DalamGereja Katolik,Kaul keheningan adalahkaul yang diambil untuk menghindari penggunaan kata-kata. Meskipun konsep ini umumnya dikaitkan denganmonastisisme, tidak ada ordo keagamaan yang mengambil sumpah seperti itu, dan bahkan ordo monastik yang paling keras sepertiKartusian memiliki waktu dalam jadwal mereka untuk berbicara.
Di biara-biara tradisiGereja Katolik, yang disebut "Keheningan Agung" adalah waktu selama jam-jam malam – biasanya setelahKomplin hingga setelah jam-jam kanonik pertama di pagi berikutnya – di mana berbicara dilarang keras.[1]
Baru-baru ini, sumpah diam telah dianut oleh sebagian orang dalam masyarakat sekuler sebagai sarana protes atau untuk memperdalam spiritualitas mereka. Keheningan sering kali dianggap penting untuk memperdalam hubungan denganTuhan.[2] Keheningan juga dianggap sebagai suatu kebajikan dalam beberapa agama.[3]
Terlepas dari kesalahpahaman umum, anggota ordo keagamaan tidak mengucapkan sumpah diam. Akan tetapi, sebagian besar biara memiliki waktu dan tempat tertentu (gereja,ruang makan,asrama, dll.) yang melarang berbicara. Di luar beberapa tempat dan waktu, biasanya ada "rekreasi" yang selama itu percakapan diperbolehkan.[4]
Dalamagama-agama India, keheningan keagamaan disebutMauna dan nama untuk seorangorang bijakmuni (lihat, misalnyaSakyamuni) secara harfiah berarti "orang yang diam".[5] Dalam agama Buddha, secara eksplisit disebutkan bahwa "seseorang tidak menjadi orang bijak hanya karena bersumpah untuk berdiam diri" karena adanya perintah bagi para pengikutnya untuk juga mengajarkan doktrin Buddha.[6] Sumpah untuk berdiam diri juga relevan dalam pelatihan para pemula dan sering dikutip sebagai cara untuk menolak godaansamsara, termasuk godaan dari lawan jenis.[7] Biksu Buddha yang mengambil sumpah diam sering membawa tongkat besi yang disebutkhakkhara, yang mengeluarkan suara logam untuk menakuti binatang. Karena mereka tidak dapat berbicara, bunyi gemeretak tongkat juga menandakan kedatangan mereka saat mereka mulai memintasedekah.[8]
Mahatma Gandhi menjalankan satu hari hening seminggu, setiap hari Senin, dan tidak akan melanggar disiplin ini dengan alasan apa pun.[9]
|pertama=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|penerbit=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|tahun=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|terakhir=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|judul=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Tidak memiliki atau tanpa|title=
(bantuan)|penerbit=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|tahun=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|judul=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|pertama=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|halaman=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|lokasi=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|terakhir=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Tidak memiliki atau tanpa|title=
(bantuan)|pertama=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|lokasi=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|tahun=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|halaman=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|penerbit=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan);Parameter|terakhir=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)