Herakleitosdari Efesus (Yunani: Ἡράκλειτος ὁ Ἐφέσιος,Hērákleitos ho Ephésios) adalah seorangfilsufYunani Kunopra-Sokratik yang tidak tergolong mazhab apapun,[1] meski dapat digolongkan lewat asal munculnya sebagai pemikir mazhab Ionia atau filsuf yang muncul di wilayah Asia Minor (termasukThales,Anaximandros,Anaximenes, danXenophanes).[2] Di dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, sepertiHomeros,Arkhilokhos,Hesiodos,Phythagoras,Xenophanes, danHekataios.[1][3][4] Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada zamannya, tetapi bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.[1][4]
Herakleitos diketahui menulis satu buku, tetapi telah hilang.[1] Yang tersimpan hingga kini hanya 130 fragmen yang terdiri dari pepatah-pepatah pendek yang sering kali tidak jelas artinya.[1][5] Pemikiran filsafatnya memang tidak mudah dimengerti sehingga ia dijuluki "si gelap" (dalam bahasaInggristhe obscure).[1][3][6]
Efesus di Asia Kecil, tempat kelahiran Herakleitos
Herakleitos diketahui berasal dariEfesus diAsia Kecil.[1] Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (sekitar 540-480 SM).[3][4][7] KeteranganDiogenes Laertius juga menyebutkan Herakleitos lahir sekitar 540 sebelum masehi pada keluargaaristokrat di Efesus, tetapi nantinya meninggalkan kehidupan politik danmengabdikasikan hak kekuasaan yang diwariskan padanya ke saudara lelakinya.[8] Herakleitos hidup sezaman denganPythagoras dan Xenophanes, tetapi ia berusia lebih muda daripada keduanya.[1] Akan tetapi, Herakleitos lebih tua usianya dariParmenides sebab ia dikritik oleh filsuf tersebut.[1]
Selain berasal dari keluarga terhormat di Efesus, tidak ada informasi lain yang kredibel mengenai riwayat hidup Herakleitos mengingat hampir semua sumber mengenai kehidupannya adalah anekdot yang tidak otentik, diimajinasikan atau dibuat si pengarang anekdot berdasarkan pemikiran Herakleitos.[4][9][10] Tidak ada sumber yang menyebutkan bahwa ia pernah meninggalkan kota asalnya, yang pada waktu itu merupakan bagian dari kekaisaranPersia.[9]
Jika melihat karya-karya yang ditinggalkannya, tampak bahwa watak Herakleitos sombong dan tinggi hati.[1][3][4][9] Selain mencela filsuf-filsuf di atas, ia juga memandang rendah rakyat yang bodoh dan menegaskan bahwa kebanyakan manusia jahat.[1] Selain itu, ia juga mengutuk warga negara Efesus.[1]
"Seseorang tidak bisa dua kali masuk ke sungai yang sama."
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan dialam semesta.[1][4] Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen.[1][4][7] Tidak ada sesuatu yang betul-betulada, semuanya berada di dalam prosesmenjadi.[1] Ia terkenal dengan ucapannyapanta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."[1]
Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara:
Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir.[1] "Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama," demikian kata Herakleitos.[1][4][7] Maksudnya di sini, air sungai selalu bergerak sehingga tidak pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan yang sebelumnya.[1][7]
Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api.[1] Maksud api di sini lain dengan konsepmazhab Miletos yang menjadikan air atau udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu.[1] Bagi Herakleitos, api bukanlah zat yang dapat menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan melambangkan gerak perubahan itu sendiri.[1] Api senantiasa mengubah apa saja yang dibakarnya menjadi abu dan asap, tetapi api tetaplah api yang sama.[1] Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan.[1]
Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanyalogos.[3][4][7] Pandangan tentanglogos di sini tidak boleh disamakan begitu saja dengan konseplogos padamazhab Stoa.[1]Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia.[1][4]Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material, tetapi sekaligus melampaui materi yang biasa.[1] Hal ini disebabkan pada masa itu, belum ada filsuf yang mampu memisahkan antara yang rohani dan yang materi.[1]
Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan.[1][7] Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan.[1][7] Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu.'[1][6]Anaximenes juga memiliki pandangan seperti ini, tetapi perbedaan dengan Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut sebagai ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa pertentangan yang ada adalah prinsip keadilan.[1] Kita tidak akan bisa mengenal apa itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'.[1][6][7] Kita tidak akan mengetahui apa itu 'kehidupan' tanpa adanya realitas 'kematian'.[7] Kesehatan juga dihargai karena ada penyakit.[1] Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti ini, segala sesuatu terjadi dan tersusun.[7] Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu."[1][7] Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan.[1][7]
Melalui ajaran tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan olehlogos, Herakleitos disebut sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.[7]
^abcdeMcKirahan, Richard (2003). "Presocratic Philosophy". Dalam Shields, Christopher.The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. MA/Oxford/Victoria: Blackwell Publishing.ISBN978-0-631-22215-6.
^abcdefghijPraja, Juhaya (2005).Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana.
^Raaflaub, Kurt (2007). "Poets, lawgivers, and the beginnings of political reflection". Dalam Rowe, Christopher; Schofield, Malcolm.The Cambridge History of Greek and Roman Political Thought. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 23–59.
Wikimedia Commons memiliki media mengenaiHeraclitus.
Adamson, Peter (2010-12-28)."Old Man River: Heraclitus".History of Philosophy without any gaps. Ludwig-Maximilians-Universität München/King's College London. Diakses tanggal2017-09-25.
Elpenor."Heraclitus: The Word is Common".The Greek Word: Three Millenia of Greek Literature. Elpenor. Diakses tanggal2007-10-10. Heraclitus bilingual anthology fromDK in Greek and English, side by side, the translations being provided by the organization, Elpenor.
Graham, Daniel."Heraclitus".The Internet Encyclopedia of Philosophy. The Internet Encyclopedia of Philosophy. Diakses tanggal2017-09-25.
Graham, Daniel (2015-06-23)."Heraclitus".Stanford Encyclopedia of Philosophy. Metaphysics Research Lab, Stanford University. Diakses tanggal2017-09-25.
Hooker, Richard (1996)."Heraclitus".World Civilizations: An Internet Classroom and Anthology: Greek Philosophy. Washington State University. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-10-11. Diakses tanggal2007-10-11. Selected fragments translated by Hooker.
Hoyt, Randy (2002)."The Fragments of Heraclitus". Diakses tanggal2007-10-09. The fragments also cited inDK in Greek (Unicode) with the English translations of John Burnet (see Bibliography).
Lancereau, M. Daniel (2007)."Heraclitus"(html/pdf).Philoctetes: ??????????. Diakses tanggal2007-10-10.Parameter|coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan) Site with links to pdf's containing the fragments ofDK in Greek (Unicode) with the English translations of John Burnet (see Bibliography) and translations intoFrench, either in parallel columns or interlinear, with links on the lexical items toPerseus dictionaries. Includes also Heraclitus article fromEncyclopædia Britannica Eleventh Edition.
McCabe, Mary (2010-12-30)."MM McCabe on Heraclitus".History of Philosophy without any gaps. Ludwig-Maximilians-Universität München/King's College London. Diakses tanggal2017-09-25.