Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel atau bagian artikel ini diterjemahkan secara buruk. Kualitas terjemahannya masih kurang bagus. Bagian-bagian yang mungkin diterjemahkan dari bahasa lain masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Anda dapat mempertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menulis ulang artikel atau bagian artikel ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong padaProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula:panduan penerjemahan artikel)
Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dariMount Tambora di en.wikipedia.org.Terjemahannya masih terlalu kaku, kemungkinan besar karena kalimat Inggrisnya diterjemahkan kata-per-kata. Maka dari itu, terjemahan di artikel ini masih memerlukan penyempurnaan.Pengguna yang mahir denganbahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini, atau Anda juga dapat ikut bergotong royong dalamProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula:panduan penerjemahan artikel)
Kaldera Tambora dapat dilihat pada semenanjung Pulau Sumbawa bagian utara.
Gunung Tambora (atauTomboro) adalah sebuahgunung berapi kerucut aktif yang terletak diPulau Sumbawa,Nusa Tenggara Barat,Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten yaituKabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat dan selatan danKabupaten Bima yang mencakup lereng bagian timur dan utara. Gunung Tambora merupakan salah satu gunung tunggal (terpisah dari pegunungan) terluas diIndonesia, yang bertipikal sepertiGunung Slamet diJawa Tengah. Gunung ini terbentuk akibatzona subduksi aktif di bawahnya. Pada masa lampau, ketinggian Gunung Tambora mencapai sekitar 4.300m[3] yang membuat gunung ini menjadi salah satu puncak tertinggi di Indonesia di masa lalu.
Aktivitas vulkanis gunung berapi ini memuncak denganletusan pada April 1815 yang mencapai skala tujuhVEI.[4] Letusan tersebut menjadi letusan vulkanis terbesar sejak letusanTaupo pada tahun 181.[5] Suara letusan tercatat terdengar hingga pulauSumatra lebih dari 2.000km ke barat. Hujanabu vulkanis terjadi diKalimantan,Sulawesi,Jawa, danMaluku. Letusan tersebut menelan korban jiwa sedikitnya 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya merupakan korban langsung dari letusan.[5] Beberapa peneliti memperkirakan jumlah korban jiwa mencapai 92.000 orang, tetapi angka ini diragukan karena dinilai terlalu besar.[6] Letusan tersebut juga menyebabkan perubahan iklim dunia saat itu. Tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagaitahun tanpa musim panas dengan adanya perubahan cuaca drastis diAmerika Utara danEropa akibat debu yang dihasilkan dari letusan. Peristiwa tersebut menyebabkan kegagalan panen dan kematian ternak massal yang pada gilirannya menyebabkan wabah kelaparan terburuk pada abad ke-19.[5]
Pada sebuah ekskavasi tahun 2004 di wilayah Gunung Tambora, sekelompokarkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur 3 meter di bawahendapan piroklastik dari letusan tahun 1815. Temuan ini sering disebut sebagaiPompeii dari Timur akibat kemiripannya dengan KotaPompeii diItalia yang terkubur material letusan vulkanis.[7]
Selain seismolog dan vulkanolog yang mengamati aktivitas gunung tersebut, gunung Tambora adalah daerah riset ilmiah arkeolog dan ahlibiologi. Gunung ini juga menarik wisatawan untuk mendaki gunung dan aktivitasmargasatwa.[9][10]Dompu danBima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat daya, terdapat desa Calabai.Kemudian barat ada desa labuan kananga.
Terdapat duajalur pendakian untuk mencapaikaldera gunung Tambora. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha yang terletak di sisi tenggara gunung Tambora. Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui perkebunankacang mede sampai akhirnya mencapai ketinggian 1.150m di atas permukaan laut. Rute ini berakhir di bagian selatan kaldera dengan ketinggian 1.950m yang dapat dicapai oleh titik pertengahan jalur pendakian.[11] Lokasi ini biasanya digunakan untukberkemah untuk mengamati aktivitas vulkanik karena hanya memerlukan waktu satu jam untuk mencapai kaldera. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di sisi barat laut gunung Tambora. Jika menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.[11]
Tambora terletak 340km di sebelah utara sistempalung Jawa dan 180-190km di ataszona subduksi. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatankerak oseanik.[12] Gunung ini memiliki laju konvergensi sebesar 7.8cm per tahun.[13] Tambora diperkirakan telah berada di bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiokarbon standar).[4] Ketika gunung ini meninggi akibat proses geologi di bawahnya,dapur magma yang besar ikut terbentuk dan sekaligus mengosongkan isi magma. Pulau Moyo pun ikut terbentuk sebagai bagian dari proses geologi ini di mana teluk Saleh pada awalnya merupakancekungan samudera (sekitar 25.000 BP).[4]
Menurut penyelidikan geologi, kerucut vulkanik yang tinggi sudah terbentuk sebelum letusan tahun1815 dengan karakteristik yang sama dengan bentukstratovolcano.[14] Diameter lubang tersebut mencapai 60km.[8] Lubang utama sering kali memancarkan lava yang mengalir turun secara teratur dengan deras ke lereng yang curam.
Sejak letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapanlava dan materialpiroklastik. Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4m aliran lava tipis.[14]Scoria tipis diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava ditutup oleh scoria,tuff dan bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah.[14] Pada gunung Tambora, terdapat 20 kawah.[13] Beberapa kawah memiliki nama, misalnyaTahe (877 m),Molo (602 m),Kadiendinae,Kubah (1648 m) danDoro Api Toi. Kawah tersebut juga memproduksi aliran lava basal.
Dengan menggunakan teknikpenanggalan radiokarbon, gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya letusan tidak diketahui.[15] Perkiraan tanggal letusannya ialah tahun 3910 SM ± 200 tahun, 3050 SM dan740 ± 150 tahun. Ketiga letusan tersebut memiliki karakteristik letusan yang sama. Masing-masing letusan memiliki letusan di lubang utama, tetapi terdapat pengecualian untuk letusan ketiga. Pada letusan ketiga, tidak terdapataliran piroklastik.
Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya terjadi pada bulanApril tahun1815.[15] Besar letusan ini masuk ke dalam skala tujuhVolcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburantefrit sebesar 1.6 × 1011 meter kubik.[15] Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama, aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan,tsunami dan runtuhnyakaldera. Letusan ketiga ini memengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal15 Juli1815.[15] Aktivitas selanjutnya kemudian terjadi pada bulanAgustus tahun1819 dengan adanya letusan-letusan kecil dengan api dan bunyi gemuruh disertaigempa susulan yang dianggap sebagai bagian dari letusan tahun1815.[5] Letusan ini masuk dalam skala kedua pada skala VEI. Sekitar tahun1880 ± 30 tahun, Tambora kembali meletus, tetapi hanya di dalam kaldera.[15] Letusan ini membuat aliran lava kecil danekstrusi kubah lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernamaDoro Api Toi di dalam kaldera.[16]
Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20.[17] Letusan terakhir terjadi pada tahun1967,[15] yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.
Daerah yang diperkirakan terkena abu letusan Tambora tahun 1815. Daerah merah menunjukan ketebalan abu vulkanik. Abu tersebut mencapai pulauKalimantan danSulawesi (ketebalan 1 cm).
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan namagunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalamdapur magma yang tertutup.[8] Di dalamdapur magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar magma sekitar 4-5kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.[8]
Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.[18] Pada tanggal5 April1815, letusan terjadi, diikuti dengan suaraguruh yang terdengar diMakassar,Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kiniJakarta) di pulauJawa (1.260 km dari gunung Tambora), danTernate diMaluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulauSumatra pada tanggal10-11 April1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan.[19] Pada pagi hari tanggal6 April1815, abu vulkanik mulai jatuh diJawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal10 April1815.
Pada pukul 7:00 malam tanggal10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[18] Tiga lajur api terpancar dan bergabung.[19] Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api.[19] Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal11 April. Abu menyebar sampaiJawa Barat danSulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal11 dan17 April1815.[18]
Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dariDjocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.
Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skalaVolcanic Explosivity Index.[20] Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunungKrakatau tahun1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastiktrakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg.[5] Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6–7 km dan kedalaman 600–700 m.[18] Massa jenis abu yang jatuh diMakassar sebesar 636 kg/m².[21] Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m,[18] salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.[22]
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah.[5][18] Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.[18] Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.
Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km.[18] Rakit batu apung lainnya ditemukan diSamudra Hindia, di dekatKolkata pada tanggal1 dan3 Oktober1815.[5] Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal23 April. Ledakan berhenti pada tanggal15 Juli, walaupun emisi asap masih terlihat pada tanggal23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulanAgustus tahun1819, empat tahun setelah letusan.
Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah roboh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan. ... Semenjak letusan,diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama.
Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam.[18] Tsunami setinggi 1–2 m dilaporkan terjadi di Besuki,Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi diMaluku.
Tinggi asap letusan mencapaistratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.[5] Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada diatmosferbumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10–30 km.[18] Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat diLondon,Inggris antara tanggal28 Juni dan2 Juli1815 dan3 September dan7 Oktober1815.[18] Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.
Perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulauLombok.[23] Petroeschevsky (1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok.[24] Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa.[18] Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak.[6] Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatanRaffles.[19] Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban diBali danJawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah letusan.[6] Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa seperti yang terlihat di tabel dibawah.[5]
Perbandingan letusan gunung Tambora dan letusan gunung lainnya
Jumlah konsentrasisulfat di inti es dariTanah Hijau tengah, tarikh tahun dihitung dengan variasiisotop oksigen musiman. Terdapat letusan yang tidak diketahui pada tahun1810-an. Sumber: Dai (1991).[26]
Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkansulfur kestratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Metode berbeda telah memperkirakan banyaknya sulfur yang dikeluarkan selama letusan: metodepetrologi, sebuah pengukuran berdasarkan pengamatananatomi, dan metode konsentrasi sulfat inti es, menggunakan es dariTanah Hijau danAntartika. Perkiraan beragam tergantung dari metode, antara 10 Tg S hingga 120 Tg S.[5]
Pada musim semi dan musim panas tahun1816, sebuahkabut kering terlihat di timur lautAmerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik pada matahari yang terlihat dengan mata telanjang. Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagaikabut aerosol sulfat stratosfer.[5] Pada musim panas tahun1816, negara diBelahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagaiTahun tanpa musim panas. Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C,[18] cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal4 Juni1816, cuaca penuh es dilaporkan diConnecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruhNew England digenggam oleh dingin. Pada tanggal6 Juni1816, salju turun diAlbany, New York, danDennysville, Maine.[5] Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara.Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekatKota Quebec dari tanggal6 sampai10 Juni1816.
1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunungHuaynaputina diPeru tahun1600.[20] Tahun1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun1809 dan tahun1810. Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun1816,1817 dan tahun1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C,[20] dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras.
Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebabwabahtifus di Eropa Tenggara danLaut Tengah bagian timur di antara tahun1816 dan tahun1819.[5] Banyak ternak meninggal diNew England selama musim dingin tahun1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen diKepulauan Britania. Keluarga-keluarga diWales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata diIrlandia utara dan barat daya karenagandum,haver dankentang mengalami gagal panen. Krisis terjadi diJerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota diEropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.[5]
Pada musim panas tahun2004, tim dariUniversitas Rhode Island,Universitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin olehHaraldur Sigurdsson, memulai sebuah penggalian arkeologi di gunung Tambora.[7] Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanyakebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25km sebelah barat kaldera, di dalam hutan, 5km dari pantai. Tim tersebut harus melewati endapan batu apung vulkanik dan abu dengan tebal 3m.
Tim tersebut menggunakanradar penembus tanah untuk mencari lokasi rumah kecil yang terkubur. Mereka menggali kembali rumah dan mereka menemukan sisa dua orang dewasa, dan juga mangkuk perunggu, peralatan besi dan artifak lainnya. Desain dan dekorasi artifak memiliki kesamaan dengan artifak dariVietnam danKamboja.[7] Uji coba dilakukan menggunakan teknik karbonisasi memperjelas bahwa mereka terbentuk daripensil arang yang dibentuk oleh panasmagma. Semua orang, rumah dan kebudayaan dibiarkan seperti saat mereka berada tahun1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagaiPompeii dari timur.[27][28] Berdasarkan artifak yang ditemukan, yang mayoritas benda perunggu, tim menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak miskin. Bukti sejarah menunjukan bahwa orang di pulau Sumbawa terkenal diHindia Timur untukmadu,kuda,kayu sepang (caesalpinia sappan), memproduksidye merah, dancendana yang digunakan untukdupa dan pengobatan.[7] Daerah ini diketahui produktif dalam bidang pertanian.
Penemua arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur karena letusan tahun 1815. SebutanKerajaan Tambora yang hilang disebut oleh media.[29][30] Dengan penemuan ini, Sigurdsson bermaksud untuk kembali ke Tambora tahun2007 untuk mencari sisa desa, dan berharap dapat menemukan istana.[7]
Tim penelitian yang dipimpin olehahli botaniSwiss, Heinrich Zollinger, tiba di pulau Sumbawa tahun 1847.[31] Misi Zollinger adalah untuk mempelajari letusan dan pengaruhnya terhadap ekosistem lokal. Ia adalah orang pertama yang memanjat ke puncak gunung Tambora setelah letusan gunung tersebut. Gunung tersebut masih tertutup oleh asap. Ketika Zollinger memanjat, kakinya tenggelam beberapa kali melalui kerak permukaan tipis menuju lapisan hangat yang sepertisulfur. Beberapa tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh dan beberapa pohon diamati di lereng yang lebih rendah. HutanCasuarina dicatat pada 2.200-2.550 m.[32] BeberapaImperata cylindrica juga dapat ditemukan.
Penduduk mulai tinggal di gunung Tambora pada tahun1907. Penanamankopi dimulai pada tahun1930-an di lereng bagian barat laut gunung Tambora, di desa Pekat.[33]Hutan hujan yang disebutDuabangga moluccana telah tumbuh dengan ketinggian 1.000-2.800m.[33] Penanaman tersebut mencakupi daerah seluas 80.000 hektare (800 km²). Hutan hujan ditemukan oleh timBelanda, dipimpin oleh Koster dan De Voogd tahun 1933.[33] Mereka memulai perjalanan di "daerah hampir tandus, kering dan panas" dan mereka memasuki "hutan hebat" dengan "raksasa hutan yang besar dan megah". Pada ketinggian 1.100 m, mereka memasuki hutanmontane. Pada ketinggian 1.800 m, mereka menemukanDodonaea viscosa yang didominasi oleh pohonCasuarina. Di puncak, mereka menemukan sedikitAnaphalis viscida danWahlenbergia.
56 spesies burung ditemukan tahun 1896, termasukCrested White-eye.[34] 12 spesies lainnya ditemukan pada tahun1981. Beberapa penelitian ahli ilmu hewan menemukan spesies burung lainnya di gunung, menghasilkan ditemukannya lebih dari 90 spesies burung.Kakatua-kecil Jambul-kuning,Murai Asia,Tiong Emas,Ayam hutan Hijau danPerkici Pelangi diburu untuk dijual dan dipelihara oleh penduduk setempat.Gosong berkaki-jingga diburu untuk dimakan. Eksploitasi burung menyebabkan berkurangnya populasi burung.Yellow-crested Cockatoo hampir punah di pulau Sumbawa.[34]
Sejak tahun1972, perusahaan penebangan komersial telah beroperasi di daerah ini, yang menyebabkan ancaman terhadap hutan hujan. Perusahaan penebangan memegang izin untuk menebang kayu di daerah seluas 20.000 hektare (200 km²), atau 25% dari jumlah luas daerah.[33] Bagian hutan hujan lainnya digunakan untuk berburu. Di antara tanah berburu dan tanah penebangan, terdapatcagar alam, tematrusa,kerbau,babi hutan,kelelawar,rubah terbang, dan berbagai spesiesreptil danburung dapat ditemukan.[33]
PopulasiIndonesia meningkat dengan cepat sejak letusan tahun1815. Pada tahun2006, populasi Indonesia telah mencapai 222 juta jiwa,[35] dan 130 juta penduduk berada di pulauJawa danBali.[36] Sebuah letusan gunung berapi sebesar letusan Tambora tahun 1815 akan menyebabkan kematian yang lebih besar, sehingga aktivitas vulkanik di Indonesia terus diamati, termasuk gunung Tambora.
Aktivitas seismologi di Indonesia diamati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Pos pengamatan untuk gunung Tambora terletak di desa Doro Peti.[37] Mereka memfokuskan aktivitas seismik dan tektonik dengan menggunakanseismometer. Sejak letusan tahun 1880, tidak terdapat peningkatan aktivitas seismik.[38] Pengamatan terus dilakukan di dalam kaldera, terutama di kawah Doro Api Toi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menegaskan peta mitigasi bahaya gunung Tambora. Dua zona yang dinyatakan adalah zona bahaya dan zona waspada.[37] Zona bahaya adalah daerah yang secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliran piroklastik, aliran lava dan jatuhnyapiroklastik lainnya. Daerah ini, termasuk kaldera dan sekelilingnya, meliputi daerah seluas 58,7 km². Orang dilarang tinggal di zona berbahaya. Zona waspada termasuk daerah yang mungkin dapat secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliranlahar dan batuan apung lainnya. Luas dari daerah waspada sebesar 185 km², termasuk desa Pasanggrahan, Doro Peti, Rao, Labuan Kenanga, Gubu Ponda, Kawindana Toi dan Hoddo. Sungai yang disebut sungai Guwu yang terletak di bagian selatan dan barat laut gunung Tambora juga dimasukan kedalam zona waspada.[37]
^abcDegens, E. T.; Buch, B. (1989). "Sedimentological events in Saleh Bay, off Mount Tambora".Netherlands Journal of Sea Research.24 (4): 399–404.doi:10.1016/0077-7579(89)90117-8.
^abcTanguy, J.-C.; Scarth, A.; Ribière, C.; Tjetjep, W. S. (1998). "Victims from volcanic eruptions: a revised database".Bulletin of Volcanology.60 (2): 137–144.doi:10.1007/s004450050222.
^abAswanir Nasution."Tambora, Nusa Tenggara Barat" (dalam bahasa dalambahasa Indonesia). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 13 November.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^abc"Geology of Tambora Volcano". Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-24. Diakses tanggal 10 Oktober.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^"Tambora Historic Eruptions and Recent Activities". Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 13 November.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^"Tambora".Global Volcanism Program.Smithsonian Institution. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2013-02-20. Diakses tanggal 7 Oktober.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^abcdefRaffles, S. 1830:Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles, F.R.S. &c., particularly in the government of Java 1811–1816, and of Bencoolen and its dependencies 1817–1824: with details of the commerce and resources of the eastern archipelago, and selections from his correspondence. London: John Murray, cited by Oppenheimer (2003).
^Monk, K.A. (1996).The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. hal. 60.ISBN 962-593-076-0.Parameter|coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Zollinger (1855):Besteigung des Vulkans Tamboro auf der Insel Sumbawa und Schiderung der Eruption desselben im Jahren 1815, Wintherthur: Zurcher and Fürber, Wurster and Co., cited by Oppenheimer (2003).
^Petroeschevsky (1949): A contribution to the knowledge of the Gunung Tambora (Sumbawa).Tijdschrift van het K. Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap, Amsterdam Series 2 66, 688–703, cited by Oppenheimer (2003).
^Dai, J. (1991). "Ice core evidence for an explosive tropical volcanic eruption six years preceding Tambora".Journal of Geophysical Research (Atmospheres).96: 17,361–17,366.Parameter|coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^"'Pompeii of the East' discovered".BBC News. 28 Februari 2006.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-19. Diakses tanggal 9 Oktober.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^"Heinrich Zollinger". Zollinger Family History Research.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-06. Diakses tanggal 14 November.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^"Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006"(PDF) (Siaran pers). Badan Pusat Statistik. 1 September 2006. Diakses tanggal 26 September.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)"Salinan arsip"(PDF). Archived from the original on 2006-09-27. Diakses tanggal2007-10-07.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Calder, Joshua (3 Mei 2006)."Most Populous Islands". World Island Information.Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-14. Diakses tanggal 26 September.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^abc"Tambora Hazard Mitigation". Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 13 November.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)
^"Tambora Geophysics" (dalam bahasa dalambahasa Indonesia). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 13 November.Parameter|accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan);Periksa nilai tanggal di:|accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Tambora, Sumbawa, Indonesia".Volcano World. Departmen Geosains di Universitas Negara Oregon. Diarsipkan dariversi asli tanggal 2007-07-02. Diakses tanggal2007-10-06.