Kerajinan tradisional, tradisi lisan dan ekspresi, seni drama, pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta, praktik sosial, ritual dan acara pesta
Instrumen yang paling umum digunakan adalah metalofon antara laingangsa,gender,bonang,gong,saron,slenthem dimainkan olehwiyaga menggunakan palu (pemukul) dan membranofon berupakendang yang dimainkan dengan tangan. Juga idiofon berupakemanak dan metalofon lain adalah beberapa di antara instrumen gamelan yang umum digunakan. Instrumen lain termasuk xilofon berupagambang, aerofon berupaseruling, kordofon beruparebab, dan kelompok vokal disebutsinden.[2]
Seperangkat gamelan dikelompokkan menjadi dua, yaknigangsa pakurmatan dangangsa ageng. Gangsa pakurmatan dimainkan untuk mengiringi hajad dalem (upacara adat karaton),jumenengan (upacara penobatan raja atau ratu), tingalan dalem (peringatan kenaikan takhta raja atau ratu),garebeg (upacara peristiwa penting),sekaten (upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad). Gangsa ageng dimainkan sebagai pengiring pergelaran seni budaya umumnya dipakai untuk mengiringibeksan (seni tari),wayang (seni pertunjukan),uyon-uyon (upacara adat/hajatan), dan lain-lain.[3]
Gamelan berasal dari jawa lalu tersebar diberbagai daerah, seperti ,Madura,Bali,Kalimantan danLombok.jenis gamelan utama adalah gamelan Jawa , asli suku Jawa Saking pentingnya gamelan sebagai tradisi budaya dunia, maka pada tahun1977,NASA memasukkan musikgamelan Jawa ke dalam satelit Voyager I dan Voyager II. Sedangkan gamelan yang peredarannya luas dan pelestarian terbanyak adalah Gamelan Reyog dariPonorogo. Gamelan Jawa merupakan alat musik tertua didunia.[4][5]
Sejak2021, seluruh instrumen gamelan secara resmi diakui olehUNESCO sebagai salah satu Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda yang berasal dariIndonesia.[6]
Katagamelan berasal daribahasa Jawagamêl yang berarti 'memukul' atau 'menabuh', dapat merujuk pada jenis palu yang digunakan untuk memukul instrumen, diikuti akhiranan yang menjadikannya kata benda.[2][7] Istilahkarawitan mengacu pada musik gamelan klasik dan praktik pertunjukan, dan berasal dari katarawit, yang berarti 'rumit' atau 'dikerjakan dengan baik'.[7] Kata ini berasal dari katabahasa Jawa yang berakar daribahasa Sanskerta, 'rawit', yang mengacu pada rasa kehalusan dan keanggunan yang diidealkan dalam musik Jawa. Kata lain dari akar kata ini,pangrawit, berarti seseorang dengan pengertian demikian, dan digunakan sebagai penghargaan ketika mendiskusikan musisi gamelan yang terhormat.Bahasa Jawa halus (krama) untuk 'gamelan' adalahgangsa, dibentuk dari katatiga dansedasa (tiga dan sepuluh) merujuk pada elemen pembuat gamelan berupa perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah. Perpaduan tersebut menghasilkan perunggu, yang dianggap sebagai bahan baku terbaik untuk membuat gamelan.[8]
Keberadaan gamelan mendahului proses transisi budaya Hindu-Buddha yang mendominasi Nusantara, dalam catatan-catatan awalnya dan dengan demikian mewakili bentuk kesenian asliIndonesia.[9]
DalammitologiJawa, gamelan yang awalnya bernama Gamelan Lokananta gamelan tidak berwujud yang berbunyi di awang awang (angkasa udara) diciptakan olehBatara Guru pada Tahun 167Saka (atau 230 M), raja dewa yang memerintah sebagai raja seluruh alam semesta jagad raya dari sebuah Kahyangan istana di Wukir Mahendra Giri diMedang Kamulan (sekarangGunung Lawu).Batara Guru memerintah Batara Indrasurapati menciptakan gamelan yang berwujud tiruan gamelan lokananta yang tidak berwujud yaitu gong, kethuk, kenong, gong, rebab, sebagai sinyal untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih kompleks, kemudian ia menciptakan dua gong lainnya, sehingga membentuk set gamelan utuh.[10]
Gambar paling awal dari himpunan alat musik (musik ansambel) gamelan ditemukan di relief dinding candiBorobudur dibangun abad ke-8 oleh Arsitek Candi Borobudur yaituGunadharma pada masawangsa syailendra dari kerajaan Mataram Kuno diKabupaten Magelang,Jawa Tengah.[11] Relief tersebut menampilkan sejumlah alat musik termasuksuling,lonceng,kendang dalam berbagai ukuran,kecapi,alat musik dawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalamrelief tersebut. Bagaimanapun, relief tentang himpunan alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Kerajaan Bantarangin di Wengker (sekarangPonorogo,Jawa Timur) membuat gamelan yang merupakan syarat sayembara dari kerajaan Daha abad 11, isi sayembara adalah membuat alat musik dan hiburan kesenian yang belum pernah ada di dunia. Meski gamelan sudah pernah ada, tetapi gamelan yang dibuat oleh wengker menghasilkan musik yang berbeda dari gamelan pada umumnya, yang kemudian dikenal dengan Gamelan Reog.[12]
Instrumen gamelan diperkenalkan menjadi bentuk seperangkat peranti musik lengkap dan berkembang pada zamanKerajaan Majapahit, dan menyebar ke berbagai daerah sepertiBali,Sunda, danLombok.[13] Menurut prasasti dan manuskrip yang bertanggal dari periode Majapahit, kerajaan bahkan memiliki balai seni yang bertugas mengawasi seni pertunjukan, termasuk gamelan. Balai seni mengawasi konstruksi alat musik, serta menjadwalkan pentas pertunjukan.[11]
Di Bali, ada beberapagamelan selonding yang sudah ada sejak abad ke-9 pada masaSri Kesari Warmadewa memerintah.[14][15] Beberapa kata yang merujuk pada gamelan selonding ditemukan dalam beberapa prasasti dan manuskrip Bali kuno. Saat ini, gamelan selonding disimpan dan dilestarikan dengan baik di pura-pura kuno di Bali. Dianggap sakral dan digunakan untuk keperluan upacara keagamaan, terutama saat upacara besar diadakan. Gamelan Selonding merupakan bagian dari kehidupan dan budaya sehari-hari bagi sebagian masyarakat adat di kampung-kampung kuno seperti Bungaya,Bugbug, Seraya,Tenganan Pegringsingan, Timbrah, Asak, Ngis,Bebandem,Besakih, dan Selat diKabupaten Karangasem.
Pada proses penetrasiIslam,Sunan Bonang menggubah gamelan yang waktu itu sangat kental dengan estetikaHindu, juga memberi nuansa baru. Gubahannya waktu itu memberi nuansatransendental atau wirid yang mendorong kecintaan pada kehidupan, dan menambahkan instrumenbonang pada satu set gamelan.[16]
Dalam kebudayaanwengker atauPonorogo, Pada abad ke-15 Gamelan Reog selain digunakan untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo juga digunakan saat latihan bela diri hingga perang, pasukan Ki Ageng Surya Alam dari desa Kutu membunyikan gamelan reog saat sebelum hingga perang berlangsung ketika melawan Majapahit yang berkoalisi dengan Demak saat menyerbu Wengker, alhasil Wengker selalu mendapatkan kemenangannya sebelum pusaka Ki Ageng Surya Alam jatuh ke tangan musuh.[17]
Pengadilan SultanYogyakarta, c. 1876. Pertunjukan Tari SakralBedhaya diiringi dengan Gamelan Jawa
Dalam lingkupkraton diJawa gamelan tertua yang diketahui adalahGamelan Munggang danGamelan Kodok Ngorek, berasal dari abad ke-12. Ini membentuk dasar tempo cepat atau "gaya keras" pada gamelan. Sebaliknya, tempo pelan atau "gaya lembut" berkembang dari tradisikemanak juga berkaitan dengan tradisi melantunkangeguritan (puisi Jawa), dengan cara yang sering diyakini mirip dengan paduan suara yang menyertai tarian modernbedaya. Pada abad ke-17, gaya keras dan lembut bercampur, dan sebagian besar menjadi variasi pada gaya gamelan modern Bali, Jawa, dan Sunda, dihasilkan dari berbagai cara pencampuran unsur-unsur tersebut. Dengan demikian, terlepas dari keragaman gaya yang tampak, banyak konsep, instrumen, dan teknik teoretis yang sama dibagikan di antara gaya-gaya tersebut.[18]
Gamelan adalah ansambel multi-timbre yang terdiri dari metalofon, idiofon, xilofon, aerofon, kordofon, suara vokal, siter yang dipetik dan membranofon yang dimainkan dengan tangan disebutkendhang, mengontrol tempo dan irama potongan-potongan serta transisi dari satu bagian ke bagian lainnya. Jenis-jenis instrumen dalam bahasa jawa disebut ricikan/waditra. Beberapa waditra yang membentuk gamelan ditunjukkan di bawah ini :[19][20]
Gamelan bentuk kuno menyebar dari Jawa ke Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Nampak dari bentuk gendang yang lebih kurus dan ukirannya yang masih dipenuhi hewan mitologis. Saat ini yang masih melestarikan gamelan bentuk kuno adalah Bali dan Lombok.
2. Era Demak - Mataram (Zaman Islam)
Gamelan era Kesultanan Demak mengalami sedikit modifikasi oleh para Wali Songo, diantaranya bentuk gendang yang lebih gemuk dan juga ukiran gamelan yang tidak terlalu didominasi hewan mitologis. Gamelan dengan bentuk ini menyebar ke Sunda, Banjar, Kutai dan Palembang. Gamelan Jawa berkembang menjadi berbagai sub gaya diantaranya gaya Cirebon, Banyumas, Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran dll.
3. Era Kolonial
Pada era ini kesenian gamelan semakin diperhitungkan. Para saudagar banyak mengoleksi gamelan. Kesultanan melayu di Riau, Pahang dan Trengganu juga turut mengoleksi gamelan. Raffles juga turut mengoleksi gamelan yang ia jarah dari Keraton Yogyakarta dan Madura. Pada tahun - tahun berikutnya gamelan berkesempatan ditampilkan di Paris. Setelah itu banyak komposer - komposer musik barat yang tertarik dengan gamelan.
4. Era Kini
Akhirnya gamelan menjadi bagian dari musik dunia. Banyak universitas - universitas di luar Indonesia yang mengajarkan musik gamelan diantaranya:[21]
Cambridge University, Inggris
University of Minnesota Amerika Serikat
Lawrence University, Amerika Serikat
University of Michigan, Amerika Serikat
Santa Clara University, Amerika Serikat.
The University of Sydney, Australia
The University of Melbourne, Australia
The University of Hawai’i at Mānoa, Amerika Serikat
Jenis-jenis gamelan dibedakan berdasarkan koleksi instrumen dan penggunaan suara, penyetelan tangga nada (laras), repertoar, gaya, dan konteks budaya. Secara umum, tidak ada dua ansambel gamelan yang sama, dan yang muncul di kraton sering dianggap memiliki gaya dan penyetelan sendiri. Gaya tertentu juga dapat dibagikan oleh ansambel terdekat, yang mengarah ke gaya daerah.
GamelanWayang, Untuk Mengiringi kesenian Wayang Kulit.
GamelanBanyuwangi, Untuk Mengiringi berbagai kesenian khas Banyuwangi. Bunyi musik gamelan ini menghasilkan suara gamelan Jawa keraton, Gamelan Reog, Gamelan Jaranan Thek, dan Bali karena mendapatkan pengaruh dari ke empat jenis gamelan tersebut di banyuwangi.
Gamelan Sasak, Untuk mengiringi berbagai kesenian khas suku sasak di Lombok. Gamelan sasak mendapat pengaruh dari Bali. sehingga bunyi yang dihasilkan sangat mirip dengan gamelan Bali.
GamelanSaronoin, untuk mengiringi kesenian khas Madura. Gamelan Saronin mendapat pengaruh yang kuat dari Gamelan Reyog Ponorogo, meski begitu nada bunyi yang dihasilkan memiliki ciri khas Madura.
Gamelan Kutai, Untuk mengiringi berbagai tarian di lingkungan Keraton Kutai Kartanegara yang mendapatkan pengaruh Jawa eraKerajaan Majapahit danKesultanan Demak
Gamelan Palembang, Kerajaan Palembang dibangun oleh para bangsawan dari Demak. Seiring dengan itu budaya jawa masuk ke keraton Palembang termasuk gamelan. Gamelan ini biasa digunakan untuk mengiringi wayang kulit dan berbagai kesenian khas Palembang.
Gamelan Melayu Semenanjung (Malaysia), Gamelan Melayu baru ada pada zaman kolonial. Secara fisik memiliki bentuk yang sama persis dengan Gamelan Jawa. Yang membedakan ialah lagu-lagunya dibikin oleh orang Melayu. Gamelan ini digunakan untuk mengiringi Joget Gamelan.
Jenis gamelan umumnya dikelompokkan berdasarkan geografis, dengan pembagian utama antara gaya yang disukai oleh orangBali,Jawa, danSunda. OrangMadura juga memiliki gaya gamelan sendiri, meskipun tidak lagi digunakan.[22]Gamelan Sunda mempunyai dinamikadegung, yang menggunakan subset instrumen gamelan dengan laraspelog tertentu.Gamelan Bali sering dikaitkan dengan keahlian dan perubahan tempo yang cepat dan dinamikagong kebyar.Gamelan Sasak memiliki kemiripan dengan Gamelan Bali, dengan sedikit ragam yang berbeda.Gamelan Jawa, sebagian besar didominasi oleh kraton-kraton di Jawa, sesuai dengan gayanya masing-masing, dikenal dengan kualitas meditasi yang lebih pelan atau bertempo lambat dan bersifattransendental atau mersudi yang meiliki makna berusaha mencapai sesuatu dengan kesabaran.
Jenis-jenis Gamelan
Seperangkat Gamelan Munggang yang dipergelarkan di halaman Kedhaton Karaton Kasunanan Surakarta
Gamelan Kadhuk Manis di Sasana Handrawina di kompleks Kedhaton Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Gamelan dipergelarkan saat Upacara Sekaten di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kelompok Gamelan Sunda dengan seorang penari danWayang Golek di sekitar Taman BotaniCibodas,Jawa Barat, tanggal 28 September 1904
Sebuah pertunjukan tarian dengan diiringi Gamelan sunda di sebuah Pesta di rumah GubernurPreanger (sekarangParahyangan)Jawa Barat, sekitar 1880 sampai 1920
Kelompok Gamelan sunda milik Gubernur Bandung,Jawa Barat,VOC, antara 1857 sampai 1890
^R.T. Warsodiningrat,Serat Weda Pradangga. Cited in Roth, A. R.New Compositions for Javanese Gamelan. University of Durham, Doctoral Thesis, 1986. Page 4.
Music of Indonesia [Series]. Ed. by Philip Yampolsky. Washington, DC: Smithsonian/Folkways, 1990–1999. 20 Compact Discs with Liner Notes. Bibliography.
Vol. 14: Lombok, Kalimantan, Banyumas: Little-known Forms of Gamelan and Wayang.