Hussein Dey (juga diejaHusayn Dey; 1765,Smyrna – 1838,Alexandria) (bahasa Arab:حسين داي), adalah penguasa terakhirEyalet Aljir diKesultanan Utsmaniyah. Ia menggantikan posisiAli V ben Ahmed sebagai Dey Aljir pada Maret 1818. Untuk menenangkan orang-orang Eropa, ia menerapkan beberapa kebijakan liberal, seperti pembebasan sandera dan kebebasan beragama untuk orang-orangYahudi.[1] Namun, ia terlibat dalam sengketa denganKerajaan Prancis terkait dengan hutang Prancis kepada dua pedagang Yahudi di Aljir. Prancis membeligandum untuk pasukannya dari kedua pedagang tersebut pada tahun 1790an, dan kedua pedagang itu sendiri berhutang kepada Dey. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak dapat membayar hutang mereka bila Prancis tidak melunasi hutangnya. Maka dari itu, Dey berusaha bernegosiasi dengan konsul PrancisPierre Deval, tetapi upaya ini gagal. Pada 29 April 1827, Deval tidak memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga Dey memukul wajah Deval denganpengusir lalat. Insiden ini dimanfaatkan olehRaja Charles X dan kemudian Prancis melancarkan blokade terhadap pelabuhan Aljir. Prancis sempat mengirim duta besar untuk menyelesaikan masalah, tetapi Dey membalasnya dengan menembakkan meriam ke salah satu kapal yang melakukan blokade, sehingga Prancis memutuskan untuk melancarkan aksi militer yang lebih keras.[2]
Pada 14 Juni 1830, 34.000 pasukan Prancis mendarat diSidi Ferruch, 27 km di sebelah barat kotaAljir. Mereka memasuki kota Aljir pada tanggal 5 Juli. Hussein Dey memutuskan untuk menyerah dan sebagai gantinya kebebasan dan hak miliknya dijamin. Kekuasaan Utsmaniyah di Aljazair selama 313 tahun pun berakhir. Dey meninggalkan Aljir bersama dengan keluarga,harem, dan harta bendanya. Ia meminta izin untuk tinggal di Prancis, tetapi ditolak oleh Charles X, sehingga ia menetap diNapoli.[3] Ia tinggal diItalia selama tiga tahun dan meninggal diAlexandria pada tahun 1838.
![]() | Artikel bertopik biografi tokoh Islam ini adalah sebuahrintisan. Anda dapat membantu Wikipedia denganmengembangkannya. |