Danau Batur | |
---|---|
![]() | |
Letak | Kintamani,Kabupaten Bangli,Bali,Indonesia |
Koordinat | 08°15′30″S115°24′30″E / 8.25833°S 115.40833°E /-8.25833; 115.40833 |
Jenis perairan | Polimiktik,danau kawah |
Panjang maksimal | 2,5 km (1,6 mi) |
Lebar maksimal | 7,5 km (4,7 mi) |
Area permukaan | 15,9 km2 (3.900 ekar) |
Kedalaman maksimal | 88 m (289 ft)[1] |
Volume air | 0,82 km³ |
Ketinggian permukaan | 1.031 m (3.383 ft) |
Danau Batur adalahdanau kawah diKintamani,Kabupaten Bangli diBali, terletak sekitar 30 km (19 mi) di timur lautUbud diBali. Danau itu berada di dalam kaldera gunung berapi aktif,Gunung Batur, terletak di sepanjang, aktivitas vulkanisCincin Api Pasifik.
Danau Batur terletak di sebelah tenggara gunung berapiGunung Batur yang aktif, di dalamkaldera Batur lama.
Titik terdalam di danau ini sekitar 88 meter.[2]
Danau Batur bersinggungan dengan 8 desa di antara 48 desa yang terletak diKecamatan Kintamani, di antaranyaAbangsongan,Abang Batudinding,Batur Tengah,Buahan,Kedisan,Songan A,Songan B, dan Terunyan.
Kaldera Batur merupakan daerah pertanian yang penting, dengan budidaya berbagai hasil panen. Air irigasi mengalir kembali ke danau setelah dipompa, membawa serta nutrisi ke badan danau.
di desaToya Bungkah, Ada beberapa sumber air panas yang berhubungan dengan aktivitas gunung berapiGunung Batur. Ini telah dikembangkan untuk tujuan wisata.[3] Air dari sumber air panas ini mengalir ke danau.
Danau Batur dalam beberapa tahun terakhir, bertani ikan.Nile tilapia adalah spesies dominan di danau saat sebuah studi dilakukan pada tahun 2011.[4] Nama lokal ikan ini adalahikan Mujair.
Pada pagi hari tanggal 19 Juni 2011, bintik-bintik putih kehijauan muncul di permukaan danau. Bintik-bintik ini kemudian bergabung, membentang dariToya Bungkah sampaiBuahan. Seiring dengan perubahan warna, ribuan ikan mati melayang ke permukaan. Penyebab kematian ikan diyakini berkaitan dengan perbedaan suhu diurnal tinggi selama awal musim kemarau. Sebagai hasil dari perbedaan suhu, pencampuran air terjadi karena arus yang dikembangkan, yang pada gilirannya mencampurumum sedimen yang membusuk, membawa gas beracun ke permukaan. Menjelang akhir 21 Juni 2011, warna air kembali normal.[5]