Etnobiologi adalah studi ilmiah antardisiplin mengenai bagaimana makhluk hidup lain diperlakukan atau dipergunakan dalam berbagai macam kebudayaan manusia. Bidang ini mempelajari hubungan dinamis antara manusia, biota, dan lingkungan, dari masa lalu yang jauh hingga saat ini.[1] Interaksi "manusia-biota-lingkungan" di seluruh dunia didokumentasikan dan dipelajari dari masa ke masa, melintasi kebudayaan, dan melintasi disiplin ilmu guna mencari jawaban yang andal untuk dua pertanyaan 'penting': "Bagaimana umat manusia memanfaatkan alam? " dan "Bagaimana umat masyarakat manusia memandang alam?"[2]
Etnobiologi merupakan bidang kecil, padu, dan lebih spesifik yang berkembang dari kajian-kajian dietnobotani danetnozoologi. Namun spektrum keilmiahannya mencakup berbagai pendekatan, dari studibudaya danlinguistik yang cermat hingga studibiologi yang teliti. Diujung spektrum linguistik, studi berfokus padasemantik:kosakata, konsep linguistik,makna dansimbol, sertaseni danagama. Spektrum tengah, di manaantropologi dan biologi menyatu, adalah studi tentang bagaimana orang benar-benar berpikir tentang penggunaan dan pengelolaan tanaman:etnomedis,produksi dankonsumsipangan, danetnoekologi. Lebih jauh ke biologi, tetapi masih menggunakan pendekatan antropologis, adalah bidangarkeologi; arkeozoologi dan arkeobotani, yang merekonstruksi kehidupan masa lalu dari data biotik.[3]
Studi Etnobiologi mendapatkan definisi resmi pertamanya dari etnobotanis Amerika Edward F. Castetter pada tahun 1944, dia menjelaskan Etnobiologi sebagai"...pemanfaatan kehidupan tumbuhan dan hewan oleh masyarakat primitif..." tujuannya adalah membangun integrasi antara dua studietnosains yang berbasis keilmiahanbiologi,etnobotani danetnozoologi. Kedua studi tersebut telah dimulai tanpa nama pada peradaban kuno di Asia danLembah Mediterania, hal tersebut merupakan catatan pengamatan budaya “yang berbeda”, dari budaya urban, yang dilakukan oleh para penjelajah, para pedagang, dan para petugas pemerintah. Beberapa yang awal berada diMesir,Tiongkok, danIndia, terutamaobat-obatan dan makanan nabati dan hewani.[3]
Saat masyarakat Eropa mulai melakukanpenjajahan pada awal abad ke-15 hingga abad ke-19, mereka membawa serta para ilmuan biologi yang semakin tertarik dengankearifan hayati lokal masyarakat di daerah jajahan. Kearifan hayati lokal, yang dikumpulkan dan diambil sampelnya selama abad-abad awal ini secara signifikan menginformasikan perkembangan awal biologi modern,[4] diantaranya:
Etnobiologi sebagai ilmu tersendiri baru muncul pada abad ke-20 sebagai bagian dari catatan yang kemudian dibuat mengenai bangsa asing dan budaya asing yang dikunjungi para ilmuan barat. Sebagai sebuah praktik, dia mendukung kegiatan lain ketika mendokumentasikan bahasa, cerita rakyat, dan penggunaan sumber daya alam masyarakat lokal.
'Tahap pertama' dalam pengembangan etnobiologi sebagai praktik masih memiliki tujuan pemanfaatan yang esensial, sering kali berfokus pada mengidentifikasi tanaman, hewan, dan teknologi 'asli' dari beberapa potensi penggunaan dan nilai dalam sistem ekonomi barat yang semakin dominan.[5]
Setelah perjalanan Tahap I, mulailah 'tahap kedua' dalam pengembangan 'etnobiologi', para peneliti mulai berusaha untuk lebih mendokumentasikan dan lebih memahami bagaimana masyarakat asing "mengkonseptualisasikan dan mengkategorikan" dunia alami di sekitar mereka.[5]
Fase 'kedua' ini ditandai dengan terbitnya beberapa karya ilmiah:
Bersama pergantian abad ke-21, praktik, penelitian, dan temuan etnobiologi memiliki dampak dan pengaruh yang signifikan di sejumlah bidang penyelidikan biologi termasukekologi,[6] biologi konservasi,[7][8] studi pembangunan,[9] dan ekologi politik.[10]
Etnobiologi telah muncul dari tempatnya sebagai praktik tambahan di bawah bayang-bayang pengejaran inti lainnya, muncul sebagai keseluruhan bidang penyelidikan dan penelitian dalam dirinya sendiri: diajarkan di banyak institusi tersier dan program pendidikan di seluruh dunia;[5] dengan manual metodenya sendiri,[11] pembacanya sendiri, dan buku teksnya sendiri.
Semua masyarakat memanfaatkan sumber hayati di mana pun mereka berada, tetapi ada perbedaan dalam hal penggunaan, karena didasari oleh kebutuhan yang dirasakan, teknologi yang tersedia, serta rasa moralitas dan keberlanjutan budaya. Ahli etnobiologi menyelidiki sumber hayati apa yang digunakan, untuk tujuan apa, teknik penggunaan tertentu, alasan memilih sumber hayati tersebut, dan implikasi simbolis dan spiritualnya.
Masyarakat yang berbeda mengklasifikasikan sumber hayati mereka dengan cara yang berbeda pula. Ahli etnobiologi berusaha untuk mencatat kata-kata yang digunakan dalam budaya tertentu untuk makhluk hidup, dari istilah yang paling spesifik (analog dengan nama spesies dalam biologi Linnean) hingga istilah yang lebih umum (seperti 'pohon' dan bahkan lebih umum lagi 'tanaman'). Mereka juga mencoba untuk memahami keseluruhan struktur atau hierarki sistem klasifikasi (jika ada; ada perdebatan mengenai apakah harus selalu ada sebuah hierarki).[12]
Tatanan masyarakat menanamkan pemaknaan akan hidup dan dunia mereka pada pertanyaan seperti'bagaimana dunia terbentuk?','mengapa manusia diciptakan?','mana cara melakukan yang lebih tepat dan mengapa?', dan'apa realitas ada di luar atau di belakang pengalaman fisik kita?'. Memahami pemaknaan kosmologi, moralitas, atau spiritualitas dari perspektif masyarakat adalah penting untuk penelitian budaya secara umum, dan ahli etnobiologi menyelidiki bagaimana pandangan masyarakat tentang dunia alami memberi tahu dan diinformasikan oleh mereka.
Agar dapat hidup secara efektif di suatu tempat, suatu masyarakat memahami hal-hal dari lingkungan, dan banyak masyarakat tradisional memiliki pemahaman yang kompleks dan bijak tentang tempat di mana mereka tinggal. Ahli etnobiologi berusaha untuk berbagi pemahaman tersebut, tunduk pada masalah etika mengenaikekayaan intelektual danperampasan budaya.
Etnobotani menyelidiki hubungan antara masyarakat dan tumbuhan: bagaimana manusia menggunakan tumbuhan–sebagai makanan, teknologi, obat-obatan, dan dalam konteks ritual; bagaimana manusia memandang dan memahaminya; dan peran simbolis dan spiritual mereka dalam suatu budaya.
Etnozoologi berfokus pada hubungan antara hewan dan manusia sepanjang sejarah manusia. Ini mempelajari praktik manusia seperti berburu, memancing dan peternakan dalam ruang dan waktu, dan perspektif manusia tentang hewan seperti tempat mereka di alam moral dan spiritual.
Etnoekologi mengacu pada paradigma penelitian 'etnobiologis' yang semakin dominan yang berfokus, terutama, pada pendokumentasian, penggambaran, dan pemahaman bagaimana orang lain memandang, mengelola, dan menggunakan keseluruhan ekosistem.
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)