Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bias kognitif atauprasikap kognitif[1] adalahkondisi yang terjadi ketikaalam bawah sadar salah dalamberpikir sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir, memproses, dan menafsirkaninformasi. hal ini juga dapat mempengaruhi rasionalitas dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian.[2]Bias merupakan proses yang tidak disadari dan secara otomatis dirancang untuk membuat pengambilan keputusan yang lebih cepat dan efisien, bias kognitif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktorheuristik (jalan pintas mental), tekanansosial danemosi.[2]
Bias kognitif dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi penyebab utamanya sering terjadi karena adanya jalan pintasmental atau yang biasa dikenal sebagai heuristik,[3] heuristik ini merupakan proses pengambilan kesimpulan atau keputusan secara cepat berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya bias dalammengambil keputusan atau memecahkanmasalah.[4] Faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya bias kognitif ini antara lainemosi,motivasiindividu, batasan kemampuan pikiran untuk memproses informasi dan adanya tekanansosial.[3] Kemunculan bias kognitif juga dapat meningkat seiring bertambahnyausia, hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada fleksibilitas kognitif.[5]'
Bias tindakan merupakan kecenderunganpikiran untuk merespons suatu tindakan sebagai reaksi bawaan yang harus dilakukan, bahkan tanpa adanya alasan yang kuat untuk melakukan tindakan tersebut. Bias tindakan cenderung memaksa pikiran untuk lebih memilih bertindak daripada tidak melakukan tindakan. meskipun tindakan tersebut tidak membuktikan menghasilkan reaksi yang lebih baik daripada tidak melakukan tindakan.[6]
Peneliti dariEugene, Oregon, Amerika Serikat, Paul Slovic menjelaskan bahwaheuristikafeksi merupakan kecenderungan orang mempertimbangkan dan mengambil keputusan dengan melibatkan emosi, seperti faktor apakah saya menyukainya? Apakah saya membencinya?[7] Dibandingkan menggunakan data dan informasi yang lebih konkret.[8]
Daniel Ellsberg pada tahun 2020, dikenal dengan penelitiannya tentang efek ambiguitas "Paradoks Ellsberg"
Efek ambiguitas adalah sebuah tindakan atau pemikiran yang menggambarkan kecenderungan orang untuk menghindari pilihan yang belum diketahui kebenarannya karena kurangnya informasi, orang lebih cenderung memilih pilihan yang lebih pasti bahkan jika pilihan tersebut belum tentu menguntungkan. Efek ambiguitas ini pertama kali dipelajari oleh seorangekonom bernamaDaniel Ellsberg pada tahun 1961, dengan penelitiannya yang dikenal sebagai "Paradoks Ellsbreg".[9]
Anchoring bias merupakan bias kognitif yang menyebabkan pikiran menentukan keputusan dengan terlalu tergantung pada informasi awal yang diterima dari suatu topik. Saat pikiran membuat rencana atau keputusan tentang suatu topik, pikiran akan menafsirkan informasi baru terhadap informasi pertama sebagai referensi, hal ini akan menyebabkan bias karena pikiran tidak akan melihat dari sisi yang objektif.[10] Bias ini bisa disebabkan oleh faktordemografi dan faktorkepribadian.[11]
Attentional bias merupakan jenis bias kognitif yang membuat pikiran akan lebih fokus pada hal-hal yang menurutnya bagus dan mengambaikan aspek penting lainya dari penilaian. Sebagai contoh jika seseorang membeli mobil bekas dan terlalu jatuh cinta terhadap eksterior dan interior mobil tersebut, maka bisa saja pembeli akan mengabaikan faktor penting lain seperti jarak tempuh maupun riwayat kerusakan mesinnya.[12]
^"Action Bias".The Decision Lab (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal2 Desember 2021.
^Kahneman, Daniel (29 Mei 2020).Thinking, Fast and Slow. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 155 sampai 156.ISBN6020637190.Parameter|url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)