Movatterモバイル変換


[0]ホーム

URL:


Lompat ke isi
WikipediaEnsiklopedia Bebas
Pencarian

Ama (penyelam)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
海女(あま

Ama (Bahasa Jepang: 海人/あま; secara harafiah bermakna "orang laut", 海士; penyelam laki-laki, 海女; penyelam perempuan ) adalah kelompok masyarakat nelayan yang mahir dalam berbagai macam teknik menangkap ikan dan mengumpulkan makanan bawah laut.[1] Kemahiran mereka menjadikanama sebagai kelompok nelayan yang bisa dibedakan dari nelayan biasa pada umumnya.[1]Ama pada dasarnya terdiri dari laki-laki dan perempuan, meskipun saat ini lebih sering diasosiasikan dengan perempuan. Asumsi bahwaama adalah kelompok perempuan penyelam khususnya menyelam untuk mencari mutiara tidak sepenuhnya benar. Memang di daerahShima, Prefektur Mie banyak perempuan yang terlibat dalam industri mutiara. Namun, hal ini tidak menjadikan kelompok ini sebagai kelompok yang ekslusif menyelam untuk mencari mutiara.[1]

Etimologi

[sunting |sunting sumber]

Asal-usul istilahama masih belum diketahui dan menjadi perdebatan. Nukada (1965) menyebutkan bahwa istilahama awalnya bermakna "langit" atau "laut" sebelum sepenuhnya disematkan bagi kelompok nelayan penyelam.[1] Pendapat Nukada diaminkan penduduk di Kuzaki, Prefektur Mie. Menurut penduduk Kuzaki, namaama berkaitan dengan asal-usul desa serta identitas mereka. Penduduk Kuzaki mengutarakan bahwa kataama yang asli merujuk pada "langit" atau "surga", sekaligus merupakan potongan nama Dewi Matahari,Amaterasu (天照), salah satu dewi tertinggi dalam mitologi Jepang dan agamaShinto.[2] Mereka beranggapan bahwa kataama pada dasarnya bukan istilah untuk menyebut kelompok nelayan. Kata ini berakar di daerah Kuzaki yang digunakan untuk menyebut diri mereka yang merupakan para pelayan Amaterasu yang berkedudukan diKuil Besar Ise,Prefektur Mie.[2]

Pendapat masyarakat Kuzaki tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya. Mengacu pada perkataan mereka, istilahama ditujukan bagi laki-laki maupun perempuan. Untuk menyebut nelayan laki-laki, masyarakat Kuzaki menggunakan istilahryoushi (ahli ikan). Sedangkan di Desa Chiba istilahama hanya untuk perempuan sehinggaKanji yang digunakan adalah 海女.[2] Maknaama yang tidak tunggal ini bukan cuma soal perbedaan Kanji yang digunakan, melainkan berbeda pula antarsatu tempat dengan tempat lain dalam mendefinisikannya.Ama hanya sebagai kelompok penyelam perempuan biasa ditemukan dalam pustaka berbahasa Inggris.[2] Hal ini tidak dapat disalahkan karena walaupun terdapat penyelam laki-laki, di Kuzaki laki-laki umumnya baru menyelam dalam beberapa dekade terakhir saja. Sedangkan berpuluh-puluh tahun yang lalu, kegiatan menyelam dan mengumpulkan makanan bawah laut secara ekslusif dilakukan oleh perempuan.[2]

Sejarah

[sunting |sunting sumber]

Banyak sumber yang mendukung bahwaama merupakan salah satu budaya atau tradisi berusia ribuan tahun yang berkembang sejak Jepang kuno.[3] Nukada (1965) menyatakan bahwa tradisi ini telah ada dan bertahan lebih dari 2.000 tahun lamanya.[2] Argumentasi Nukada didasarkan pada penemuan arkeologi berupa gundukan kulit kerang (lihat:Kjokkenmoddinger) yang berasal dari ZamanNeolitikum. Kalland (1988) menyebutkan bahwa di gundukan kulit kerang yang ditemukan diPrefektur Fukuoka terdapat alat yang terbuat dari tulang paus dan menyerupai pisau yang digunakan kalangan nelayan danama untuk mencongkel kerang dari bebatuan dasar laut.[2]

Pada umumnya kelompokama di Jepang dibedakan antara yang ada diKyushu yang kemungkinan bermigrasi dariKorea dengan yang ada di pesisir Pasifik diPrefektur Mie danPrefektur Wakayama. Kelompokama di dua prefektur ini diduga sebagai kelompokama yang asli.[4] Ide bahwa kelompokama di pesisir Pasifik sebagai kelompok yang asli didasarkan pada hubungan spiritual mereka dengan Kuil Besar Ise serta Dewi Amaterasu.[4]

Catatan mengenai penyelaman sebagai teknik mencari ikan dan mengumpulkan makanan di Jepang Bagian Tengah didapat dari ZamanDinasti Wei diTiongkok antara 220-265 Masehi.[4] Catatan tersebut lebih kurang menyebutkan, "Mereka sangat mahir dalam mencari ikan, tak peduli seberapa dalam tempat tersebut. Mereka menyelam untuk menangkap ikan." Selain catatan Tiongkok,ama hampir tidak tercatat dalamKojiki atauNihongi. Baik sebagai kelompok nelayan atau penyelam,ama berkontribusi besar dalam rekonstruksi identitas bangsa Jepang modern sebagai bangsa pengonsumsi makanan laut. Namun, catatan tentang mereka dalam sejarah cukup menyedihkan dan marjinal.[4]

Pada Zaman Heian, ada puisi yang menuliskan kegiatan atau aktivitas yang kerap dikaitkan dengan kelompokama, yaitu menyelam dan menyiangi air laut untuk mendapatkan garam. Dalam puisi yang terdapat dalamManyōshū itu menggambarkanama sebagai kelompok perempuan yang tangguh yang hidup secara sederhana dan bersahaja di sekitar laut.[5] Mereka digambarkan sebagai sosok-sosok yang romantis. Namun, pada abad ke-14 dan 15 pandangan tentangama menjadi berubah, bukan sebagai sosok romantis yang sanggup membangkitkan nostalgia dan kerinduan, melainkan sebagai objek romansa itu sendiri. Hingga akhirnyaama dipandang sebagai kelompok perempuan seksi dan erotis.[5]

Label erotis pada penyelam perempuan kemungkinan berkenaan dengan asosiasi antara perempuan, air (dan laut), serta penciptaan masyarakat (genesis) di Jepang.[6] Laut dianggap sebagai perempuan, begitu pun dengan perahu dan dewi laut. MasyarakatJepang awalnya memuja dewi laut sebelum akhirnya berpindah menjadi pemuja dewa-dewa di daratan yang direpresentasikan dengan pegunungan. Hal ini terjadi pada masa penyatuan Jepang di bawah keluar kaisar. Perpindahan ini juga tampaknya berkelindan dengan masuknyaBuddha ke Jepang dari Kerajaan Baekje, Semenanjung Korea.[6]

Ama dan Perempuan

[sunting |sunting sumber]
Ama dengan pakaian tradisional menyelam

Perempuan dianggap sebagai sosok paling ideal untuk menjadiama karena kandungan lemak tubuhnya yang lebih tinggi.[7] Kandungan tersebut membantu mereka bertahan dalam suhu dingin mendekati beku saat menyelam ke dasar laut pada bulan-bulan musim dingin. Secara tradisional, perempuan di beberapa tempat di Mie dan Wakayama memulai pelatihan sebagaiama pada umur 12 tahun ditemani oleh keluarga yang lebih tua. Apabila berhasil dan bertahan mereka akan terus menyelam hingga usia 70 atau 80 tahun.[3]

Aktivitas

[sunting |sunting sumber]

Awalnyaama tidak menyelam untuk mencari mutiara. Hal yang mereka cari adalah ikan dan makanan laut seperti tiram danabalon. Namun, permintaan terhadap tenaga penyelam mutiara meningkat tajam saat Mikimoto Kōkichi menemukan metode pengembangbiakan mutiara pada 1863. Dalam rangka memproduksi mutiara, diperlukanirritant seperti bijih pasir untuk disusupkan ke dalam kerang.Ama akan menyelam untuk menyusupkanirritant tersebut ke dalam kerang dan menempatkan kerang-kerang tersebut secara hati-hati.

Peralatan dan Pakaian

[sunting |sunting sumber]

Dahuluama menyelam dengan pakaian seadanya, bahkan hampir telanjang. Pakaian tradisional untuk menyelam meliputifundoshi (cawat) dantenugui (badana).[3]Tenugui dipakai untuk melindungi rambut. Baru pada saat industri mutiara berkembang pesatama mulai menggunakan pakaian selam serba putih yang menutupi seluruh tubuh. Bahkan setelah perkembangan industri mutiara pada 1863, sebagian penyelam tetap menyelam dengan hanya mengenakanfundoshi.[3]

Masa Kini

[sunting |sunting sumber]

Setelah Perang Dunia II, Jepang menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Sejak saat itu telah tersedia lebih banyak lapangan pekerjaan bagi perempuan. Pilihan lapangan pekerjaan yang lebih luas serta meningkatnya pendidikan di kalangan masyarakat yang mengenal tradisiama menyebabkan jumlahnya terus turun.[3] Pada tahun 1950an, di seluruh Jepang ada lebih dari 17.000ama, tetapi saat ini jumlahnya kurang dari 2.000 dan diperkirakan akan terus turun. Hal yang sama terjadi pada kelompok perempuan penyelam (Haenyeo) di Jeju, Korea Selatan. Aktivitas perikanan komersial dengan kapal-kapal dan peralatan modern secara umum mengancam kehidupan kelompok ini. Meskipun demikian, masih banyakama yang aktif dan tidak meninggalkan teknik yang sejak lama mereka kenal. Mereka menggunakan teknik tersebut berikut kemahiran di laut untuk mengumpulkan makanan, sama seperti dulu sebelum adanya industri mutiara. Saat iniama menjadi daya tarik wisata di Pulau Mikimoto yang sarat dengan industri mutiara.[7] Di pulau itu mereka biasa mengadakan demonstrasi atau pertunjukan menyelam. Hingga kini, hanya di Jepang dan Korea Selatan saja kita dapat menemukan kelompok nelayan penyelam tradisional yang mencari makanan laut tanpa peralatan modern.[8]

Pada 3 Oktober 2009 di Kota Toba, Prefektur Mie Forum Ama Pertama diselenggarakan.[9] Tujuan yang dicapai dalam forum tersebut adalah keinginan agarama diakui sebagai warisan dunia nonbendawi.[10] Salah satu syarat agar dapat menjadi warisan dunia adalah harus diakui sebagai warisan nonbendawi tingkat nasional. Setelah forum ini terselenggara, Prefektur Mie sudah mendeklarasikan kelompok dan aktivitasama di daerah Toba dan Shima pada Januari 2014. Beberapa bulan kemudian, pada Juni 2014, Prefektur Ishikawa juga mengakui kelompok dan aktivitasama di wilayah Wajima sebagai warisan budaya tingkat prefektur.

Galeri

[sunting |sunting sumber]
  • Seorang penyelam ama membawa keranjang untuk wadah hasil laut yang dikumpulkan.
    Seorang penyelamama membawa keranjang untuk wadah hasil laut yang dikumpulkan.
  • Ama sedang bekerja di industri mutiara di Mikimoto.
    Ama sedang bekerja di industri mutiara di Mikimoto.
  • Para penyelam dan Mikimoto Kōkichi pada tahun 1921.
    Para penyelam dan Mikimoto Kōkichi pada tahun 1921.
  • Kapal yang membawa ama menyelam di tengah laut sedang menepi dan bersandar.
    Kapal yang membawaama menyelam di tengah laut sedang menepi dan bersandar.
  • Ama di Prefektur Mie pada 1965.
    Ama di Prefektur Mie pada 1965.

Lihat pula

[sunting |sunting sumber]

Referensi

[sunting |sunting sumber]
  1. 1234Martinez, D. P. (1957).Identity and Ritual in a Japanese Diving Village: The Making and Becoming of Person and Place. University of Hawai'i Press, Honolulu. hlm. 31.ISBN 0824826701.
  2. 1234567Martinez, D. P. (1957).Identity and Ritual in a Japanese Diving Village: The Making and Becoming of Person and Place. University of Hawai'i Press, Honolulu. hlm. 32.ISBN 0824826701.
  3. 12345Shukla, Priya (8 Maret 2019)."Meet The Female Pearl-Divers of Japan: The 'Ama'".Forbes. Diakses tanggal3 Desember 2019.
  4. 1234Martinez, D. P. (1957).Identity and Ritual in a Japanese Diving Village: The Making and Becoming of Person and Place. University of Hawai'i Press, Honolulu. hlm. 33.ISBN 0824826701.
  5. 12Martinez, D. P. (1957).Identity and Ritual in a Japanese Diving Village: The Making and Becoming of Person and Place. University of Hawai'i Press, Honolulu. hlm. 34.ISBN 0824826701.
  6. 12Martinez, D. P. (1957).Identity and Ritual in a Japanese Diving Village: The Making and Becoming of Person and Place. University of Hawai'i Press, Honolulu. hlm. 35.ISBN 0824826701.
  7. 12McCurry, Justin (24 August 2006)."Ancient art of pearl diving breathes its last: Japanese women who mine seabed one lungful of air at a time are last of their kind".The Guardian. Diakses tanggal3 Desember 2019.
  8. 済州の海女を紹介する写真、日本で展示へDiarsipkan 2009-10-02 diWayback Machine.朝鮮日報日本語版 2009年10月1日)
  9. 日本列島“海女さん”大集合 ~海女フォーラム~[pranala nonaktif permanen](鳥羽市)
  10. 海女:「無形世界遺産登録を」三重・鳥羽でフォーラムDiarsipkan 2012-07-12 diArchive.is毎日新聞 2009年10月4日)… 参加した地域:岩手県久慈市小袖海岸千葉県南房総市白浜町石川県輪島市福井県坂井市三国町三重県鳥羽市、三重県志摩市徳島県美波町福岡県宗像市鐘崎長崎県壱岐市熊本県天草市韓国済州島

Pranala luar

[sunting |sunting sumber]
Internasional
Nasional
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ama_(penyelam)&oldid=27977019"
Kategori:
Kategori tersembunyi:

[8]ページ先頭

©2009-2025 Movatter.jp