Ayam hutan hijau (Latin:Gallus varius) adalah nama sejenisburung yang termasuk kelompokunggas dari sukuPhasianidae, yakni keluarga ayam,puyuh,merak, dansempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagianayam peliharaan yang ada diNusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperticanghegar ataucangehgar (Sd.),ayam alas (Jw.),ajem allas atautarattah (Md.).
Memiliki nama ilmiahGallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalambahasa Inggris dikenal sebagaiGreen Junglefowl,Javan Junglefowl,Forktail, atauGreen Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya.
Tubuh ayam hutan hijau berukuran besar. Panjang tubuh pejantannya dapat mencapai 60 cm. Sedangkan tubuh betinanya dapat mencapai 42 cm.[1]Jengger pada ayam jantantidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah,dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantelhijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, tampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.
Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepihutan dan daerah denganbukit-bukit rendah dekatpantai. Ayam hutan hijau diketahui menyebar terbatas diJawa dan kepulauanNusa Tenggara termasukBali. DiJawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, diJawa Timur hingga 3.000 m dpl dan diLombok hingga 2.400 m dpl.
Ayam betina
Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk hutan. Ayam hutan hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, anekaserangga, serta berbagai jenis hewan kecil sepertilaba-laba,cacing,kodok dankadal kecil.
Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat kumpulanungulata besar sepertikerbau,sapi ataubanteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar itu, Ayam hutan hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais kotoranherbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu.
Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpunbambu, perdu-perduan, atau daun-daunpalem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas tanah.
Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan.
Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam hutan hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, ayam hutan hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut.
Ayam-hutan hijau jantan berkokok di Taman Nasional Bali Barat
Pagi dan petang hari, ayam jantan berkokok dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuaracek-kreh.. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyicek-ki kreh.. 10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa sampai belasan detik, semakin lama semakin panjang jedanya. Kokok ini biasanya segera diikuti atau disambut oleh satu atau beberapa jantan yang tinggal berdekatan. Ayam betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang lebih kecil-nyaring, di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.
Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan,ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dariHimalaya,Tiongkok selatan,Asia Tenggara, hingga keSumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkanayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000.Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor.ISBN 979-95794-2-2
MacKinnon, J. 1993.Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.ISBN 979-420-150-2
MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000.Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.ISBN 979-579-013-7