Dinasti Buwayhiyah dirujuk kepada keturunanAbu Syuja' Buwaih dari daerahDailam atau disebut juga denganBani Buwaih, di mana keturunannya mampu mengendalikan kekuasaan dan sangat berpengaruh pada suatu masa dalam rentang kekuasaanKhilafah Abbasiyah diBagdad yaitu pada tahun 934–1055 M.
Berawal dari tiga orang putera Abu Syuja' Buwaih, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaituAli,Hasan danAhmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki.
Pada mulanya mereka bergabung dengan pasukanMakan Ibn Kali, salah seorang panglima perangKhilafah Abbasiyah dariDailam. Setelah pamorMakan Ibn Kali memudar, mereka kemudian bergabung dengan panglimaMardawij Ibn Zayyar al-Dailamy. Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat Ali menjadi gubernural-Karaj, dan dua saudaranya diberi kedudukan penting lainnya. Darial-Karaj itulah ekspansi kekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-tama Ali berhasil menaklukkan daerah-daerah diPersia dan menjadikanSyiraz sebagai pusat pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal, Bani Buwaih yang bermarkas diSyiraz itu berhasil menaklukkan beberapa daerah lain sepertiRayy,Isfahan, dan daerah-daerahJabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari khalifah Abbasiyah,al-Radhi Billah dan mengirimkan sejumlah uang untuk perbendaharaan negara. Ia berhasil mendapatkan legalitas itu. Kemudian ia melakukan ekspansi keIrak,Ahwaz, danWasith.
Ketika pusat pemerintahan diBaghdad sedang dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir al-Umara antara wazir dan pemimpin militer. Para pemimpin militer meminta bantuan kepadaAhmad Ibn Buwaih yang berkedudukan diAhwaz. Permintaan itu dikabulkan. Ahmad dan pasukannya tiba diBaghdad pada tanggal Jumadil-ula 334 H/945 M. Ia disambut baik oleh khalifah dan langsung diangkat menjadi Amirul-Umara, penguasa politik negara, dengan gelarMu'izz al-Daulah. Saudaranya,Ali Ibn Buwaih, yang memerintah di bagian selatanPersia dengan pusatnya diSyiraz diberikan gelarImad al-Daulah, danHasan Ibn Buwaih yang memerintah di bagian utara,Isfahan danRayy, dianugerahi gelarRukn al-Daulah.
Sejak itu, sebagaimana terhadap para pemimpin militerTurki sebelumnya, para khalifah tunduk kepada Bani Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih. Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut aliranSyi'ah, sementara Bani Abbas adalahSunni. Selama masa kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompokAhlussunnah danSyi'ah, pemberontakan tentara, dan sebagainya.
SetelahBaghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dariSyiraz keBaghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah kota dengan namaDar al-Mamlakah. Meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih berada diSyiraz, tempatAli Ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta. Dengan kekuatan militer Bani Buwaih, beberapa dinasti kecil yang sebelumnya memerdekakan diri dariBaghdad, sepertiBani Hamdan di wilayahSyria danIrak,Dinasti Samaniyah, danIkhsyidiyah, dapat dikendalikan kembali dariBaghdad.
Kekuatan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama, tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak mereka. Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat. Misalnya, pertikaian antara'Izz al-Daulah Bakhtiar, puteraMu'izz al-Daulah dan'Adhad al-Daulah, puteraImad al-Daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih ini merupakan salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Faktor internal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan yang berasal dariDailam dengan keturunanTurki. Ketika Amir al-Umara dijabat olehMu'izz al-Daulah persoalan itu dapat diatasi, tetapi manakala jabatan itu diduduki oleh orang-orang yang lemah, masalah tersebut muncul ke permukaan, mengganggu stabilitas dan menjatuhkan wibawa pemerintah.
Sejalan dengan makin melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Faktor-faktor eksternal tersebut di antaranya adalah semakin gencarnya serangan-seranganBizantium ke duniaIslam, dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat diBaghdad. Daulah-daulah itu, antara lain dinastiFathimiyah yang memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah diMesir,Ikhsyidiyah diMesir danSyria,Hamdan diAleppo danlembah Furat,Ghaznawi diGhazna dekatkabul, dan akhirnyaDinasti Seljuk berhasil merebut kekuasaan dari tangan Bani Buwaih.