Film musik adalahgenre film di mana didalamnyalagu dinyanyikan oleh parakarakter terjalin ke dalam narasi, kadang-kadang disertai dengan menari. Lagu-lagu biasanya plot maju atau mengembangkan karakter film tersebut, meskipun dalam beberapa kasus mereka melayani hanya sebagai istirahat dalam alur cerita, sering kali sebagai rumit "angka produksi". Sebuah subgenre dari film komedi musik adalah musik, yang juga mencakup elemen kuat darihumor.
Film musikal adalah perkembangan alami daripanggung musik setelah munculnya teknologi film suara. Biasanya, perbedaan terbesar antara musik film dan panggung adalah penggunaan latar belakang pemandangan yang mewah dan lokasi yang akan praktis dalamteater. Film musikal khas mengingatkan mengandung unsur teater; pemain sering memperlakukan lagu mereka dan nomor tari sebagai jika ada penonton tinggal menonton. Dalam arti, penampil menjadi penonton deictic, sebagai pelaku terlihat langsung ke kamera dan melakukan untuk itu.
Musik film pendek yang dibuat olehLee De Forest di 1923-24. Setelah ini, ribuanVitaphone pendek (1926-1930) dibuat, banyak yang menampilkan band, vokalis dan penari, di mana soundtrack musik dimainkan saat aktor digambarkan karakter mereka seperti yang mereka lakukan di film bisu: tanpa dialog.[1]The Jazz Singer, dirilis pada 1927 olehWarner Brothers, tidak hanya film pertama dengan dialog disinkronkan, tetapi film fitur pertama yang juga merupakan musik, menampilkanAl Jolson menyanyikan "Dirty Hands, Dirty Face;" "Toot, Toot, Tootsie", "Blue Skies" dan "My Mammy". SejarawanScott Eyman menulis, "Ketika film ini berakhir dan tepuk tangan tumbuh dengan houselights, istriSam Goldwyn, Frances memandang berkeliling pada selebriti di keramaian. Dia melihat 'teror di semua wajah mereka' katanya, seolah-olah mereka tahu bahwa 'permainan mereka telah bermain selama bertahun-tahun akhirnya berakhir.[2] Namun, hanya urutan Jolson telah terdengar, sebagian besar film itu diam.[1]
Hollywood, merilis lebih dari 100 film musikal tahun 1930, tetapi hanya 14 pada tahun 1931.[3] Pada akhir 1930-an, penonton sudah jenuh dengan musik dan studio dipaksa untuk memotong musik dari film-film yang kemudian dibebaskan. Sebagai contoh,Life of the Party (1930) pada awalnya diproduksi sebagai semua-warna, komedi semua-bicara musik. Sebelum dirilis, bagaimanapun, lagu-lagu dipotong keluar. Hal yang sama terjadi padaFifty Million Frenchmen (1931) danManhattan Parade (1932) yang keduanya telah difilmkan sepenuhnya diTechnicolor.Marlene Dietrich lagu bernyanyi sukses di film, danRodgers dan Hart menulis diterima dengan baik beberapa film, tetapi bahkan popularitas mereka memudar oleh 1932.[3] Publik dengan cepat datang untuk mengasosiasikan warna dengan musikal dan dengan demikian penurunan popularitas mereka juga menghasilkan penurunan.
Pada tahun 1960, 1970 dan berlanjut hingga hari ini film musikal menjadi kurang dari genre bankable yang dapat diandalkan untuk yakin-api hits. Audiens untuk film musik mereka berkurang dan lebih sedikit diproduksi sebagai genre menjadi kurang mainstream dan lebih khusus.
Pada tahun 1960, keberhasilan filmWest Side Story,The Music Man,My Fair Lady,Mary Poppins, danThe Sound of Music menyarankan bahwa musik tradisional berada dalam kesehatan yang baik. Selera musik populer Namun sedang sangat dipengaruhi olehrock and roll dan kebebasan dan pemuda yang berkaitan dengan itu, dan memangElvis Presley membuat beberapa film yang telah disamakan dengan musikal lama dalam segi bentuk. Sebagian besar film musikal tahun 1950-an dan 1960-an sepertiOklahoma! danThe Sound of Music adalah adaptasi langsung atau restagings produksi tahap sukses. Musikal paling sukses tahun 1960-an diciptakan khusus untuk film iniMary Poppins, salah satu hits terbesar Disney.
Bollywood tarian biasanya mengikuti atau koreografer untuk lagufilmi
Pengecualian terhadap penurunan dari film musikal adalahsinema India, terutamaBollywood industri film yang berbasis diMumbai (dahulu Bombay), di mana mayoritas film telah dan masih musikal. Mayoritas film yang diproduksi diindustri Tamil berbasis diChennai (sebelumnya Madras) danindustri Telugu berbasis diHyderabad juga musikal.
Film musikal diIndonesia dimulai pada era 1950-an dengan film musikal pertamanya yakniBintang Surabaja 1951. Lalu era kesuksesan muncul ketika dua film musikal berikutnyaTiga Dara danAsmara Dara karyaH. Usmar Ismail dikeluarkan.[4] Kedua film ini mampu membawa angin segar di tengah film konvensional di Indonesia. Lalu ada pula sejumlah film lainnya sepertiTandjung Katung pada tahun1957.[5]
Film musikal Indonesia mengalami kenaikan pesat saat pada era 1970-an, film garapanTeguh Karya yang berjudulCinta Pertama danBadai Pasti berlalu berhasil meraih penonton film terbanyak. Bahkan film Badai Pasti Berlalu menjadi film terlaris 1978-1979 dan film terlaris kedua di Jakarta dengan jumlah penonton 212.551 orang.[4] Ada pula sejumlah film lain yakniLaila Majenun,Bawang Putih, danDunia Belum Kiamat.
Kejayaan film musikal mencapai puncaknya saat pada era milenium (1999 sampai 2000-an), ketika film musikal garapanRiri Riza danMira Lesmana,Petualangan Sherina mampu menarik pangsa penikmat film Indonesia, pasca krisis. Musik yang ditataElfa Secioria sejak awal termasuk mengantarkanSherina menjadi penyanyi wanita paling terkemuka hingga saat ini.[6]
Lalu, berusaha mengikuti kesuksesan Petualangan Sherina, sejumlah film musikal banyak diproduksi diantaranya:[7]
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantuWikipedia untukmenambahkankategori. Tag ini diberikan padaDesember 2023.