Artikel iniperludirapikan agar memenuhistandar Wikipedia. Silakankembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan denganwikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) |
| Abdul Halim (Aleng ) | |
|---|---|
Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim | |
| Lahir | Abdul Halim (1923-08-17)17 Agustus 1923 Kutaraja,Banda Aceh,Indonesia |
| Meninggal | 26 November 2000( 2000-11-26) (umur 77) Jakarta, Indonesia |
| Dikenal atas | Pejuang masa penjajahan Jepang dan Belanda di wilayah Sumatera Barat, Salah Satu Pendiri BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sumatera Barat dan tokoh penumpasan PKI di wilayah Sumatera Barat. |
Letnan KolonelTNIPurnawirawanAbdul Halim (17 Agustus 1923 – 26 November 2000) atauAleng adalah Putra Matur yang Memimpin pertempuran terhadap pasukanJepang diSumatera Barat, inilah pertempuran pertama di Sumatera Barat dikenal dengan "Pertempuran Sungai Tanang".[1] Ia juga memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) Di Baso, dikenal dengan "Peristiwa Baso".
Dengan pangkat Letnan Kolonel, ia Memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan TentaraInggris (Sekutu) diPadang, kemudian diangkat sebagai Wakil KetuaDelegasi lokalIndonesia di Sumatera Barat untuk menghadapi perundingan lokal "Linggarjati" dan "Renville" dengan pihakBelanda diPadang. Memimpin Aksi Bumi Hangus kotaBukittinggi, karena Belanda berusaha masuk ke Bukittinggi.


Abdul Halim (Aleng) dilahirkan diKutaraja,Aceh pada tanggal17 Agustus1923. Ibunya bernama Gamar, kelahiran Matur1 Juni1904, sedangkan bapaknya adalah seorang pegawai klerk pada PTT di Kutaraja danSawahlunto yang bernama Lakunin kelahiran Matur 1902. Ia menempuh pendidikan umum diHISSawahlunto; Melanjutkan HIS di PSM Bukittinggi; Pindah ke Adabiah II Padang (tamat 1937). Selain itu ia juga menempuh pendidikan militer dari prajurit sampai dengan Giyu-Syooi (Letnan II), Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu Gun (Tentara Pembela Tanah Air) di Bukittinggi. Selain berbahasa Indonesia, ia juga menguasai beberapa bahasa lain seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris dengan baik secara lisan maupun tulisan.

Pada tahun 1941, Abdul Halim (Aleng) menjadi seorang guru diHISMuhammadiyah, Sumatera Barat sampai dengan bulan Februari 1942, pada tahun yang sama Tentara Jepang menduduki Sumatera Barat sehingga sekolah pun ditutup. Ia mulai bergabung Tentara Pembela Tanah Air (Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun) pada4 Oktober1944 di Bukittinggi, sebagai seorang prajurit ia sering ditempatkan di berbagai tempat di pedalaman Sumatera Barat. Pada tanggal11 Juli1945 ia diangkat sebagai Giyu-Syooi (Letnan II) pada Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun dan menjabat sebagai Wakil Komandan Seksi padaKompiInfantri di Bukittinggi. Pada tanggal22 Agustus1945 dengan berakhirnyaPerang Dunia II serta kekalahan Jepang, Giyu-Gun Bukittinggi resmi dibubarkan.[3]
SetelahProklamasi Kemerdekaan RI serta mulai meletusnyaRevolusi Nasional Indonesia maka pada tanggal29 Agustus1945, Aleng ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bukittinggi yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Pada tanggal20 November1945, Aleng memimpin sekelompok anggota TKR untuk menyerang pasukan Jepang di Pabrik Kertas Sungai Tanang, yang berada 9 km dari Bukittinggi. Peristiwa ini terkenal dengan Pertempuran Sungai Tanang dan merupakan pertempuran pertama terhadap pasukan Jepang di Sumatera Barat.[3]
Pada akhir bulan November Aleng ditetapkan sebagai Kepala TKR Bukittinggi. Beberapa bulan setelah penetapan tersebut ia kembali ditetapkan dan diangkat menjadiKomandanBatalyon IIresimen IDivisi III TKR Sumatra dengan pangkatMayor dan berkedudukan di Bukittinggi.
14 –16 April1946, Aleng memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Baso. Peristiwa ini dikenal dengan “Peristiwa Baso”[4] yang merupakanaksi polisionil terbesar yang dilakukan oleh pihaktentara terhadap unsur – unsur teror dan antirevolusi di Sumatera Barat. Pada tanggal20 Juli1946, ia diangkat olehPanglima TNI KomandemenSumatra sebagai Komandan Resimen I Divisi IIITRI dengan pangkat Letnan Kolonel. Aleng memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan tentara Inggris (Sekutu) di front utara Padang sehari sebelumHari Raya Idul Fitri dan memusatkan serangan ke Lapangan Udara Tabing selama semalam suntuk sampai subuh. Disamping sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI, ia juga juga diangkat menjadi Wakil KetuaDelegasi Lokal Indonesia di Sumatera Barat pada bulan Desember 1946 untuk menghadapi perundingan lokal "Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda di Padang.
Dengan diselingi pertempuran, Aleng tetap meneruskan perundingan lokal “Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda sampai meletusnyaperang kemerdekaan pertama (Clash I). Kemudian ia ditetapkan sebagai Wakil Ketua Delegasi Lokal Pelaksanaan Persetujuan “Renville” di Padang sejak4 Agustus1947 (Setelah Cease Fire). Dengan ketetapan Panglima TNI Komandemen Sumatra, Aleng diangkat menjadi Kepala Staf Pertempuran Divisi IX TNI dengan pangkat Letnan Kolonel, membawahi bagian-bagian Operasi, Security, Penerangan, Perhubungan danPolisi Militer. Pada tanggal16 Desember1948, ia diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatera Barat dengan pangkat Letnan Kolonel setelahKomandoMiliterSumatra Tengah didesentralisasi menjadi dua Komando terpisah yaitu Komando TNI / Territorial Sumatera Barat dan Komando TNI / TerritorialRiau.
Belanda mulai mamasuki Bukittinggi pada tanggal22 Desember1948 pada saat perang kemerdekaan II / Clash II:19 Desember1948. Aleng memimpin Aksi Bumi Hangus Kota Bukittinggi[4] pada21 Desember1948. Ia membentuk Sub.Ko. “A” di Matur pada tanggal22 Desember1948 dan Menjadi Ka.Staf Subko “A” TNI / Territorial Sumatera Barat yang berkedudukan di Matur.
Dengan ketetapanGubernurMiliterSumatera Barat / Tengah, pada tanggal25 Maret1949 diangkat menjadi Kepala Staf Militer Sumatera Barat / Tengah dan merangkap menjadiWakil Gubernur Militer Daerah Sumatera Barat / Tengah, dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sesudahgencatan senjata dengan Belanda, Aleng diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatra Tengah pada tanggal7 November1949 dan merangkap sebagai anggota Komisi Pelaksanaan Persetujuan Roem – Royen di Sumatera Barat.
Pada tanggal27 Desember1949 (Hari Pengakuan KedaulatanRIS), Aleng mengajukan permohonan berhenti dari dinas ketentaraan. Dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal3 Maret1950, ia diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala Staf TNI Sumatra Tengah dengan pangkat Letnan Kolonel dan dikeluarkan dari Dinas Tentara sejak tanggal1 Februari1950.
Pada tahun 1951, Aleng pernah dimintaBung Hatta secara pribadi untuk aktif kembali di militer namun ia menolaknya. Pada tahun 1957 Aleng menjadi penasehat pribadiMenteriVeteranRIChaerul Saleh selama setahun. Di bulan Oktober di tahun yang sama melalui sebuah surat, Aleng diberi perintah khusus olehPresidenSoekarno / Panglima Tertinggi RI untuk menyatukan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya.[3]
Berikut adalah isi surat tersebut yang ber-kop suratkan Presiden Republik Indonesia:
“Surat Perintah, dengan ini saya kuasakan kepada sdr. A. Halim, bekas Letnan Kolonel T.N.I, pemegang surat perintah ini, untuk membantu dalam usaha memulihkan keutuhan T.N.I khususnya, keutuhan Negara Republik Indonesia umumnya.Djakarta,16 Oktober1957,Soekarno, Presiden / Panglima Tertinggi”.
Kemudian pada saat meletusnya peristiwaPRRI tahun 1958, ia kembali dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Darat secara resmi, namun ia kembali menolaknya karena tidak adanya kecocokan dalam beberapa persyaratan yang diajukan, sehingga ia tidak jadi bertugas kembali dalam formasi TNI.[3]
Setelah berhenti dari dinas ketentaraannya, Aleng bergerak di bidang perdagangan, ia juga mendirikan beberapa perusahaan di antara lainnya sebagai berikut:
Aleng menerbitkan sebuah buku berjudul “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI diMinangkabau” jilid II bersama 6 orang rekan seperjuangan dalam wadah Badan Pemurnian Sejarah Indonesia Minangkabau (BPSIM). Ia juga menjadi penasehat team penyunting buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” Jilid I - Jilid V dan menjadi ketua team penyusun pada Jilid ke VI.
Pada tanggal29 Maret Aleng muncul dalam tayangan khusus bersama denganAmir Machmud,Subadio Sastrosastomo, Kolonel Saleh A.D. dari pusat sejarahABRI selama 1 Jam di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tanggal25 Juli setiap hari, 10 hari berturut – turut selama 5 menit wajah Aleng muncul di Televisi Surya Citra Televisi (SCTV) dalam rangkaHUT Negara ke-50. Pada tanggal 10 dan 17 Agustus Profil Aleng muncul selama 1/2 jam di TVRI sebagai Pejuang Kemerdekaan dalam rangka HUT Negara ke-52.
Di tahun 1979 pada tanggal27 Januari berdasarkan keputusan Presiden, ia diangkat sebagai anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PPLVRI) dan memegang jabatan sebagai Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN.
Pada tanggal25 Mei ia dilantik oleh Presiden diIstana Merdeka sebagai anggota DPP- dan PPLVRI periode 1989-1993. Ia tetap aktif dalam kepengurusan PPLVRI sampai ia meninggal dunia.
Selama menjadi Legiun Veteran RI (PP LVRI) Aleng pernah memegang jabatan sebagai berikut:
Abdul Halim (Aleng) meninggal dunia pada tanggal26 November2000 dan dimakamkan diTaman Makam Pahlawan, KaliBata,Jakarta Selatan. D.K.I.Jakarta.
Abdul Halim menikah dengan istrinya yaitu Eliza pada tanggal19 Januari1956. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, di antaranya Meilihanny, Juanita, Moh. Alwin dan Desi Arryani. Pasangan ini juga dikaruniai 5 orang cucu yaitu Haga Tara Sosrowardoyo, Annisa Indryani beserta suaminya M. Naufal Yugapradana, Rezky Dwimarsya, M. Alvinsyahman dan M. Aldrisyahwira.[3]
Abdul Halim (Aleng) tertanggal27 Juni1978 disamping tercatat sebagai anggota Pepabri, ia juga diakui sebagaiVeteran Pejuang Kemerdekaan R.I. dan memiliki tanda – tanda jasa sebagai berikut:[3]