pasukan Airlangga bergerak ke selatan menuju wilayah Lodoyong. Dyah Tulodong berhasil dikalahkan oleh Airlangga lewat pertempuran sengit. Tidak lama kemudian Raja Wurawari musuh bebuyutannya pun dapat dihancurkannya, sekaligus membalaskan dendam Airlangga danwangsa Isyana. RajaAirlangga juga berhasil mengalahkan raja Wijayawarmman, raja terakhir yang masih belum tunduk pada (bulan Kartika tahun 959 Saka atau 10 November 1037 Masehi).[6] Sejak saat itu wilayah kerajaan Airlangga mencakup hampir seluruhJawa Timur. Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga keJawa Tengah bahkan pengaruh kekuasaannya diakui sampai keBali.

Ibu Kota Kahuripan

[sunting |sunting sumber]

Tahun 1032, menurutprasasti Terep, Airlangga kemudian membangun ibu kota baru bernamaKahuripan yang berpusat di daerahKabupaten Sidoarjo sekarang.

Kedaton Madander

[sunting |sunting sumber]

Di tahun 1037, dikeluarkanprasasti Kusambyan memuat informasi mengenaikedaton Madander yang diperkirakan sebagai lokasi dari kedaton Airlangga yang terletak di sekitarKabupaten Jombang.

Ibu Kota Dahanapura

[sunting |sunting sumber]

Pada tahun 1042, berdasarkanprasasti Pamwatan danSerat Calon Arang, di akhir masa pemerintahannya, Airlangga kemudian memindahkan ibukotanya keDaha,Kota Kediri.

Berdirinya kerajaan

[sunting |sunting sumber]
Arca perwujudan Airlangga sebagaiDewa Wisnu mengendaraiGaruda. Koleksi MuseumTrowulan,Jawa Timur.

Pembagian kerajaan oleh Airlangga

[sunting |sunting sumber]

Di dalamkakawinDesyawarnana yang ditulis oleh seorangpujangga,Mpu Prapanca. Bekas pembesar urusanagama Buddha di istanaMajapahit, menyebutkan rajaAirlangga yang telah memerintah dariDaha, di wilayah Panjalu atau Kadiri dan juga turut serta meriwayatkan tentang peristiwa pembelahan kerajaan.[7]

... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...

... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...
— (Kakawin Nagarakretagama,Pupuh 68).

Menurutprasasti Turun Hyang (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalamprasasti Cane (1021 M) sampai denganprasasti Pasar Legi (1043 M) adalahSanggramawijaya Tunggadewi yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istanaKahuripan. Namun ia memilih untuk mengundurkan diri dan menjalani kehidupan suci sebagai pertapabiksuni atau pendeta wanitaBuddha, di dalam cerita rakyat ia kemudian dikenal bergelarDewi Kili Suci. Sedangkan dalamprasasti Pucangan (1041 M) memuat nama baru dan memunculkanSamarawijaya Tunggadewa sebagai putra mahkota ataurakryan mahamantri i hino dan diduga adalah putraAirlangga dan merupakan adik dari Sanggramawijaya Tunggadewi. Pada umumnya jabatan mahamantri i hino dijabat oleh putra sulung raja dan putra kedua akan menggantikan posisinya apabila pejabat tersebut meninggal, berselang tahun kemudian berdasarkan beritaprasasti Pamwatan (1042 M) danSerat Calon Arang, Airlangga telah memindahkan ibu kotanya dan mendirikan kotaDahanapura.[5]

MenurutSerat Calon Arang, Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari rajaBali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernamaMpu Bharada berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkanUdayana digantikan putra keduanya yang bernamaMarakata Pangkaja sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaituAnak Wungsu.

Sebelum turun takhta, pada akhir November 1042, atas saran penasihat kerajaan sekaligus gurunyaMpu Bharada,Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, bagian barat yaitu wilayah Panjalu beribukota diDaha diberikan kepadaSri Samarawijaya, kemudian wilayah bagian timur yaituJanggala beribukota diKahuripan diberikan kepadaMapanji Garasakan. Batas pemisah wilayah antara keduanya dibatasi oleh gunungKawi dansungai Brantas.

2. Ada pendeta Budamajana putus dalam tantra dan yoga, Diam di tengah kuburan Lemah Citra, jadi pelindung rakyat, Waktu ke Bali berjalan kaki, tenang menapak di air lautan, Hyang Mpu Barada nama beliau, paham tentang tiga zaman.

3. Girang beliau menyambut permintaan Erlangga membelah negara, Tapal batas negara ditandai air kendi, mancur dari langit, Dari barat ke timur sampai laut; sebelah utara, selatan, Yang tidak jauh, bagaikan dipisahkan oleh samudera besar.

(Nagarakertagama, Pupuh 68)

Prasasti Wurare yang dipahatkan di alas sandarArca Mahaksobhya pada masaSinghasari, menceritakan tentang dua wilayah baru yang telah terbagi yang dilakukan oleh pendeta Aryya Bharad.

5-6. Yang telah membagi dataran Jawa menjadi dua bagian dengan batas luar adalah lautan, oleh sarana kendi (kumbha) dan air sucinya dari langit (vajra). Air suci yang memiliki kekuatan putus bumi dan dihadiahkan bagi kedua pangeran, menghindari permusuhan dan perselisihan – oleh karena itu kuatlah Janggala sebagaimana Jayanya Panjalu (vishaya).

(Prasasti Wurare)

Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049. Menurut Serat Calon Arang ia kemudian bergelarResi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurutBabad Tanah Jawi ia bergelarResi Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalahprasasti Gandhakuti (1042 M) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalahResi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

Menurutprasasti Pasar Legi, baikAirlangga maupunSanggramawijaya masih aktif menjalankan pemerintahan, mengikuti penyebutan gelar kependetaan Airlangga yaituResi Aji yang juga berarti sebagai pendeta raja. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa Airlangga dan putrinya masih memegang kekuasaan tertinggi sekalipun hidupnya sudah terbagi dengan kegiatan non-duniawi.

Perkembangan kerajaan

[sunting |sunting sumber]
ArcaBuddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem,Jerman
Candi Penataran merupakan candi yang berumur empat abad karena dibangun dan dikembangkan oleh beberapa kerajaan sekaligus, mulai dari KerajaanKediri hinggaMajapahit
Wayang Kulit wayang panji brajanata―pangeran Kerajaan Kadiri

Di masa-masa awal kerajaan Kadiri setelah peristiwa pembelahan tidak banyak diketahui, masa pemerintahanSri Samarawijaya dianggap sebagai masa kegelapan karena belum ditemukan prasasti yang dikeluarkannya secara mandiri. Menurutprasasti Turun Hyang berangka tahun 1044 yang diterbitkan olehkerajaan Janggala, hanya memberitakan adanya indikasi terjadi perang saudara diantara kedua kerajaan sepeninggal rajaAirlangga. Sejarah dari kerajaan Kadiri mulai dapat diketahui dengan adanyaprasasti Mataji, dikeluarkan oleh seorang raja bernamaSri Jitendra Kara yang berkuasa antara (1051-1112).Prasasti Garaman dari pihak Janggala menyebutkan pada tahun 1053,Sri Mapanji Garasakan memberikan anugerah kepada desa Garaman atas bantuan ketika raja melawanHaji Panjalu musuh dan anak dari kakaknya sendiri, kemungkinan yang disebut sebagai Aji Panjalu saat itu adalah raja Jitendra Kara yang dalam prasasti Mataji juga menyebutkan kalimatHajyan Panjalu. Selanjutnya diketahui terdapat raja bernamaSri Bameswara berdasarkanprasasti Karanggayam tahun 1112, dalamprasasti Padlegan ia memperingati penetapan suatu daerah menjadi tanahsima sebagai anugerah dari raja Bameswara kepada para pejabat desa Padlegan, karena telah menunjukkan kesetiaannya kepada raja dengan mengorbankan jiwanya di medan pertempuran. Berikutnya dalamprasasti Hantang (1135 M) raja yang memerintah telah berganti kepadaSri Jayabhaya. Panjalu atau Kediri di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkanJenggala dengan semboyannya yang terkenal di dalam prasasti Ngantang, yaituPangjalu Jayati, yang berarti Kadiri Menang.

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya, kerajaan Kadiri mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruhJawa dan beberapa pulau diNusantara, bahkan hingga mengalahkan pengaruhSriwijaya diSumatera. Hal ini diperkuat dalam beritakronik Tiongkok yang berjudulLing-wai-tai-ta karya Chou Ku-fei[8] dijelaskan bahwa pada masa itu negeri paling kaya selainTiongkok secara berurutan adalahArab, Jawa dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di jazirah Arab adalahBani Abbasiyah, di Jawa ada Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai oleh Sriwijaya.

Menurutprasasti Talan yang memiliki angka tahun 1136 di sisi depan dan 1039 pada sisi belakangnya memuat anugerah dari rajaJayabaya kepada warga desa Talan termasuk wilayah Panumbangan yang sejak dahulu telah menyimpan prasasti ripta ataulontar dari masa leluhurnya yaituAirlangga. Raja Jayabaya kemudian meneguhkan kembali prasasti ripta tersebut ke sebuah linggopala atau batu dengan memberi cap kerajaan bersimbolGaruda Mukha, serta menambahkan anugerah lain kepada warga Talan karena telah berbakti kepada raja Airlangga yang memakai Garuda Mukha sebagai cap dari masa pemerintahannya. RajaJayabaya sendiri mengklaim bahwa rajaAirlangga adalah nenek moyangnya.

Di dalamprasasti Jaring dari masa pemerintahanSri Gandra untuk pertama kalinya memuat nama-nama hewan yang dipakai sebagai nama depan para pejabat kerajaan,[9] misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra, Kebo Waruga, Kebo Salawak, Tikus Jinada, Macan Kuning, Gajah Kuning, Macan Putih dan sebagainya. Nama kepangkatanmenjangan,lembu,kebo,macan,gajah,tikus bisa menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana. Nama-nama binatang untuk kepangkatan istana juga masih terus berlanjut di masa kerajaanSinghasari danMajapahit setelah Kadiri runtuh. Penamaan diri dengan binatang pada masaJawa Kuno karena hewan tertentu dihargai dan dianggap memiliki peran penting dalam kebudayaan masyarakat pendukungnya sehingga mempunyai tempat istimewa di hati penggunanya, dan merupakan salah satu bentuk perwujudan apresiasi budaya masyarakat Jawa Kuno akan alam sekitar.

Adapun isi prasasti Jaring berupa pengabulan permohonan penduduk desa Jaring oleh Sri Gandra melaluiSenapati Sarwwajala yang dapat disamakan denganlaksamana ataupanglimaangkatan laut. Adanya penyebutan jabatan itu, maka besar kemungkinan kerajaan Kediri telah mempunyai angkatan laut yang kuat dan menunjukkan kemajuan Kediri dalam bidangmaritim. Sehingga dapat diketahui bahwa pada masa raja Sri Gandra, pejabat kemiliteran mengalami perluasan peran tidak hanya sebatas menangani urusan perang atau kemiliteran, tetapi juga urusan sipil masyarakat.

Perkembangan agama

[sunting |sunting sumber]

Corak keagamaan pada masa Kadiri dapat dilihat dari tinggalanarkeologis yang ditemukan di daerahKediri.Candi Gurah danCandi Tondowongso menunjukkan latar belakang agamaHindu khususnyaSiwa berdasarkan dari berbagai arcanya yang ditemukan.Candi Kepung Petirtaan yang dilihat adalah bersifat Hindu karena tidak terlihat adanya unsurBuddha pada struktur arsitekturnya, sedangkan disitus Adan-adan terdapat penemuan antara lain arcaDhyanibuddha Amitabha, fragmen lapik arca, dan kepala arcaBodhisatwa. Temuan tersebut menandakan bahwa peninggalan situs Adan-adan ini termasuk peninggalan Buddha aliranMahayana.

Beberapa prasasti menyebutkan namaabhiseka atau nama gelar penobatan dari raja yang merupakan serapan dan berhubungan denganWisnu dalam kaitannya dengan konsep triwikrama misalnya(mahārāja šri Sarwweswara Triwikramāwatāraānindita). Triwikrama adalah nama lain dariWamana. Wamana adalahawatara Mahawisnu kelima, yang telah menghitung tiga dunia dengan tiga langkahnya. Hanya saja hal ini tidak secara langsung membuktikan bahwaWisnuisme yang berkembang masa itu. Sebab landasanfilosofis yang dikenal diPulau Jawa ialah, semua raja dipandang sebagai titisanDewa Wisnu dalam mengurus rakyat dan dunia atau kerajaannya. Dalam sistem sosial kerajaan di masa tersebut terjadi hubungan dimana seorang raja dianggap merupakan titisan dewa yang merupakan konsepdewaraja yang membuat seorang raja memiliki kedudukan istimewa, raja dianggap sebagai pusat daya magis, yang merefleksikan daya magisnya pada alam sekitarnya sesuai dengan pandangankosmologis masyarakat Jawa pada saat itu. Oleh karena itu, raja dianggap mempunyai pengaruh untuk memproteksi warganya agar tercapai suatu kesejahteraan.

Pengaruh dalam budaya

[sunting |sunting sumber]

Pada masa pemerintahanSri Kameswara seorang pujangga bernamaMpu Dharmaja menciptakan mahakaryaKakawin Smaradahana (Asmaradahana) yang didedikasikan untuk Sri Kameswara dan permaisurinya Sri Kirana Ratu, putri darikerajaan Janggala. Kakawin Smaradahana juga mengisahkan terbakarnya dewaKamajaya dan dewiRatih, menjelang kelahiranGanesha. Pasangan dewa-dewi tersebut kemudian menitis dalam diri Sri Kameswara dan permaisurinya yang bernama Sri Kirana, dan dianggap merupakan inspirasi awal yang memunculkancerita Panji, kisah cinta yang terinspirasi dari raja Kameswara dengan Sri Kirana. cerita Panji terfokus pada peyualangan romantika tokoh Panji dalam menemukan kekasih hatinya yaitu Candra Kirana.

Cerita Panji mengalami perkembangan pesat dan tersebar luas pada zamanMajapahit. Cerita Panji menggambarkan kisah percintaan dan peperangan dari dua kerajaan, yaituJenggala dan Panjalu.Cerita Panji dengan tokoh sentral Inu Kertapati dan Galuh Chandrakirana memiliki banyak versi dan tersebar hingga ke wilayahAsia Tenggara. SelainJawa,Bali,Kalimantan, danSumatera, kisah Panji juga menyebar hingga keThailand,Kamboja,Laos,Filipina,Malaysia,Vietnam danMyanmar.[10] Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, sepertiInao/อิเหนา (Siam),Inav/Eynao (Khmer), atauE-naung (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalambahasa Makassar, yang disebutHikayat Cekele (Bahasa Melayu:Cekel).[11]

Prasasti Dieng VIII bentuk aksara kuadrat yang terpahat di dinding tebing diDataran Tinggi Dieng

Pada era Panjalu atau sering disebut dengan Kadiri, penanggalan dalam prasasti terbilang lengkap. Menurutde Casparis , prasasti masa Kadiri umumnya mempunyai 14 hingga 15 unsur dalam penanggalan, berupa tahun (warsa), bulan (masa), paksa, tithi, minggu, planet, naksatra, dewata, yoga, wuku, karana, mandala, parwesa, rasi. Unsur-unsur penanggalan tersebut menunjukkan kemajuan pengetahuan leluhur terkait ilmu astronomi tradisional. Pengetahuan akan waktu ditandai juga dengan bintang, planet, rasi dan elemen langit lainnya.

Pada masa Kediri dikenali memiliki gaya penulisan aksaranya yang disebut dengan huruf"Kadiri Kwadrat" (Kadiri Block Letter) atau aksara kuadrat yaituaksara Kawi yang ditulis besar dan tebal serta memiliki ciri khas penulisannya tersendiri yang menonjol dan umumnya menyerupai bidang persegi empat ataubujursangkar dengan gaya timbul. Karena bentuknya yang persegi empat ini maka dinamakan dengan aksara kwadrat, adalah merupakan huruf spesifik yang hanya berasal dari "Masa Kadiri" dan tidak terdapat pada masa-masa Jawa Kuno lainnya. Hurufnya yang ditonjolkan keluar, mirip pahatanrelief. dan berhias ornamentasiflora dan lainnya. Menjadikan aksara Kadiri kwadrat selain indah juga menunjukkan identitas budaya dari masa kerajaan Kediri. Pada masa kejayaan kerajaan Kadiri, aksara kwadrat juga berfungsi menunjukkan pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya. Persebaran aksara Kadiri kwadrat meliputi WilayahJawa Timur,Jawa Tengah (tebing batu di Dataran Tinggi Dieng),Bali bahkan juga diketemukan diCandi Muaro Jambi diSumatera.

Hubungan dengan Bali

[sunting |sunting sumber]

Sejak pernikahan antaraDharma Udayana Warmadewa denganMahendradatta yang kemudian melahirkanAirlangga terlihat juga perkawinan peradaban antara kebudayaanJawa Timur danBali, terjadi penguatan-penguatan peradaban dan menghasilkan beberapa perubahan yang mengarah terjadinya integrasi budayaHindu Jawa di Bali. sekaligus tercapainya puncak kebudayaan Jawa-Bali Hindu di Bali terutama pada masa kekuasaan Raja Udayana ini Tampak terjadi penguatan penggunaanBahasa Jawa Kuno yang di Bali disebut sebagai Bahasa Kawi yang tampaknya sejak saat itu semakin sering dipergunakan sebagaimana dapat dilihat dari aspek sosial budaya, hukum, pertahanan, ekonomi dan politik.

Di Pulau Bali, terdapat adanya unsur kata "Jaya" yang digunakan pada keempat gelar rajaBali Kuno. Adanya unsur yang sama tersebut rupanya bukan semata-mata bersifat kebetulan tetapi juga menunjukkan adanya hubungan kekerabatan di antara mereka. Kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara mereka diperkuat oleh keterangan dalamKakawin Bhāratayuddha. Dalam kitab itu, dikatakan bahwaSri Jayabhaya dariKadiri sempat meluaskan kekuasaannya keNusantara bagian timur dan tidak ada pulau yang sanggup mempertahankan diri dari kekuasaan Jayabhaya.[12]

Empat orang raja yang menggunakan unsur Jaya dalam gelarnya, yaituŚri Maharaja Śri Jayaśakti tahun 1055-1072 Saka (1133-1150 M), setelah Jayasakti yang memerintah adalahŚri Maharaja Śri Ragajaya tahun 1077 Saka (1155 M). Ragajaya kemudian digantikan oleh RajaŚri Maharaja Jayapangus tahun 1099-1103 Saka (1178-1181 M). Dan lalu Śri Maharaja Ekajayalancana beserta ibunya yaituSri Arjaryya Dengjaya Ketana yang mengeluarkan prasastinya pada tahun 1122 Saka (1200 M).[13]

Hubungan kekeluargaan di antara mereka tidak diketahui secara pasti. Walaupun demikian, berdasarkan kelaziman dalam sistem pergantian kepala negara suatu kerajaan tradisional serta digunakannya unsur jaya dalam gelar masing-masing raja itu maka kemungkinan besar hubungan antara raja yang satu dan penggantinya merupakan hubungan ayah dengan anaknya. Jika tidak demikian, paling tidak mereka dipertalikan oleh hubungan kekeluargaan yang sangat dekat. Masa pemerintahan keempat raja itu hampir sezaman dengan masa pemerintahan raja-rajaJayabhaya (1135-1159 M),Sri Sarweswara (1159-1169 M),Sri Aryeswara (1169-1180 M), Kroncaryadhipa atauSri Gandra (1180-1182 M),Kameswara (1182-1194 M), danKertajaya atau Srengga (1194-1222 M) di kerajaan Kadiri diJawa Timur.[14]

Ekonomi

[sunting |sunting sumber]

Perekonomian kerajaan Kediri sangat bergantung pada perdagangan luar negerinya. Ekspor Jawa antara lain adalahgading,cula badak,mutiara,kayu wangi sepertikayu cendana,adas,cengkih,pala, sejenis belati yang disebutkeris,belerang,kesumba,nuri putih, benang sulam,kapas, kain kepar, dan lain-lain, diproduksi di daerah-daerah yang menjadi vasal Kediri, seperti cengkih diMaluku dan kayu cendana di PulauTimor. Lada adalah target utama kapal dagang Cina. Di sisi lain, impor dariTiongkok termasuk piring emas dan perak, pernis,seladon dan perlengkapan porselen putih, dan bahan kimia sepertisinabar,tawas, danarsensulfida yang digunakan dalam produksi pencelupan dan kerajinan tangan. Selain itu, meskipun memiliki mata uangnya sendiri, sejumlah besar koin dariDinasti Song dibawa masuk ke negara tersebut, yang menyebabkan berkembangnya ekonomi moneter di Kediri.[15]

ArcaDwarapala (penjaga gerbang) Totok Kerot, Kediri
Arca Ganesha dan pecahan candi diKaresidenan Kediri tahun 1866-1867
Situs Tondowongso diKediri tahun 2007

Menurut sumber berita dari Tiongkok, pekerjaan utama orang Panjalu berkisar pada pertanian (bercocok tanam padi), peternakan (sapi, babi hutan, unggas), dan perdaganganrempah-rempah.Daha, ibu kota Kerajaan Panjalu, terletak di pedalaman, dekat lembahsungai Brantas yang subur. Dari masa pemerintahan kerajaan sebelumnyaKahuripan, Panjalu mewarisi sistem irigasi, termasuk bendunganWaringin Sapta. Perekonomian Panjalu sebagiandimonetisasi, dengan koin emas dan perak yang dikeluarkan oleh istana. Pada periode-periode selanjutnya, perekonomian Kadiri tumbuh dengan lebih bertumpu pada perdagangan, khususnya perdagangan rempah-rempah. Hal ini dihasilkan dari pengembanganangkatan laut Kediri, memberi mereka kesempatan untuk mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah ke pulau-pulau timur. Panjalu mengumpulkan rempah-rempah darianak sungai diKalimantan bagian selatan dan KepulauanMaluku. OrangIndia danAsia Tenggara kemudian mengangkutrempah-rempah ke pasarMediterania danTiongkok melalui Rute Rempah-rempah yang menghubungkan rantai pelabuhan dariSamudra Hindia ke Cina selatan.

Pertanian, peternakan, dan perdagangan berkembang pesat dan mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Dia melaporkan bahwa peternakan ulatsutera untuk memproduksi pakaian sutra dan katun telah diadopsi oleh orang Jawa pada waktu itu. Tidak ada hukuman fisik (penjara atau penyiksaan) bagi para penjahat. Sebaliknya, orang yang melakukan perbuatan melawan hukum terpaksa membayar denda berupa emas, kecuali pencuri dan perampok yang dieksekusi mati. Dalam adat perkawinan, keluarga mempelai wanita menerima mas kawin berupa emas dari mempelai pria. Alih-alih mengembangkan pengobatan medis, masyarakat Panjalu mengandalkan doa kepadadewa danBuddha. Pada bulan ke-5 tahun ini, festival air dirayakan dengan orang-orang yang bepergian dengan perahu di sepanjang sungai untuk merayakannya. Pada bulan ke-10, festival lain diadakan di pegunungan. Orang-orang akan berkumpul di sana untuk bersenang-senang dan memainkan berbagai musik dengan instrumen sepertiseruling,gendang, dan gambang kayu (bentukgamelan kuno).

Hubungan dengan kekuatan regional

[sunting |sunting sumber]
Sriwijaya danPanjalu/Kediri sekitar abad ke 12 hingga awal abad ke-13

Kerajaan Kadiri yang berkuasa diJawa bersama dengan kedatuanSriwijaya yang berbasis diSumatera sepanjang abad ke 12 hingga ke-13, tampaknya telah mempertahankan hubungan perdagangan denganTiongkok dan sampai batas tertentu denganIndia. Catatan Cina mengidentifikasi kerajaan ini sebagaiTsao-wa atauChao-wa (Jawa), sejumlah catatan dari Tiongkok menandakan bahwa penjelajah dan pedagang Cina sering mengunjungi kerajaan ini. Hubungan dengan India adalah hubungan budaya, karena sejumlah Rakawi yaitu penyair atau sarjana Jawa menulis literatur yang diilhami oleh mitologi, kepercayaan, dan eposHindu sepertiMahabharata danRamayana.Pada abad ke-11, hegemoni Sriwijaya di kepulauanNusantara mulai menurun, ditandai dengan invasiRajendra Chola darikerajaan Chola keSemenanjung Malaya dan Sumatera. Melemahnya hegemoni Sriwijaya telah memungkinkan terbentuknya kerajaan-kerajaanregional seperti Panjalu, yang berbasis pertanian intensif selain daripada pesisir dan perdagangan. Belakangan kerajaan Kadiri juga berhasil menguasai jalur perdagangan rempah-rempah keMaluku.[16]

Menurut berita Cina, dan kitab Ling-wai-tai-ta diterangkan bahwa;dalam kehidupan sehari-hari orang-orang memakai kain sampai di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka bersih dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan hijau. Raja mengenakan pakaian sutra, sepatu kulit dan perhiasan emas berukir. Rambutnya disanggul tinggi-tinggi di atas kepala dan memakai lonceng emas. Setiap hari, dia akan menerima pejabat negara, dan menjalankan kerajaannya, di atas takhta persegi. Setelah pertemuan, pejabat negara akan membungkuk tiga kali kepada raja. Jika raja bepergian ke luar istana, raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai 700 tentara bersenjata dan pejabat, sementara rakyatnya, orang-orang Panjalu, bersujud saat raja lewat dan baru berdiri setelahnya.

Tiga pangeran ditunjuk sebagai asisten raja. Ada pejabat bergelar simajie (sāmya haji) dan luojielian (rakryan). Mereka mengelola urusan negara bersama-sama seperti menteri utama di pusat, tetapi tidak memiliki gaji tetap, dihadiahi hasil bumi asli dan barang-barang lainnya. Di bawah mereka ada tiga ratus atau lebih juru tulis yang didelegasikan administrasi kota, perbendaharaan negara, lumbung, dan tentara. Para komandan militer dibayar dua puluh tael emas setahun. Tentara memiliki 30.000 tentara yang juga dibayar dengan jumlah emas yang bervariasi setiap tahun. Adat di negeri ini adalah melangsungkan akad nikah tanpa menggunakan mak comblang. Pihak keluarga laki-laki cukup memberikan hadiah berupa emas kepada keluarga pihak perempuan untuk dinikahkan. Mereka tidak menetapkan hukuman untuk sebagian besar kejahatan. Pihak yang bersalah hanya menebus dirinya dengan membayar denda dalam bentuk emas yang besarnya tergantung dari keseriusan kejahatannya. Hanya perampokan yang dihukum mati.

Ada banyak monyet di pegunungan, dan mereka tidak takut pada manusia. Saat orang memanggil mereka dengan suara "xiao, xiao" (yaitu, bersiul), mereka langsung keluar. Saat buah-buahan dilemparkan ke mereka, monyet terbesar keluar lebih dulu. Penduduk setempat menyebutnya Raja Kera. Setelah selesai makan, monyet lainnya memakan apa yang ditinggalkannya. Di negeri ini terdapat kebun bambu tempat diadakannya sabung ayam dan adu babi hutan. Rumah mereka megah dan dihiasi dengan emas dan batu giok. Pedagang yang berkunjung ditempatkan di wisma tamu. Makanan mereka kaya dan memperhatikan kebersihan. Penduduk setempat membuat rambut mereka terurai dan tidak terikat; pakaian mereka dililitkan di dada dan sampai ke lutut. Saat sakit, mereka tidak minum obat tetapi hanya berdoa kepada dewa dan Buddha. Orang-orang telah memberikan nama tetapi bukan nama keluarga (marga). Mereka terburu nafsu dan suka berperang dan memiliki permusuhan jangka panjang dengan Sanfoqi (Sriwijaya); kedua negara sering saling menyerang.[17]

Arca Ganeśa,Jawa Timur,Kediri, abad ke-11 M, batu vulkanik, 58 x 32 cm. Terletak diMuseum für Indische Kunst,Berlin-Dahlem.

Masih menurutChou Ku-fei bahwa kerajaan Panjalu kekuasaannya sangat luas dan kaya raya, menurutnya di dunia saat itu ada tiga kerajaan kaya yaitukekhalifahan Abbasiyah yang berkuasa di Arab, kerajaanPanjalu yang menguasai bagian timur Nusantara danSriwijaya yang menguasai bagian barat Nusantara.[18]

Chou Ju-kua (Pinyin:Zhào Rǔguò; 1170-1231) seorang pegawai resmiDinasti Song menuliskan dalam bukunyaZhu-fan-zhi (Hanzi:諸蕃志;Wade–Giles:Chu-fan-chi) menggambarkan bahwa, di kepulauanAsia Tenggara ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Panjalu). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama,Buddha dan agama Brahmana (Hindu). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, mereka berani untuk melawan. Waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan favoritnya adalahsabung ayam dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campurantembaga,perak dantimah.

Dalam kitab Chu-fan-chi menyebut bahwa maharaja Jawa mempunyai wilayah jajahan: Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, sekarangMalang), Hi-ning (Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarangSurabaya), Tung- ki (Jenggi,Papua Barat), Tak-kang (Sumba), Huang-ma-chu (Papua Barat Daya), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun, diidentifikasi sebagai Gorong atauSorong di Papua Barat atau sebuah pulau diNusa Tenggara[butuh rujukan]), Tan-jung-wu-lo (Tanjungpura di Kalimantan), Ti-wu (Timor), Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan Wu-nu-ku (Maluku).[19][20][21][22][23]

Mengenai Sriwijaya, Chou-Ju-kua melaporkan bahwa Kien-pi (Kampe, di Sumatera bagian utara) dengan pemberontakan bersenjatanya telah membebaskan diri dari pengaruh Sriwijaya, dan menobatkan raja mereka sendiri. Nasib yang sama menimpa beberapa koloni Sriwijaya di Semenanjung Malaya yang membebaskan diri dari dominasi Sriwijaya. Namun Sriwijaya masih negara terkuat dan terkaya di bagian barat Nusantara. Koloni Sriwijaya adalah: Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan (Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing (Jelutong), Ts'ien-mai (?), Pa-t'a (Paka), Tan-ma -ling (Tambralinga, Ligor atauNakhon Si Thammarat), Kia-lo-hi (Grahi, bagian utara Semenanjung Malaya), Pa-lin-fong (Palembang ), Sin-t'o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri diAceh), dan Si-lan. Menurut sumber ini, pada awal abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Jawa bagian barat (Sunda). Mengenai Sunda, buku tersebut merinci bahwa pelabuhan Sunda (Sunda Kelapa) sangat bagus dan letaknya strategis, sertalada hitam dari Sunda termasuk yang kualitasnya terbaik. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian; rumah mereka dibangun di atas tiang kayu (rumah panggung). Namun negara itu penuh dengan perampok dan pencuri.

Keruntuhan

[sunting |sunting sumber]

Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan PrabuKertajaya dan turut dikisahkan dalamkitab Pararaton jugaNagarakretagama.

Artikel utama:Pemberontakan Ken Arok

Pada tahun1222, rajaSrengga atau Kertajaya sedang berselisih dengan kaumbrahmana dan parapendeta, penyebabnya karena ia sang raja berkeinginan untuk disembah selayaknyaDewa. Dalam kondisi terpojok kaum agamawan yang menolak dan tak menyetujuinya tersebut lalu kemudian pergi meninggalkan ibu kota kerajaanDahanapura untuk meminta perlindungan kepada seorangakuwu diTumapel (sekitarMalang sekarang) yang bernamaKen Angrok. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita ingin memerdekakan wilayah Tumapel yang merupakan daerah bawahan dari Kadiri.

Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat DesaGanter, di wilayah timur Kadiri di mana "medan perang/palaganGanter" terjadi. Tatkala pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kadiri. Raja Kertajaya sendiri disebutkan melarikan diri dengan bersembunyi naik menuju kahyangan.

KitabNagarakretagama juga mengisahkan secara singkat berita kekalahan raja Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi dalamdewalaya (alam tempat dewa). Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan tempat pelarian Kertajaya adalah alam dewata. Kemungkinan yang dimaksud adalah Kertajaya bersembunyi di dalam sebuah candi pemujaan, atau Kertajaya dianggap meninggal telah tewas dan pergi ke alam para dewa.

Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atauSinghasari. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkatJayasabha, putraKertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 (1180 Saka) Jayasabha digantikan putranya yang bernamaSastrajaya. Pada tahun 1271 (1193 Saka) Sastrajaya digantikan putranya, yaituJayakatwang.

... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera, Jayasabha berganti jadi raja. Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri. Tahun tiga sembilan Siwa Raja (1193) Jayakatwang raja terakhir...
— (Kakawin Nagarakretagama,Pupuh 44).

Artikel utama:Pemberontakan Jayakatwang
Informasi lebih lanjut:Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa

Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari rajaKertanegara yaituJayakatwang memberontak terhadapSinghasari, karena dendam masa lalu dimanaleluhurnyaKertajaya dikalahkan olehKen Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanagara, Jayakatwang membangun kembali kerajaan leluhurnya, yakniKadiri. Namun hanya bertahan selama satu tahun (1292-1293) selanjutnya Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kadiri benar-benar berakhir runtuh akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan gabungan dariKekaisaran Mongol dibawah komandoIke Mese dan pasukan menantu Kertanagara,Raden Wijaya pendiri dariMajapahit.

Daftar penguasa

[sunting |sunting sumber]

Raja-raja Pangjalu di Bhumi Kadhiri

Masa pemerintahanNama pribadiNama abhisekaPrasasti dan berita
Airlangga saat berkedudukan di Daha, Panjalu.
1042AirlaṅgadevaŚrī Mahārāja Rakai Halu Śrī Lokeśwara Dharmmawaṅsa Airlaṅganāntawikramottuṅgadewa
(Sri Lokeswara)
Disebutkan dalam prasastiPamwatan (1042),Kakawin Nagarakretagama (1365) danLontarCalon Arang.
Pembagian wilayah kerajaan.
1042-1051SamarawijayaRakryān Mahāmantri I Hino Śrī Samarawijaya Dhārmmasuparṇawāhana Têguh Uttuṅgadewa
(Sri Samarawijaya)
Disebutkan di prasastiPucangan (1041),Pandan (1042),Pamwatan (1042),Simanglayang (1046). BergelarMahamantri i Hino diduga adalah raja pertama Panjalu setelah pembagian wilayah kerajaan olehAirlangga kepada kedua putranya.
1051-1112Śrī Mahārājyitêndrakara Pāladewa Wuryyawīryya Parākrama Bhakta
(Sri Jitendrakara)
Disebutkan dalam prasastiMataji (1051).
1112-1135Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Bāmeśwara Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇa Sarwwāniwāryyawīryya Parākrama Digjayottunggadewanāma
(Sri Bameswara)
prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112),prasasti Padlegan (1117),prasasti Panumbangan (1120),prasasti Geneng (1128),prasasti Candi Tuban (1129),prasasti Tangkilan (1130),prasasti Sukorejo (1131),prasasti Besole (1132),prasasti Pagiliran (1134),prasasti Karangrejo (1134),prasasti Bameswara (1135).
1135-1159JayabhayaŚrī Mahārāja Sang Mapañji Jayabhaya Śrī Warmmeśwara Madhusudanāwatārānindita Suhṛtsingha Parākrama Digjayottunggadewanāma
(Sri Warmmeswara)
Disebutkan dalamKakawin Bhāratayuddha, prasastiHantang (1135),Talan (1136) danJepun (1144).Janggala ditaklukkan dan kembali bersatu dengan Panjalu.
1159-1169Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Sarweśwara Janardanawatāra Wijayā Agrajaśāmā Śiṇghadāṇi Wāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma
(Sri Sarweswara)
Disebutkan dalam prasastiPadlegan II (1159),Kahyunan (1161) danPrasasti Wajak 1 (1164).
1169-1180Śrī Mahārāja Rakai Hino Śrī Aryyeśwara Madhusudanāwatārārijayamukha Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇaniwāryyawīryya Parâkramottunggadewanāma
(Sri Aryyeswara)
Disebutkan dalam prasastiMleri (1169) danAngin (1171).
1180-1182KroñcāryadipaŚrī Mahārāja Śrī Kroñcāryadipa Haṇḍabhuwanamalaka Parākramanindita Digjayottunggadewanāma Śrī Gandra
(Sri Gandra)
Disebutkan dalam prasastiManggar (1180) danJaring (1181).
1182-1194Pāduka Śri Mahārāja Śri Kāmeśwara Triwikramāwatāra Aniwāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma
(Sri Kameswara)
Disebutkan dalam prasastiSemanding (1182),Ranu Kumbolo (1182),Ceker (1185).
1194-1222Kṛtajaya/ŚṛṅgaPāduka Śrī Mahārāja Śrī Sarwweśwara Triwikramāwatārānindita Parākrama Śṛṅgalāncana Digjayottunggadewanāma
(Sri Sarwweswara)
Disebutkan dalamprasasti Sapu Angin (1190),prasasti Tesirejo (1191),prasasti Kamulan (1194),prasasti Palah (1197),prasasti Subhasita/Mleri II (1198),prasasti Galunggung (1201),prasasti Biri (1202),prasasti Tuliskriyo (1202),prasasti Sumberingin (1204),prasasti Lawadan (1205),prasasti Cemandi (1205),prasasti Merjosari (1216),Nagarakretagama (1365) danPararaton. Gugur tahun 1144 Saka (1222).
Pemberontakan Jayakatwang dari Gelang-gelang atau Gegelang yang menghidupkan kembali dinasti kedua Kadiri yang berumur pendek.
1292-1293JayakatyêngŚrī Jayakatyêng
(Jayakatwang)
Disebutkan dalam prasastiMula Malurung (1255),Kudadu (1294),Kakawin Nagarakretagama (1365) danKitab Pararaton.

Warisan budaya

[sunting |sunting sumber]
CandiPrasastiSitus Cagar BudayaKarya Sastra

Lihat pula

[sunting |sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting |sunting sumber]
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001.Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Slamet Muljana. 1979.Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
Sebelum 600 M
(Hindu-Buddha pra-Mataram)
600–1500 (Hindu-Buddha)
1500–sekarang (Islam)
Didahului oleh:
Medang Kahuripan
Kerajaan Hindu-Buddha
1042 - 1222
Diteruskan oleh:
Tumapel

Referensi

[sunting |sunting sumber]
  1. ^https://www.britannica.com/place/Kadiri
  2. ^Kediri archeological discovery offers clues on ancient kingdomDiarsipkan 2007-03-28 diWayback Machine.,The Jakarta Post, 24 March 2007.
  3. ^https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760
  4. ^https://www.britannica.com/place/Kediri-regency-Indonesia
  5. ^abWignjosoebroto, Wiranto.MENCARI JEJAK KAHURIPAN; Kerajaan Hindu Tertua dan Terlama di Tanah Jawa. Penerbit K-Media.ISBN 978-602-6287-19-9. 
  6. ^"Prasasti Kamalagean dusun Klagen, desa Tropodo, kecamatan Krian, kabupaten Sidoarjo Jaw".Informasi Situs Budaya Indonesia. 2017-09-18. Diakses tanggal2017-12-15. 
  7. ^http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.63-69.html
  8. ^https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760
  9. ^https://www.kedirikota.go.id/p/dalamberita/6351/silsilah-raja-raja-kerajaan-kediri-dan-asal-usulnya
  10. ^https://www.museumnasional.or.id/panji-cerita-asli-indonesia-1836
  11. ^Dr. Cense (1889).Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32, h. 424; Poerbatjaraka (1968).Tjerita Pandji dalam Perbandingan. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011).Majapahit Peradaban Maritim. h. 42 dan 355.
  12. ^Krom, 1956:hlm.154-155
  13. ^Dawan, Lanang (Sabtu, 14 Mei 2011)."ŚRI SURADHIPA".PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT. Diakses tanggal2019-12-18. Periksa nilai tanggal di:|date= (bantuan)
  14. ^cf. Damais, 1952:hlm.66-71 ; Sumadio dkk., 1990:hlm.267-272, 306.
  15. ^"Sejarah Kerajaan Kediri: Awal Berdiri, Kejayaan, hingga Keruntuhannya". 2024-07-17. Diakses tanggal2024-07-20. 
  16. ^https://www.britannica.com/place/Kadiri
  17. ^https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760
  18. ^https://repositori.kemdikbud.go.id/18404/
  19. ^Soekmono, R. (1988).Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed (dalam bahasa indonesian). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 60. Parameter|orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  20. ^Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911,Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.
  21. ^Hirth, F. (1911).Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi. St Petersburg. Parameter|coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan).
  22. ^Muljana, Slamet (2006). F.W. Stapel, ed.Sriwijaya. PT LKiS Pelangi Aksara.ISBN 978-979-8451-62-1. 
  23. ^Soekmono, R. (2002).Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2. Kanisius.ISBN 979-413-290-X. 
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Kadiri&oldid=27058723"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp