Artikel initidak memilikireferensi atausumber tepercaya sehingga isinya tidak bisadipastikan. Tolong bantuperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu. Cari sumber: "Budai" – berita ·surat kabar ·buku ·cendekiawan ·JSTOR |
![]() ![]() | |
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 9 abad![]() |
Kematian | 916![]() Yuelin Temple(en) ![]() ![]() |
Data pribadi | |
Agama | Buddhisme![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan | filsuf, penyair, Bhiksu![]() |
Iconographic symbol(en)![]() | Zudabukuro(en)![]() ![]() |
Budai (Hanzi:布袋;Pinyin:Bùdài), atauHotei dalam bahasa Jepang,[1]Bố Đại dalam bahasa Vietnam, adalah dewa dalam mitologi Cina. Sering kali diasosiasikan dengan BuddhaMaitreya atau Buddha Tertawa yang menggambarkan kebahagiaan. Banyak orang Barat yang bingung dengan perbedaan antaraBuddha Gautama dan Maitreya.
Budai secara tradisi digambarkan sebagai seorangbiksu gendut dan memakai atau menggenggam tasbih. Dia membawa barang-barangnya dalam sebuah tas yang selalu dibawanya, menggambarkan sebagai bentuk kesederhanaan. Dia juga sering digambarkan sedang menghibur anak-anak kecil. Figur Budai hampir selalu muncul dalam budaya Cina.
Menurut sejarah Tiongkok, Budai adalah seorang biksu Zen yang eksentrik yang hidup di Tiongkok selama masa Dinasti Liang Akhir (907-923 CE). Dia adalah orang asliFenghua, dan nama buddhisnya adalah Qieci (Hanzi:契此;Pinyin:qiècǐ).[1] Dia selalu digambarkan sebagai karakter yang baik hati dan dicintai.
IstilahBuddha berarti "dia yang telah sadar". Sepanjang sejarah agama Buddha, terdapat beberapa figur terkenal yang diingat oleh banyak orang dan dianggap sebagai para Buddha. Budai merupakan salah satunya. Meskipun berbeda secara fisik dalam penggambarannya, orang-orang Barat masih bingung membedakan antara Buddha historis (Buddha Gautama) dan Budai.
Sosoknya kemudian menjadi tokoh populer dalam tradisi Buddha, terutama dalam Buddhisme Mahayana dan budaya Asia Timur. Legenda mengatakan bahwa biksu ini sering berkelana membawa kantong kain pada permulaan abad ke-10. Dia juga dijulukiBuddha Ketawa,Buddha Mi Le, atauMi Le Fo (Buddha yang akan datang). Beberapa tradisi meyakini Budai sebagai reinkarnasi Maitreya karena saat meninggal dia menulis syair:
Maitreya, Maitreya yang asli. Manusia selalu mengharapkan kedatangannya. Dia selalu menjelma dalam berbagai bentuk, namun saat dia datang menjelma sebagai manusia, tidak ada yang mengenalnya.
Seribu kalpa kelahiran untuk mengikat jodoh dengan umat manusia agar umat manusia mandiri dan tahu berbuat apa untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari alam sengsara dan di naungi oleh prana jubah emas Budha Maitreya agar tahan di jalan kebenaran. Sejak itu sosok Budai sering dijadikan figur oleh mereka-mereka yang percaya bahwa Maitreya telah lahir.
Budai selalu dikagumi atas kebahagiaan, rasa puas dan kebijaksanaannya. Salah satu kepercayaan populer yang berkembang di tengah-tengah masyarakat adalah bahwa memegang perut Budai akan membawa kekayaan, keberuntungan dan kemakmuran.
Di Jepang, Hotei merupakan salah satu dari "Tujuh Dewa Keberuntungan" (Shichi Fukujin).[2]
Beberapa tradisi Buddhis menganggap dia adalah seorang calon Buddha ataubodhisattva, sering mengasosiakannya denganMaitreya (Buddha yang akan datang).[2][3]
Cerita utama tentang Budai di dalamZen (Chán) terdapat dalamkōan pendek.[4] Di dalam koan tersebut, Budai diceritakan sedang mengembara memberikan permen kepada anak-anak miskin, hanya meminta satu koin kepada para biksu atau umat yang lewat. Suatu hari seorang biksu berjalan padanya dan bertanya, "Apa artinya Zen?" Budai menjatuhkan tasnya. "Bagaimana seseorang bisa menyadari Zen?". Budai kemudian mengambil tasnya dan kembali berjalan.[4]
Patung Budai merupakan figur utama dalam altar-altarI Kuan Tao, di mana dia selalu diasosiasikan dengan nama SanskertaMaitreya.[5] Menurut I Kuan Tao, Budai memberikan banyak ajaran termasuk kepuasan, kedermawanan, kebijaksanaan dan hati yang terbuka.[5]
Angida adalah salah satu dari delapan belas Arahat pertama dalam agama Buddha. Menurut legenda, Angida adalah seorang penangkap ular berbakat yang bertujuan menangkap ular-ular berbisa sehingga mereka tidak akan mematuk orang-orang yang lewat. Angida akan mengambil racun dari ular tersebut dan kemudian melepaskannya. Atas kebaikannya, dia mencapaibodhi.
Seni Cina menggambarkan Angida sebagai Budai, gendut, tertawa dan membawa sebuah tas. Di Nepal, dia disebut juahasne buddha ("Buddha Tertawa").[butuh rujukan]
DiThailand, Budai juga terkadang sulit dibedakan dengan seorang biksu terkenal di sana yang bernamaPhra Sangkajai atauSangkachai (bahasa Thai:พระสังกัจจายน์). Menurut legenda diceritakan bahwa dia sangat tampan sehingga pada suatu ketika seorang pria hendak memintanya menjadi istri. Untuk menghindari kejadian serupa, dia mengubah dirinya menjadi seorang biksu gendut. Legenda lainnya mengatakan bahwa dia sangat menawan sehingga para dewa dan manusia sering membandingkannya dengan Buddha Gautama. Dia menganggap hal ini tidak pantas, lantas mengubah dirinya menjadi gendut.